Ferdinand & Anak Pak Lurah

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 11 Januari 2022 – 18:43 WIB
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka. Ilustrasi Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com - Pegiat media sosial Ferdinand Hutahaean akhirnya ditangkap dan ditahan oleh polisi, Senin (10/1).

Ini menjadi kode keras bagi pegiat medsos lain yang selama ini dianggap sakti, seperti Denny Siregar atau Abu Janda.

BACA JUGA: Gibran dan Kaesang Dilaporkan kepada KPK, nih Tanggapan dari Istana

Penahanan Ferdinand juga mengakhiri spekulasi bahwa para pegiat medsos ini dilindungi karena ada orang kuat sebagai bekingnya.

Sejak melempar cuitan ‘’Allahmu lemah’’ Ferdinand dalam posisi defensif dan terdesak. Ia berusaha membuat banyak argumen untuk menghindar.

BACA JUGA: Belum Jawab seluruh Pertanyaan Polisi, Ferdinand Hutahaean Diperiksa Lagi

Ia mengaku mualaf dan meminta beberapa pihak untuk bertestimoni. Ferdinand juga mengajukan bukti bahwa ia punya problem mental dengan kebiasaannya berbicara dengan dirinya sendiri.

Ferdinand mengaku sering berdialog dengan suara-suara di dalam dirinya sendiri, sehingga kemudian memunculkan cuitan ‘’Allahmu lemah’’. Argumen Ferdinand ini tidak cukup kuat bagi polisi untuk meloloskan Ferdinand.

BACA JUGA: Gibran dan Kaesang Dilaporkan ke KPK, Anak Buah Firli Bahuri Bakal Lakukan Ini

Penahanan Ferdinand seperti sebuah gol penyama kedudukan dalam pertandingan sepak bola. Belakangan ini, dua kubu suporter di medsos saling adu chanting pro dan kontra setiap hari. Penahanan Ferdinand dianggap sebagai gol balasan atas penahanan Habib Bahar Smith (HBS) di Polda Jawa Barat.

Pendukung HBS memprotes penahanan yang dilakukan dengan proses cepat. Hanya sehari diperiksa HBS langsung ditahan. Para pendukung HBS kemudian mendesak agar Ferdinand juga segera ditahan. Sorak-sorai pun pecah seperti suasana pertandingan di stadion bola.

Para pendukung Ferdinand menjadi senyap, kaget karena kebobolan gol balasan yang cepat dari serangan balik yang tidak terduga. Ada yang menyesalkan penahanan ini karena menganggapnya bukan berdasarkan pertimbangan hukum murni, tetapi ada unsur politik dan tekanan publik dan netizen.

Kubu yang berseberangan pun berargumen serupa. Penahanan HBS—dan juga pemenjaraan Habib Rizieq Shihab—dianggap mempunyai unsur politik yang kental.

Tekanan opini di medsos memengaruhi keputusan itu. Pertimbangan-pertimbangan politis juga dianggap menjadi faktor penting yang memengaruhi keputusan itu.

Untuk sementara skor dianggap sama 1-1. Pertandingan belum selesai. Bahkan jeda setengah main pun belum. Pertandingan baru memasuki menit-menit awal, tetapi sudah ada gol-gol cepat yang sangat mungkin akan ditambahi dengan gol-gol lain yang tidak terduga.

Potensi gol yang tidak terduga juga muncul pada hari yang sama (10/1).

Aktivis demokrasi Ubedillah Nurdin melakukan solo run dengan sangat berani menerobos pertahanan lawan seorang diri. Ubed melaporkan sepasang ‘’Anak Pak Lurah’’ ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan cuci uang atau money laundering.

Dua Anak Pak Lurah itu adalah kakak-beradik Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep. Keduanya adalah putra Presiden Joko Widodo. Gibran sekarang menjadi wali kota Surakarta dan Kaesang sekarang menjadi pengusaha muda yang lagi moncer.

Kakak beradik ini dilaporkan karena diduga melakukan cuci uang hasil pembalakan hutan. Gibran dan Kaesang diduga punya kaitan bisnis dengan perusahaan yang melakukan tindakan kriminal pembakaran hutan.

Ubedillah mengatakan pelaporan tersebut didasari temuan relasi bisnis antara perusahaan Gibran dan Kaesang dengan perusahaan SMG yang terjerat kasus kebakaran hutan di Palembang pada 2015.

Ubed melihat ada keganjilan dari relasi bisnis antara perusahaan yang dibentuk anak presiden dengan anak petinggi perusahaan yang pernah terjerat kasus kebakaran hutan itu.

Perusahaan yang dibentuk anak pak lurah dengan anak petinggi SMG mendapat kucuran dana dari perusahaan ventura. Ubed mempertanyakan, apa mungkin perusahaan baru seumur jagung dapat kucuran dana jika perusahaan itu bukan milik anak pak lurah.

Ada unsur abuse of power dalam transaksi ini. Ada bau KKN (korupsi kolusi dan nepotisme) yang menyengat dalam transaksi ini. Ubed melihat pelaporannya sebagai upaya untuk menegakkan asas presumption of innocence, praduga tidak bersalah.

Tidak ada unsur politisasi dalam proses pelaporan ini. KPK harus mengusut kasus ini, dan jika terbukti ada pelanggaran hukum harus ditindak, dan jika tidak terbukti berarti nama anak pak lurah clean and clear.

Dalam laporannya Ubed mengungkapkan bahwa pada 2015 manajemen PT BMH yang merupakan grup bisnis SMG menjadi tersangka pembakaran hutan. Kasus pidana ini berjalan tersendat-sendat, sehingga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggugat melalui jalur perdata dengan menuntut ganti rugi sekitar Rp 8 triliun.

Proses hukum berlanjut ke Mahkamah Agung (MA). Pada 2019 MA mengabulkan permohonan ganti rugi, tetapi jumlahnya sangat jauh dari tuntutan. MA hanya memvonis ganti rugi sekitar Rp 80 miliar, atau hanya satu persen dari gugatan awal.

Ubed menduga ada KKN yang melibatkan dua putra Jokowi dan anak petinggi SMG berinisial AP. Indikasinya adalah ada suntikan modal puluhan miliar rupiah dari perusahaan yang terafiliasi dengan SMG.

Ada dua kali kucuran dana dengan angka hampir mendekati Rp 100 miliar. Setelah kucuran itu kemudian anak pak lurah membeli saham di sebuah perusahaan dengan nilai Rp 92 miliar.

Ini bukan kasus hukum pertama yang disangkutpautkan dengan anak pak lurah. Nama Gibran sempat disebut-sebut dalam kasus korupsi bansos di Kementerian Sosial di akhir 2020.

Ketika itu muncul tokoh anak pak lurah yang disebut-sebut menerima aliran dana dari kemensos. Sosok anak pak lurah itu dikaitkan dengan Gibran, dan sejak saat itu sebutan ‘’anak pak lurah’’ identik dengan Gibran.

Sementara Kaesang Pangarep, si bungsu anak pak lurah, dalam beberapa tahun terakhir ini moncer di dunia bisnis dengan berbagai manuver yang cukup menyita pemberitaan.

Beda dengan kakaknya yang memilih jalur politik, Kaesang memilih jalur bisnis untuk eksis.

Kisah cintanya yang kandas di tengah jalan dengan Felicia Tisue menjadi viral di media sosial selama berbulan-bulan. Kabarnya Kaesang sudah kadung janji akan melamar sang kekasih asal Singapura itu, tetapi kemudian diingkari.

Kaesang kemudian diketahui menjalin hubungan dengan Nadya Arfita yang disebut-sebut sebagai orang ketiga.

Kaesang menjadi presiden klub Persis Solo yang baru saja menjadi juara Liga 2 dan lolos ke Liga 1. Dalam mengelola Persis Kaesang berkongsi dengan anak kandung Erick Thohir, menteri BUMN. Di bawah Kaesang Persis Solo berkibar.

Meskipun berada pada kasta kedua, tetapi penampilan Persis menunjukkan kelas premium melebihi klub-klub Liga 1.

Persis Solo masuk dalam kategori Klub Sultan bersama Klub Rans Cilegon milik youtuber Raffi Ahmad. Dua klub ini sama-sama kaya dan bisa membeli pemain-pemain bagus dan mahal sekelas pemain-pemain Liga 1. Kedua klub ini juga sama-sama lolos ke Liga 1.

Kaesang dan Raffi bersaing di lapangan sepak bola tapi berkongsi di dunia bisnis. Raffi menggandeng Kaesang sebagai komisaris Rans Entertainment. Sultan ketemu Anak Sultan, klop sudah dua konglomerat muda itu menjalin kongsi bisnis.

Manuver bisnis Kaesang makin berkibar. Asalnya dia cuma jualan Sang Pisang, tetapi akhir November 2021 Kaesang mengejutkan dunia bisnis ketika mengakuisi 8 persen saham perusahaan frozen food dengan nilai hampir Rp 100 miliar.

Tagar ‘’Dari Mana Duit Kaesang’’ pun menjadi trending topic. Netizen rupanya kepo, ingin tahu, dari mana Kaesang punya duit sebanyak itu.

Ubdedillah Badrun bisa melacak sumber uang besar itu. Ia menemukannya dan melaporkannya kepada KPK.

Sekarang bola ada di kaki KPK, akankah lembaga antirasuah itu berani memeriksa Anak Pak Lurah? Nyali KPK sedang diuji. (*)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler