jpnn.com - Perpaduan antara agama dan politik selalu menjadi topik hangat di Indonesia. Beberapa waktu lalu, muncul fenomena menarik di mana ratusan aktivis Forum Komunikasi Santri Indonesia (FOKSI) resmi bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Mereka memutuskan bergabung dengan alasan PSI dan santri memiliki garis kesamaan perjuangan.
BACA JUGA: No Baper-Baper Club: Anak Muda dan Politik Gembira Ala PSI
PSI, yang dikenal dengan pendekatan berpolitik yang santun dan modern dan saat ini tengah dinakhodai oleh Kaesang Pangarep memang menarik bagi banyak kalangan, termasuk santri.
Namun, pertanyaan muncul apakah keterlibatan santri dalam politik modern seperti PSI adalah tanda kemajuan atau kemunduran bagi tradisi santri dan pesantren di Indonesia.
BACA JUGA: Suara Anak Muda dan Pengaruh Politik Gembira ala PSI
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami konteks budaya dan sejarah pesantren di Indonesia. Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional yang memiliki peran penting dalam menyebarkan ajaran Islam dan membentuk karakter masyarakat.
Pesantren dikenal luas sebagai institusi yang mengajarkan nilai-nilai keagamaan, etika, dan moral kepada para santri. Tradisi ini telah berlangsung selama berabad-abad dan memiliki pengaruh yang kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
BACA JUGA: Survei: PSI Wakili Anak Muda, Gerindra Juara Baru di Parlemen
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kita telah menyaksikan perubahan dalam cara sebagian santri melihat dan berpartisipasi dalam politik.
Mereka bergabung dengan partai politik seperti PSI yang menawarkan pendekatan yang lebih modern dan santun dalam berpolitik.
Penting untuk memahami bahwa fenomena ini tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang hanya positif atau negatif. Hal ini lebih sebagai refleksi dari dinamika yang kompleks dalam masyarakat dan politik Indonesia.
Artikel ini akan meninjau beberapa argumen yang mendukung atau menentang ide bahwa keterlibatan santri dalam politik modern seperti PSI adalah kemajuan atau kemunduran.
Tantangan bagi Santri
Melibatkan santri dalam politik modern dapat memberikan mereka pendidikan politik yang lebih luas dan memungkinkan mereka untuk memahami lebih baik sistem politik di Indonesia.
Ini dapat membantu mereka menjadi warga yang lebih sadar dan aktif dalam proses demokrasi. Santri yang aktif dalam politik memiliki potensi untuk berpengaruh positif dalam memerangi korupsi dan praktik politik tidak etis.
Dengan bergabung partai politik, para santri dapat membawa nilai-nilai etika dan moral yang mereka pelajari di pesantren ke dalam politik, sehingga memberikan kontribusi dalam membersihkan citra politik yang dalam penilaian beberapa pihak kerap diasosiasikan dengan sesuatu yang bersifat negatif.
Pada sisi yang lain, fenomena bergabungnya santri, seperti FOKSI, dalam partai seperti PSI bisa menjadi bagian dari gerakan reformasi politik yang lebih besar. Mereka mungkin membawa pemikiran segar dan perspektif baru dalam upaya untuk meningkatkan kualitas politik di Indonesia.
Namun, kita tidak dapat menyangsikan bahwa beberapa orang mengkhawatirkan keterlibatan santri dalam politik modern dapat menggerus pengaruh agama dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Ada keprihatinan bahwa beberapa kebijakan dan tindakan yang dilakukan oleh partai politik seperti PSI perlu dibedakan dengan peran mereka sebagai santri yang aktif di lembaga keagamaan.
Keterlibatan santri dalam partai semacam ini mungkin memunculkan konflik moral yang kompleks.
Argumen lain yang juga dapat diajukan ialah keterlibatan santri yang masih aktif di lembaga pesanten dapat mengalihkan perhatian mereka dari tujuan utama mereka, yaitu mendapatkan pendidikan agama yang kuat di pesantren.
Kehilangan fokus ini dapat berdampak negatif pada perkembangan pendidikan santri. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang apakah fenomena ini adalah kemajuan atau kemunduran, perlu diperhatikan bahwa hal ini tidak homogen.
Tidak semua santri yang bergabung dengan partai politik akan memiliki pengaruh yang sama, dan dampaknya akan bervariasi tergantung pada individu dan konteksnya.
Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk memastikan bahwa keterlibatan santri dalam PSI lebih mengarah pada kemajuan daripada kemunduran.
Peran institusi (pesantren) para santri dan ulama dapat memainkan peran penting dalam membimbing santri yang terlibat dalam politik. Mereka dapat memberikan panduan moral dan etika serta membantu santri dalam memahami implikasi agama terkait kebijakan politik.
Pada sisi yang lain, santri yang terlibat dalam politik praktis harus mempertahankan kritik konstruktif terhadap partai politik yang mereka dukung.
Mereka harus memastikan bahwa partai tersebut tetap memegang nilai-nilai etika dan moral yang mereka anut. Sementara bagi mereka yang sudah terlibat aktif dalam partai politik, dialog dan diskusi antara berbagai kelompok dalam masyarakat, termasuk antara santri yang terlibat dalam politik dan mereka yang skeptis terhadapnya, sangat penting.
Ini dapat membantu menghindari polarisasi dan mempromosikan pemahaman yang lebih baik.
Sampai tahap ini, kita dapat memahami bahwa fenomena santri bergabung dengan partai politik seperti PSI adalah bukti perubahan dinamis dalam politik Indonesia.
Pertanyaan perihal apakah ini merupakan kemajuan atau kemunduran, jawabannya tergantung pada perspektif masing-masing individu.
Yang pasti, keterlibatan santri dalam politik modern tidak mengorbankan nilai-nilai agama dan moral yang mereka anut, dan bahwa mereka tetap menjadi agen perubahan yang positif dalam masyarakat Indonesia.
Penulis adalah koordinator kajian politik di Forum Diskusi Demokrasi
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif