jpnn.com, BUENOS AIRES - Kericuhan jelang Superclasico di El Monumental, kandang River Plate, Minggu (25/11) pagi WIB sangat menyesakkan.
Padahal, baru tiga tahun silam kerusuhan pecah pada Superclasico yang digelar di markas Boca Juniors, La Bombonera. ''Kegagalan sistem keamanan yang memberi celah kepada serangan itu,'' kata Sekretaris Keamanan Publik Buenos Aires Marcelo Alessandro.
BACA JUGA: Superclasico: Berharap Pesta, yang Ada Malah Derita
Serangan yang dimaksud adalah saat bus tim Boca Juniors hendak memasuki El Monumental Buenos Aires, diserang suporter River Plate.
Presiden Boca Daniel Angelici mendesak agar ada perubahan yang dilakukan Conmebol, AFA, atau bahkan FIFA. Tak hanya Superclasico, begitu pula laga lain yang ada di Amerika Latin. ''Sebagai orang Argentina dan pimpinan klub sepak bola profesional, saya malu. Lihatlah tontonan yang kami berikan kepada dunia hari ini (kemarin),'' sesal Angelici.
BACA JUGA: Belum Kondusif, River Plate Vs Boca Juniors Ditunda Lagi
Di balik keruwetan ini ditemukan fakta lain yang tak kalah mengejutkan. Fox Sports melaporkan bahwa FIFA, Conmebol, dan AFA sempat memaksa pemain Boca supaya mau main. Presiden FIFA Gianni Infantino juga hadir. Bahkan ada laporan yang menyebut kalau Infantino mengancam akan mendiskualifikasi Boca.
Itu disebabkan karena mereka tetap tak bersedia bermain pada jadwal yang semula. Inilah alasan mengapa waktu antara kejadian hingga keputusan pengunduran pertandingan sampai memakan tempo lebih dari dua jam.
BACA JUGA: Copa Libertadores: Bus Boca Juniors Diserang Fan River Plate
''Mereka (FIFA, Conmebol dan AFF) menekan kami. Tapi keputusan kami tetap tak berubah. Bagaimana bisa kami bermain kalau kondisi para rekan-rekan kami seperti ini,'' tegas striker Boca Carlos Tevez kepada jurnalis Huffington Post, Juan Arango. (ren)
Redaktur & Reporter : Adek