jpnn.com - JAKARTA - Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan bahwa langkah BI menahan suku bunga merupakan langkah yang tepat.
"Sebab di awal tahun ini BI sempat menurunkan BI rate-nya, hal itu malah membuat rupiah melemah. Awalnya di kisaran Rp 12.500, namun setelah BI rate turun malah anjlok jadi di kisaran Rp 13.800 seperti sekarang," tuturnya kepada Jawa Pos.
David menilai bahwa pelemahan rupiah kemarin (18/8) yang menyentuh level Rp 13.831 tidak semata-mata dipengaruhi oleh sentimen eksternal, melainkan rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan kondisi surplus neraca perdagangan namun tidak sehat.
BACA JUGA: Nilai Tukar Rupiah Dekati Rp 14. 000, Ini Langkah Mati-matian BI
Sebab, surplus senilai USD 13,3 miliar yang dicap sebagai tertinggi dalam 19 bulan terakhir tersebut mencatat penurunan impor lebih besar dari kinerja ekspor akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Menurut data BPS, ekspor/impor Juli turun 15 persen dibandingkan Juni. Untuk ekspor turun dari USD 11,41 miliar menjadi USD 13,5 miliar dan impor turun dari USD 12,9 miliar menjadi USD 10,07 miliar. Penyebab turunnya capaian tersebut adalah pelemahan nilai tukar rupiah terjadap dolar. Pelemahan mata uang yang hampir dialami seluruh negara tersbeut membuat adanya penekanan dalam capaian impor.
"Kalau pelemahan rupiah pekan lalu memang faktor utamanya adalah devaluasi yuan. Tapi kalau hari ini (18/8) faktor utamanya adalah sentimen soal data neraca perdagangan yang meski mencatat surplus namun tidak sehat. Bisa juga dilihat sebagai sinyal yang tidak baik," ujarnya.
David mengungkapkan bahwa langkah pemerintah dan otoritas moneter sudah cukup tepat, termasuk dalam hal menjaga BI rate di level 7,5 persen. Sebab, hal tersebut dianggap dapat memberikan stimulus stabilisasi nilai tukar.
"Memang pemerintah maupun BI juga harus hati-hati mengambil langkah. Sebab, kondisi global masih terus membayangi stabilitas nilai tukar maupun pertumbuhan ekonomi. Tapi, sekarang yang harus diutamakan yakni nomor satu stabilitas, baru setelah itu pertumbuhan ekonomi," tutupnya. (dee)
BACA JUGA: Jokowi Nilai Rapat Bahas LRT Final, Sekarang Tinggal Action
BACA JUGA: Cerahnya Masa Depan Startup e-commerce di Indonesia
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Penjelasan PT Pos soal Uang Rp 6,5 M yang Diangkut Trigana Air
Redaktur : Tim Redaksi