Farouk Muhammad Bertemu Dahlan Iskan, Ini yang Dibahas

Jumat, 26 Mei 2017 – 07:43 WIB
Dahlan Iskan membicarakan ide-ide tentang pembangunan Nusa Tenggara Barat bersama perwakilan DPD asal NTB Farouk Muhammad. Foto: Gunawan Sutanto /Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Saat hari libur Kenaikan Isa Almasih kemarin (25/5), tamu yang datang ke rumah Dahlan Iskan di kawasan Sakura Regency, Surabaya, justru membeludak.

Mulai wakil ketua DPD, pengurus Jam’iyyatul Qurra Wal Huffazh (JQH), hingga pembuat kendaraan listrik yang datang langsung dari Jogjakarta.

BACA JUGA: Hendropriyono: Yang Menimpa Pak Dahlan, Saya Tidak Terima

Wakil Ketua DPD Prof Farouk Muhammad datang lebih dulu. Farouk mampir ke rumah Dahlan karena kebetulan ada pertemuan keluarga Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), di Surabaya.

”Saya sudah lama ingin ketemu. Kebetulan, saya mempelajari kasus Pak Dahlan,” kata purnawirawan jenderal polisi itu.

BACA JUGA: Yaqut Cholil Qoumas: GP Ansor Akan Pasang Badan

Farouk bingung dengan perkara yang selama ini dituduhkan kepada Dahlan. Termasuk kasus pelepasan aset PT Panca Wira Usaha (PWU) Jatim yang terjadi 14 tahun lalu.

Menurut mantan gubernur Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) itu, penegak hukum seharusnya benar-benar mencari bukti yang mengarah ke actus reus (perbuatan jahat) dan mens rea (niat jahat) pelaku tindak pidana.

BACA JUGA: Pelajaran Menikmati Diri Sendiri

”Kalau dianggap turut serta dalam sebuah perkara, seharusnya juga ada mekanismenya,” kata alumnus Florida State University, Amerika Serikat, itu.

Menurut dia, ada tiga jenis pertanggungjawaban, yakni pidana, etika, dan manajerial. Farouk mengatakan, secara manajerial Dahlan mungkin bisa dimintai pertanggungjawaban atas tindakan yang dilakukan anak buahnya.

”Tapi, apakah setiap pertanggungjawaban manajerial itu pidana? Harus dicari dulu ada tidaknya niat jahatnya,” kata perwakilan DPD dari NTB itu.

Farouk berharap Dahlan mendapatkan keadilan di tahap banding yang kini tengah ditempuh. Dalam kesempatan kemarin, Farouk tak hanya membicarakan kasus Dahlan.

Dia juga bercerita banyak tentang kondisi politik, hukum, dan keamanan di Indonesia belakangan ini. Dia miris dengan situasi akhir-akhir ini.

Kepada Farouk, Dahlan justru menceritakan banyak ide dan gagasannya terkait dengan pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) selama dirinya menjadi Dirut PT PLN maupun menteri BUMN. Termasuk ide besar mengatasi pendangkalan Teluk Bima yang makin tak terbendung.

Menurut Dahlan, pendangkalan itu akan menjadi masalah besar buat Bima. Sebab, pendangkalan tersebut membuat kapal besar tidak bisa merapat ke pelabuhan.

”Kalau kapal besar tidak bisa masuk, otomatis harga-harga barang dari luar Bima akan tinggi,” katanya.

Dahlan pernah mengamati seharian aktivitas di Teluk Bima. Dia risau jika pendangkalan itu tidak teratasi dengan baik.

Karena itu, dia pernah punya gagasan besar untuk menyelesaikan persoalan tersebut lewat pengurukan atau reklamasi.

”Lebih baik diuruk, dijadikan waterfront city. Biayanya tidak mahal dan harus dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah daerah,” katanya.

Reklamasi itu bakal membuat daratan Bima bertambah ribuan hektare. Seiring pertumbuhan penduduk di wilayah tersebut, pertambahan daratan memang diperlukan. Apalagi, luasan Kota Bima sulit ditambah karena ada pegunungan.

”Bima bisa jadi lebih luas dan tertata. Secara ekologi, juga masih bisa diatur lewat pembuatan kanal-kanal yang dibentuk dengan indah,” kata Dahlan.

Ide waterfront city itu muncul setelah Dahlan mengamati perkembangan daerah-daerah di Tiongkok. Menurut dia, di Tiongkok banyak kota atau desa yang sebelumnya kumuh dan tertinggal tapi kini bisa maju setelah disulap dengan konsep waterfront city.

”Jadi, laut itu harus dipakai sebagai kekuatan, jangan dianggap sebagai hambatan. Kalau saja saya tidak menjadi tahanan kota, saya ajak Bapak ke sana,” ujar Dahlan, lantas tertawa.

Dahlan juga membagikan ide menyalurkan listrik bawah laut dari Lombok Timur untuk menghidupi 3 ribu tambak udang di Sumbawa Barat.

”Itu mudah sekali dan murah dibanding harus membangun PLTU yang akan kesulitan dalam penyediaan lahan,” kata Dahlan. Jika ada sambungan listrik, tambak udang itu akan bisa menjadi andalan yang luar biasa untuk kemajuan Sumbawa Barat.

Sebelum Farouk pulang, Dahlan juga didatangi pengurus Jam’iyyatul Qurra Wal Huffazh. Mereka turut bersimpati dengan apa yang menimpa Dahlan Iskan.

Para ahli qiraah dan penghafal Alquran itu tak bisa melupakan jasa Dahlan yang pernah memberangkatkan umrah para hafiz (penghafal Alquran).

”Kami datang sekaligus ingin meminta doa dari Bapak. Saat ini doa orang teraniaya seperti Bapak ini yang makbul,” kata Musyafak, sekretaris JQH Jawa Timur. Dahlan dan pengurus JQH lantas bergantian mendoakan.

Para pengurus JQH kemudian ikut nimbrung untuk membicarakan pengembangan mobil listrik. Kebetulan, pada saat bersamaan, Dahlan juga kedatangan Winawan Mardi dari Jogjakarta. Dia merupakan orang yang selama ini konsen membuat sejumlah kendaraan listrik.

”Saya sangat kagum dengan Pak Dahlan yang tetap konsisten mengembangkan kendaraan listrik walaupun dijerat dengan persoalan-persoalan hukum,” katanya.

Winawan khusus datang dari Jogja karena ingin mendapatkan suntikan semangat dari Dahlan.

Selama ini, Wiwin –sapaan Winawan– sudah membuat sejumlah kendaraan listrik pesanan masyarakat. Mulai sepeda listrik, otopet listrik, becak listrik, kursi roda listrik, hingga mobil listrik.

Dahlan terkesan dengan semangat dan karya-karya Wiwin dalam mengembangkan kendaraan listrik.

Mantan menteri BUMN itu sempat memberikan kesempatan kepada Wiwin dan keluarganya untuk menjajal mobil listrik Tesla yang dimilikinya. (atm/rul/c11/ang)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Para Kiai Muda Doakan Dahlan Iskan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler