jpnn.com, WASHINGTON DC - Biro penyelidik federal Amerika Serikat, FBI, pada Sabtu merilis dokumen pertama terkait penyelidikan kasus serangan teroris di AS pada 11 September 2001 yang dikenal luas dengan sebutan tragedi 9/11.
Dokumen rahasia yang diungkap sesuai perintah Presiden Joe Biden itu menyinggung soal tuduhan bahwa pemerintah Arab Saudi memberi dukungan kepada para pembajak pesawat.
BACA JUGA: COVID-19 di Amerika Serikat Lebih Mematikan ketimbang Teror 9/11
Keluarga korban sebelumnya meminta Biden untuk tidak menggelar peringatan 20 tahun peristiwa itu pada Sabtu jika tidak merilis dokumen rahasia yang mereka anggap akan menunjukkan bahwa otoritas Saudi mendukung serangan tersebut.
Dokumen setebal 16 halaman yang sebagian telah disunting itu mengungkap adanya kontak antara para pembajak dan rekan mereka di Saudi, namun tidak menunjukkan adanya bukti bahwa Pemerintah Saudi terlibat dalam serangan yang menewaskan hampir 3.000 orang tersebut.
BACA JUGA: Donald Trump Bandingkan Wabah Corona dengan Pearl Harbor dan 9/11, Sudah Siap Perang?
Arab Saudi telah lama membantah ikut berperan dalam serangan itu. Kedutaan mereka di Washington belum memberikan komentar atas pengungkapan dokumen tersebut.
Dalam sebuah pernyataan pada 8 September, kedutaan mengatakan Arab Saudi selalu mendorong transparansi seputar peristiwa 11 September 2001.
BACA JUGA: Veto Obama soal UU Tragedi 9/11 Tak Diacuhkan Kongres AS
Mereka menyambut baik rilis dokumen rahasia oleh Amerika Serikat terkait peristiwa itu.
"Seperti terungkap dalam penyelidikan sebelumnya, termasuk oleh Komisi 9/11 dan rilis '28 Halaman', tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Pemerintah Saudi atau pejabatnya mengetahui sebelumnya tentang serangan teroris tersebut atau dengan cara apapun terlibat (di dalamnya)," kata pernyataan itu.
Lima belas dari 19 pembajak empat pesawat yang ditabrakkan ke menara kembar World Trade Center (WTC) di New York dan gedung Pentagon di luar Washington berasal dari Arab Saudi.
Sebuah komisi Pemerintah AS tidak menemukan adanya bukti bahwa pemerintah Arab Saudi secara langsung mendanai al Qaeda, kelompok militan yang bertanggung jawab atas serangan itu.
Al Qaeda diberi perlindungan oleh Taliban di Afghanistan yang kemudian memicu invasi pasukan sekutu pimpinan AS di negara itu.
Temuan bahwa pemerintah Arab Saudi tidak terlibat membuka kemungkinan apakah ada pejabat mereka yang secara personal mendukung serangan.
Kerabat dari sekitar 2.500 korban tewas dan lebih dari 20.000 korban luka-luka, serta sejumlah bisnis dan perusahaan asuransi, telah menggugat Arab Saudi atas kerugian yang ditimbulkan senilai miliaran dolar.
Dalam sebuah pernyataan atas nama organisasi 9/11 Families United, Terry Strada, seorang perempuan yang suaminya terbunuh pada 11 September, mengatakan dokumen yang dirilis oleh FBI pada Sabtu menghilangkan keraguan tentang keterlibatan pemerintah Saudi dalam serangan tersebut.
"Sekarang rahasia Saudi terungkap dan waktu telah lewat bagi kerajaan itu untuk mengakui peran pejabatnya dalam membunuh ribuan orang di tanah Amerika," kata pernyataan itu. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil