jpnn.com, JAKARTA - Eks politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean membagikan foto Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lewat akunnya di Twitter, Selasa (20/10).
Namun foto tersebut saat Jokowi masih menjabat gubernur DKI Jakarta.
BACA JUGA: Ferdinand Hutahaean Sebut Massa Tolak UU Cipta Kerja Sangat Sedikit
Suami Iriana itu memperlihatkan gesture menunduk saat bersalaman dengan Presiden SBY di Istana Negara, usai menerima DIPA 2013 pada 10 Desember 2012.
"Pemimpin akan datang dan pergi, takdir manusia tidak ada yang tau. Demikian juga dengan pak @jokowi tidak ada yang tau dengan gesturnya tertunduk di hadapan SBY seperti ini ternyata kemudian jadi Presiden," tulis Ferdinand dalam unggahan tersebut.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Satu Tahun Jokowi-Maruf, Demo Lagi Hari Ini, Berani Menolak Swab Test?
"Saya pernah berada di sebelah kedua Presiden ini, tapi bagi saya NKRI dan PANCASILA tetap yang utama," lanjut pria yang pernah memimpin Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) ini.
Saat dikonfirmasi jpnn,com mengenai apa makna dari foto Jokowi dan SBY yang diunggahnya itu, Ferdinand menjawab bahwa ada dua pesan yang ingin disampaikan ke publik.
BACA JUGA: Mahfud MD Endus Skenario Ada Korban di Demo 20 Oktober
"Begini, saya mengenal keduanya dari dekat, saya pernah berada di sebelah keduanya pada masanya, dan saya paham karakter keduanya," ucap Ferdinand.
Nah, mantan ketua Biro Energi dan Sumber Daya Mineral DPP Partai Demokrat ini sengaja mengunggah foto kedua pemimpin itu sebagai pengingat untuk publik.
Ferdinand ingin menggugah kesadaran banyak pihak bahwa pemimpin akan datang dan pergi, pemimpin akan berganti.
Maka, katanya, tidak baik bila ada sekelompok orang yang karena kebencian kepada seorang pemimpin jadi merusak bangsanya, merencanakan chaos dan penjarahan hanya untuk melampiaskan kebencian kepada pemimpin yang sedang memimpin.
"Saya ingin mengajak semua pihak agar lebih mencintai negara daripada mencintai pemimpin pada masanya karena mereka akan berlalu sedangkan bangsa tak akan berlalu," ujar Ferdinand.
Direktur eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) mengaku hanya ingin mengajak semua elemen masyarakat untuk lebih mementingkan bangsa daripada sekadar ikut-ikutan mendukung seorang pemimpin atau memusuhi seorang pemimpin.
Yang kedua, Ferdinand ingin publik merenungi bahwa takdir akan bergulir, tidak ada pesta yang tak usai.
Semua ada masanya dan setiap masa ada pemimpinnya.
"Saya ingin mengajak agar semua pihak bahu-membahu membangun bangsa ini, bukan bahu-membahu menyerang pemerintah atau menyerang, dan memusuhi negara karena pemerintah adalah representasi pengelolaan negara. Dua itu pesan yang ingin saya kirimkan ke publik," pungkasnya.(fat/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam