Festival Budayaw IV, Angkat Isu Perdamaian Lewat Teatrikal Bongaya: Rampai dalam Damai

Minggu, 03 September 2023 – 20:43 WIB
Teatrikal “Bongaya: Rampai dalam Damai”, yang mengangkat isu perdamaian, Festival Budayaw IV. Foto Humas Kemendikbudristek

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Pemprov Sulawesi Selatan menggelar Festival Budayaw IV, di Benteng Rotterdam, Makassar pada 1 sampai 5 September.

Melalui pertunjukan Teatrikal “Bongaya: Rampai dalam Damai”, yang mengangkat isu perdamaian, Festival Budayaw IV secara resmi dibuka oleh Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek Irini Dewi Wanti, pada Jumat malam (1/9). 

BACA JUGA: Sambut Pawai Reog Ponorogo, Menko PMK: Layak Jadi Warisan Budaya Tak Benda Dunia

Irini menyampaikan Festival Budayaw IV ini merupakan perayaan atas keragaman budaya yang menyatu oleh jaringan bahari dan Jalur Rempah yang telah membentuk peradaban di Asia Tenggara maupun dunia. 

Dikatakannya Festival Budaya merupakan perayaan seni budaya untuk memperkuat hubungan masyarakat di sub-kawasan EAGA dengan mengangkat atau menampilkan karya-karya ekspresi budaya yang sangat beragam, baik kekayaan ekspresi budaya yang telah terwariskan maupun karya-karya yang dikembangkan berdasar akar tradisi masing-masing.

BACA JUGA: MBKM Kemendikbudristek Berdampak Positif, Perguruan Tinggi Tunggu Apa Lagi?

Tema yang diusung pada kegiatan dua tahunan kali ini adalah Keberagaman Budaya dalam Kehidupan Berkelanjutan.

Tema ini, lanjut Irini, dirangkai dalam sub-tema yang lebih spesifik, yaitu “Spice Route and Maritime Memory”. 

BACA JUGA: STC 2023 dan Festival Budaya Biak jadi Daya Tarik Wisatawan

“Malam ini kita berkolaborasi dengan seniman dan komunitas untuk menggarap suatu pertunjukan teatrikal,” ujar Irini. 

Sementara itu, Ketua Delegasi Indonesia BIMP-EAGA yang juga Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi, mendorong semua pihak untuk kerja sama di berbagai bidang yang ada di ASEAN

"BIMP-EAGA adalah bagian dari kawasan  di ASEAN. Indonesia sudah memegang Keketuaan Asean di 2023 sehingga kita harus mengusahakan kerja sama dan kolaborasi dari semua bidang yang ada di ASEAN,” ujarnya.

Mewakili pemerintah daerah, Asisten Pemerintah dan Kesra, Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Muhammad Rasyid merasa sangat bangga atas terselenggaranya Festival Budayaw IV di Kota Makassar.

Dia berharap, kegiatan ini dapat menjadi momentum yang baik bagi pembangunan budaya dan kehidupan yang berkelanjutan pada negara-negara anggota BIMP-EAGA.

Menurutnya tema yang diangkat pada festival ini memberi tantangan bagi masyarakat Sulawesi Selatan.

”Melalui tema ini, kita mendapatkan amanat untuk mengembangkan budaya dan kearifan lokal yang ada guna mewujudkan pembangunan kebudayaan di Indonesia dalam hubungan antarbangsa, baik dalam skala regional Asia Tenggara, maupun dunia,” ujar Rasyid. 

Pada pembukaan Festival Budayaw IV, Kemendikbduristek menampilkan seni teatrikal “Bongaya: Rampai dalam Damai” yang digarap oleh seniman Asia Ramli Prapanca dari Makassar dengan pemain tidak kurang dari 60 orang.

Kurator Festival Budayaw IV, Adi Wicaksono mengatakan pertunjukan seni ini terinspirasi dari peristiwa sejarah yang sangat penting, yaitu Perjanjian Bongaya. 

“Petikan kisah dilatarbelakangi sejarah interaksi antarbangsa yang terjadi di Makassar sebagai entrepot dalam Jalur Rempah dan bahari pada abad ke-16 dan 17 Masehi,” ucap Adi. 

Dalam era tersebut, kata Adi, terjadi pergumulan dan bahkan konflik kepentingan, di antaranya oleh Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang berupaya memonopoli perdagangan rempah. 

“Hal itu memicu perang yang kemudian berakhir dengan penandatanganan Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667,” jelas Adi. 

Namun, Adi menambahkan bahwa yang ditonjolkan pada seni teatrikal ini bukanlah konflik atau perang antara Kerajaan Gowa melawan Belanda, melainkan proses perdamaian untuk menyelesaikan konflik tersebut karena jika perang dilanjutkan, akan makin banyak korban dari kalangan rakyat yang akan berjatuhan. 

“Jadi, perbedaan dan pertentangan harus diselesaikan secara damai. Hal itu merupakan solusi yang mempersatukan, meskipun masing-masing membawa kepentingan yang berbeda. Inilah hal yang semakin langka dan akan kita angkat di festival ini. Festival Budayaw ini mengetengahkan nilai-nilai kebersamaan yang harus makin kuat,” tuturnya. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler