Wakil Ketua P2TP2A Garut Nitta K. Widjaya mengatakan, Fani mengalami depresi berat. Hal itu terjadi karena pemberitaan media massa yang terus-menerus. Selain itu, ada juga aksi overprotektif yang dilakukan sejumlah LSM terhadap Fani dan keluarganya.
Nitta menuturkan, sejak kemarin, Fani menjalani pemeriksaan psikologis dari tim psikolog P2TP2A Jawa Barat. Hasilnya, kondisi Fani sudah lebih baik daripada sebelum dilakukan pendampingan oleh P2TP2A. Hal ini diketahui dari berbagai hasil uji psikologi yang dilakukan tim.
”Sebelumnya, dia memang berada pada kondisi depresi akibat kejadian yang menimpanya. Ditambah pemberitaan yang terus-menerus di media sehingga psikisnya drop,” ujarnya kemarin.
Menurut Nitta, P2TP2A terus memberikan dukungan dan motivasi kepada Fani. Sebab, dia memang perlu recovery lanjutan agar kondisi psikologisnya pulih. Untuk ini, perlu kerja sama dari semua pihak, termasuk LSM yang melakukan pendampingan dan media massa.
”Jika kondisinya terus seperti ini, Fani akan sulit bangkit dari ketertekanan, apalagi jika orang yang ada di sekelilingnya overprotektif dan LSM yang melakukan pendampingan didominasi laki-laki,” ujarnya.
Media juga diminta cooling down. Hal ini sangat dibutuhkan untuk memberikan rasa nyaman kepada Fani. Sebab, selama ini kondisi Fani sering mendadak drop begitu berita tentang dirinya muncul.
”Sekarang dia nggak mau baca berita dan nonton infotainmen karena takut hatinya terluka kembali dan teringat masalahnya,” katanya.
Menurut Nitta, dari hasil tes psikologis, Fani adalah sosok perempuan lugu. Dia juga memiliki bakat terpendam, yakni kemampuan menulis.
Bahkan, Fani juga sempat menuliskan beberapa kalimat. Intinya, dia berharap agar tidak ada korban lain lagi seperti dirinya. ”Ia juga sempat tidak percaya kejadian yang menimpa dirinya,” ujarnya. (igo/jpnn/c1/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 384 Warga Meninggal Karena Aids
Redaktur : Tim Redaksi