Faktor Usia Pemain Jadi Pemicu Persib Terpuruk Musim Ini

Selasa, 14 November 2017 – 23:59 WIB
Persib Bandung. Foto: Liga Indonesia

jpnn.com, JAKARTA - Juara ISL 2014, posisi lima besar di ISC A 2016. Di musim 2017, mereka terjun bebas sampai hanya ada di posisi ke-13 dengan 41 poin.

Tentu jauh dari target juara yang didengungkan manajemen klub berjuluk Maung Bandung di awal musim.

BACA JUGA: Empat Klub Papan Atas yang Terpuruk di Liga 1 2017

Apa penyebabnya? Dimulai dari faktor usia. Di tengah kompetisi yang memakan waktu panjang, dengan pekan-pekan yang mepet tiap laganya, dan dengan tekanan yang tinggi dan gaya permainan yang keras, dibutuhkan fisik prima.

Sementara itu, di Persib Bandung pemain-pemain yang langganan inti, usianya sudah tak muda lagi.

BACA JUGA: PSSI Mediasi Madura United-Bhayangkara FC, Inilah Hasilnya

Dari data JPNN, pemain yang kerap inti adalah penjaga gawang I Made Wirawan, bek Vladimir Vujovic, Ahmad Jufriyanto, Henhen, Tony Sucipto. Dari kelima nama itu, hanya Henhen yang masih di usia 22 tahun. Sisanya, berusia di atas kepala tiga, mulai dari 30-35 tahun.

Pemain-pemain seperti itu, diajak adu cepat 90 menit, bisa saja sudah berkurang. Saat usia emas, mereka bisa memberikan penampilan 100 persen, di usia yang mulai senja, bisa memberikan 85 persen saja sudah bagus. Karena itu, saat melawan tim dengan tipikal cepat dan mengeksplorasi kecepatan bek-bek mereka, Persib kerab keteteran.

BACA JUGA: Michael Essien Masih Betah, Manajemen Persib Belum Tentu

Di tengah, Hariono, Michael Essien, serta Kim Kurniawan, bukan tipikal pemain yang bisa diajak bermain cepat. Demikian juga Raphael Maitimo dan Dedi Kusnandar. Kalau mereka punya pemain makan Konate, akan beda ceritanya. Karena itu, faktor gelandang yang tipikalnya tepat dengan gaya pelatih, harus diperhatikan.

Karena itu, kehilangan sosok Makan Konate, benar-benar terasa karena dia bisa diandalkan sat main cepat, bagus dalam bagi bola dan bisa menjadi playmaker.

Apalagi? Persib harus mengubah gaya pencarian pemain yang ditentukan manajemen, dengan mengikuti kebutuhan pelatih. Sebagai peramu tim, pelatihlah yang harusnya menemukan pemain, merekrut pemain, dan memilihnya sesuai dengan gaya taktik strategi yang diterapkan.

Tapi, di Persib tidak, manajemen lebih dulu mencarikan, dan pelatih pun otomatis mau tidak mau akan mengiyakan, meskipun kadang tidak cocok dengan dirinya. Alhasil, kehadiran Djadjang Nurdjaman tak seirama dengan stok pemain yang dimiliki. Demikian juga saat digantikan dengan asistennya dan sampai ke Emral Abus, permainan Maung Bandung tak bisa berkembang.

Beda lagi dengan Ahmad Jufriyanto, menurut bek Persib itu kepercayaan diri pemain memang menjadi sebuah masalah yang terus menggelayuti tim.

"Rekan-rekan tahu kami dalam posisi gimana, beberapa pertandingan belum dikasih kemenangan, permasalahan ada dalam kepercayaan diri pemain. Karena pertandingan ke pertandingan kami selalu memberikan yang terbaik untuk kemenangan tapi belum dapat," ucapnya.

Jadi, faktor mental dan kepercayaan dirilah bagi pemain yang menjadikan Persib tercecer di posisi ke-13. Tapi, di luar itu sosok pelatih yang mumpuni, dibutuhkan oleh Persib dengan diberikan kebebasan untuk memilih pemainnya, bukan malah dipilihkan pemain oleh manajemen. Sanggupkah tradisi itu berubah ke depannya?(dkk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hanafi Tinggalkan Persegres Gresik United


Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler