PORT MORESBY - Kecelakaan kapal laut terjadi di perairan Papua Nugini (PNG) kemarin (2/2). Lebih dari 200 orang berhasil dievakuasi dengan selamat setelah feri yang membawa sekitar 350 penumpang tenggelam kemarin pagi. Tetapi, lebih dari 100 orang lainnya masih hilang dan dikhawatirkan tewas tenggelam.
Feri MV Rabaul Queen tenggelam ketika berlayar dari Kimbe, zona penyelaman di PNG, menuju Lae atau kota terbesar kedua di timur negara Samudera Pasifik tersebut. Star Ships selaku operator melaporkan kehilangan kontak dengan Rabaul Queen sekitar pukul 06.00 waktu setempat (sekitar pukul 04.00 WIB). Star Ships pun menduga cuaca buruk sebagai penyebab tenggelamnya kapal angkutan itu.
Tetapi, dugaan tersebut berbeda dengan laporan Otoritas Keamanan Maritim Australia (AMSA). Menurut AMSA, ketika musibah itu terjadi, cuaca relatif masih bersahabat. Misalnya, kecepatan angin rata-rata mencapai 40 knot (75 km perjam) dan tinggi gelombang laut mencapai 16 kaki atau sekitar 5 meter.
Kapal sepanjang 47 meter (155 kaki) tersebut dilaporkan tenggelam sekitar 9 mil laut dari perairan Finschhafen, kota yang berjarak sekitar 92,5 kilometer sebelah timur Lae di Semenanjung Huon. Lokasi tenggelamnya Rabaul Queen itu berada di kawasan pantai timur laut PNG.
Perusahaan pemilik kapal, Rabaul Shipping, menyatakan bahwa sejauh ini pihaknya masih belum tahu penyebab tenggelamnya Rabaul Queen. Mereka hanya mengatakan bahwa feri tersebut tenggelam dalam waktu cepat tanpa mengirimkan pesan SOS atau bermasalah. "Tak ada sinyal apa-apa dari Rabaul Queen," kata jubir perusahaan dalam pesan yang dikirimkan ke Reuters via e-mail.
AMSA melaporkan bahwa 238 orang berhasil diangkat atau dientas dari laut dan rakit pelampung hingga pukul 17.30 waktu setempat (pukul 15.30 WIB) atau sekitar 12 jam setelah MV Rabaul Queen dilaporkan tenggelam.
"Ini jelas sebuah tragedi besar. Terdapat lebih dari 350 orang di atas kapal yang tenggelam," komentar Perdana Menteri (PM) Australia Julia Gillard kepada para wartawan di Melbourne. "Sepertinya banyak korban jiwa yang jatuh (dalam musibah tersebut)," lanjutnya.
Delapan kapal dagang yang berlayar di dekat lokasi MV Rabaul Queen telah diminta untuk membantu evakuasi para korban. AMSA menuturkan bahwa helikopter dan pesawat Australia juga dikerahkan ke lokasi setelah insiden tersebut. "Kami telah berhasil mengangkat banyak rakit pelampung dari laut," kata Jubir AMSA Carly Lusk.
"Banyak laporan yang datang dari kapal-kapal yang melihat orang-orang di dalam rakit pelampung. Kami berharap jumlah korban yang selamat akan terus bertambah," lanjutnya.
Otoritas Keamanan Laut Nasional PNG menyebutkan, pihaknya pertama kali mengetahui adanya sinyal darurat dari kapal tersebut kemarin pagi. Mereka membenarkan bahwa kapal tersebut tenggelam dan penumpangnya sedang terapung-apung di laut menunggu bantuan.
Koordinator Tim Penyelamatan Kapten Nurur Rahman mengatakan, lebih dari 300 orang berada di atas kapal saat terjadi kecelakaan. Namun, dia enggan berspekulasi tentang penyebab kecelakaan itu. "Prioritas kami saat ini adalah menyelamatkan nyawa penumpang. Tetapi, ini kejadian yang tidak biasa (bagi kami)," ujarnya. "Beberapa kali terjadi kecelakaan kapal kargo sebelumnya. Tetapi, tidak demikian dengan feri," tambahnya.
Rahman mengungkapkan bahwa feri tersebut tenggelam sepenuhnya. Upaya penyelamatan pun akan dilanjutkan selama memungkinkan meski cuaca biasanya tak menentu menjelang malam hari.
"Kami akan melanjutkan pencarian semampu kami. Semua bergantung pada cuaca yang bisa mendukung kami bekerja dengan efektif," terangnya. "Kondisi cuaca mulai berombak. Lebih berangin di malam hari. Jadi, keputusan untuk melanjutkan proses pencarian dan penyelamatan tergantung pada kondisi di lapangan," tandasnya.
Sejumlah penumpang selamat telah dievakuasi melalui udara dan dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sebagian di antara mereka mengalami dislokasi tulang pada lengan dan cedera lain.
Sebuah pesawat tim SAR Australia dengan kemampuan menurunkan rakit membantu evakuasi. Begitu pula tiga helikopter milik pemerintah PNG. Selain itu, dua pesawat militer jenis Orion PC3 juga diturunkan untuk mendukung evakuasi.
Lae yang menjadi tujuan terakhir feri itu merupakan kota tempat universitas ternama di PNG. Pada Oktober tahun lalu, kecelakaan pesawat juga terjadi di kota tersebut dan menewaskan 28 orang. Mereka diyakini sebagai orang tua para mahasiswa yang hendak menghadiri wisuda anak-anak mereka. (RTR/AFP/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Romney Percaya Diri Lawan Obama
Redaktur : Tim Redaksi