Biro Penyidik Federal Amerika Serikat (FBI) menuduh seorang pemrogram komputer Korea Utara atas serangkaian serangan maya profil tinggi termasuk serangan ransomware WannaCry 2017 dan peretasan Sony Pictures pada tahun 2014.
Park Jin Hyok, yang diyakini berada di Korea Utara, bertindak atas nama pemerintah Korea Utara, sebut FBI.
BACA JUGA: Petani Khawatir Roundup Akan Dilarang Karena Sebabkan Kanker
Ia juga dituduh berkomplot dengan orang lain untuk mencuri $ 81 juta dari bank di Bangladesh, menurut laporan kriminal Departemen Kehakiman.
AS percaya ia bekerja untuk organisasi peretasan yang disponsori Korea Utara juga dikenal sebagai Lazarus Group, yang mencoba untuk melanggar beberapa bisnis AS lainnya, menurut laporan, termasuk kontraktor pertahanan Lockheed Martin Corp.
BACA JUGA: Burberry Stop Pakai Bulu Hewan Asli Dan Bakar Produknya Yang Tidak Laku
Laporan itu mengatakan tidak ada bukti Lockheed telah ditembus.
FBI telah lama menduga Korea Utara juga berada di belakang serangan cyber WannaCry tahun lalu, yang menggunakan malware untuk mengacak data di rumah sakit, pabrik, lembaga pemerintah, bank dan bisnis lainnya di seluruh dunia.
BACA JUGA: La Trobe University Kembangkan Tes Deteksi Dini Autisme
Virus ini menginfeksi lebih dari 300.000 komputer di 150 negara dan dianggap belum pernah terjadi sebelumnya pada saat itu, membuat rumah sakit Inggris offline dan mengganggu jaringan IT FedEx.
Serangan atas Sony menyebabkan pelepasan sejumlah informasi pribadi yang sensitif tentang karyawan Sony, termasuk nomor jaminan sosial, catatan keuangan, informasi gaji, serta email memalukan di kalangan eksekutif puncak.
Peretasan itu termasuk empat film Sony yang belum dirilis, di antaranya Annie, dan satu yang ada di bioskop, film Brad Pitt, Fury, dan merugikan perusahaan puluhan juta dolar.
"Ini adalah salah satu investigasi siber paling rumit dan terlama yang dilakukan oleh departemen," kata asisten jaksa umum untuk keamanan nasional John Demers.
Para pejabat AS percaya bahwa peretasan Sony adalah retribusi untuk The Interview, sebuah film komedi yang dibintangi Seth Rogen dan James Franco dan berpusat pada rencana untuk membunuh pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. Photo: Penonton berbaris pada pemutaran film "The Interview" yang mengisahkan rencana pembunuhan Kim Jong-un. (Reuters/Jonathan Alcorn)
Sony membatalkan rilis teatrikal film tersebut di tengah ancaman bagi penonton bioskop tetapi merilisnya secara online melalui YouTube dan situs lainnya.
Pengaduan pidana, diajukan di Los Angeles, menuduh para peretas melakukan beberapa serangan dari 2014 hingga 2018. Penyelidikan masih berlanjut.
Ini adalah pertama kalinya Departemen Kehakiman AS mengajukan tuntutan pidana terhadap seorang peretas yang dikatakan berasal dari Korea Utara.
Dalam beberapa tahun terakhir departemen itu telah menuduh peretas dari China, Iran, dan Rusia dengan harapan secara terbuka mempermalukan negara-negara lain yang mensponsori serangan dunia maya terhadap perusahaan AS.
Tetapi tidak mungkin dia akan diekstradisi karena AS tidak memiliki hubungan resmi dengan Korea Utara dan pemerintah Korea Utara tidak diberitahu tentang tuduhan ini.
AP/Reuters Photo: Serangan siber terhadap sistem ambulans London. (Reuters: Phil Noble)
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... MA India Cabut UU Larangan Homoseksual