Festival Bunga Rawa Belong Pecahkan Rekor Muri

Jumat, 06 Desember 2013 – 07:14 WIB

jpnn.com - Sebanyak 789 peserta yang ikut menerima kursus merangkai bunga di Festival Bunga Rawa Belong 2013 pecahkan pecahkan Rekor Muri(Museum Rekor Indonesia). Gelaran festival yang diselenggarakan Kamis (5/12) pagi itu dibuka oleh Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Pariwisata dan Budaya, Silviana Murni. Didampingi, Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, Ipih Ruyani dan Asisten Perekonomian dan Administrasi Jakarta Barat, Isnawa Adji.

Dalam kesempatannya Silviana mengatakan rekor tersebut semakin memantapkan kawasan Rawa Belong sebagai salah satu destinasi wisata bunga tak hanya di ibukota, tetapi mencakup skala nasional maupun internasional. "Tentunya hasil ini menjadi alasan kuat bagi pemprov untuk terus mengembangkan Rawa Belong sebagai destinasi wisata bunga," tuturnya usai pembukaan.

BACA JUGA: Hanura Pasang Target Tinggi di Jakarta

Menurutnya, tema kursus merangkai bunga yang notabene diikuti oleh kalangan ibu-ibu rumah tangga itu bagian dari memasyarakatkan bunga. "Jadi selain nantinya bisa menjadi hobby, diharapkan mereka bisa beralih ke bisnis bunga yang menjanjikan. Sebab peserta festival kali ini datang tak hanya dari pelaku usaha, tapi juga warga dari segala penjuru DKI Jakarta, terutama ibu-ibu PKK, dan Majelis Talim," ujarnya.

Ketua Umum Museum Rekor Indonesia (Muri), Jaya Suprana menyambut antusias pemecahan rekor tersebut. Meskipun target 1.000 peserta tidak tercapai, menurutnya jumlah 789 orang yang hari itu hadir cukup fantastis dan masih yang terbesar di Indonesia.

BACA JUGA: Pungli di TPU, Warga Kebingungan

Ia juga menilai, penobatan ini pantas menjadikan Rawa Belong sebagai bisnis pusat penjualan bunga terbesar di kancah nasional. Diharapkan, masyarakat Jakarta terus mengembangkan rekor-rekor yang menyangkut perbungaan seperti gelaran Festival Bunga Rawa Belong setiap tahunnya.

"Memang antusias peserta perangkai bunga ini cukup fantastis, dan layak mendapat rekor MURI. Ini juga membuktikan, Rawa Belong sebagai pasar bunga terbesar di ibukota otomatis besar juga secara nasional, saya harap setiap tahunnya rekor fantastis dari Rawa Belong selalu terukir," katanya.

BACA JUGA: UMP DKI Tak Akan Direvisi

Pemandangan di Pasar Rawa Belong, kemarin cukup meriah. Tenda besar menutupi seluruh area lapang di seantero dua bangunan pasar. Seluruh peserta merangkai bunga menempati meja-meja yang tertata rapih. Acara juga diramaikan dengan berbagai pementasan budaya Betawi seperti tarian dan pagelaran musik.

Sebagai ibu rumah tangga Ida Yanti (45) mengaku senang bisa merangkai bunga. Beruntungnya lagi, keterampilannya itu baru didapatnya saat menjadi peserta merangkai bunga di Festival Rawa Belong 2013, kemarin. Hanya dalam waktu 15 menit, ia sudah bisa membuat satu rangkaian Bunga Seruni (Krisan).

’’Ya, pengalamannya baru ini, makanya senang banget dapat ilmu dasar merangkai bunga, hasilnya bagus banget deh," tutur Ida sambil menunjukkan rangkaian bunga buatannya.

Ternyata, menurut ibu berkerudung ini, merangkai bunga itu mudah. Ia diberi teknik sederhana. Hanya tinggal menyiapkan wadah berupa vas tanah liat. Kemudian, menyiapkan spon berbentuk kotak yang disesuaikan dengan besaran lubang vas. "Masukkan spon-nya,  beri air sampai terendam, kemudian spon di beri tanda silang, lantas beri titik lubang di tengahnya," ujarnya.

Langkah pertama, lanjut Ida, pilih batang bunga yang paling besar. Tempatkan di tengah. Setelah itu, rangkai sisi-sisinya dengan bunga yang lebih kecil. "Pokoknya enjoy banget deh, teknik merangkai bunganya mudah diikuti. Hasilnya bagus, bentuknya oval. Wah, kalau begini sih besok-besok bisa terima order," kata warga Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat ini.

Festival yang sudah digelar selama 5 tahun belakangan ini, menurut Mulyadi, Kepala UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Holtikultura Pasar Rawa Belong, pantas untuk dikembangkan. Mengingat Rawa Belong sudah cukup dikenal baik di skala penjualan nasional maupun internasional sebagai sentra penjualan bunga terbesar.
"Seperti yang kita tahu, sebagian besar kebutuhan bunga di seluruh nusantara ini hingga 80 persen disupplay dari Rawa Belong," ujarnya disela-sela acara, kemarin.

Ia mengatakan, hasil dari promosi pasar yang digelar setahun dua kali semakin menunjukkan kualitas bunga di Rawa Belong. Kedepan,  agar perkembangan pasar bertambah pesat, pemerintah diharapkan dapat menambah sarana dan fasilitas yang ada di pasar.

Karena, hasil fantastis lainnya yang cukup terlihat dari perkembangan pasar yakni peningkatan omset rata-rata pedagang per tahun sebesar 10 persen. Dari angka total pendapatan mencapai Rp 70 miliar.

Sebab itu, lanjutnya, perlu adanya perluasan area pasar. Dari total 178 kios yang ada di dua bangunan pasar hingga kini belum mampu menampung 200-250 pedagang lapak yang tersebar di area lepas Pasar Rawa Belong.

"Peningkatan rata-rata per tahun antara 5-6 milyar. Ini yang mendorong para pedagang tertarik memulai bisnis penjualan bunga, mereka juga tak hanya merangkai, tapi bisa membudidayakan tanaman rumahan agar lebih bernilai jual," papar Mulyadi.

Ia juga menilai, selain penambahan lapak tadi, pemerintah juga perlu mengembangkan kawasan Rawa Belong menjadi suatu lokasi destinasi wisata dengan memugar pemukiman di sekitar kampung agar lebih berciri khas Kampung Betawi. Terlebih, akses jalan masuk yang ada saat ini masih terbatas, dan sering menjadi keluhan pengunjung yang datang.

"Jadi selain penambahan kios, dan penataan kembali ruang pemukiman di sekitar pasar, yang lebih mendesak sebenarnya pelebaran jalan, karena komentar pengunjung yang datang berharap akses jalan menuju pasar lebih lancar," kata Mulyadi.

Ia menegaskan, sederet rangkaian festival serupa akan terus digelar setiap tahunnya. Sebanyak dua kali,
satu di Hari Ultah Jakarta dan satu lagi di akhir tahun yang biasanya berupa festival bunga sekaligus festival budaya Rawa Belong.

Misi penyelenggara promosi tetap membentuk image Rawa Belong sebagai destinasi wisata bunga yang berkualitas di Jakarta. Sebab itu, pengembangan promosi berupa peningkatan mutu dan kualitas bunga di Pasar Rawa Belong terus dikembangkan.

Seperti empat tema festival sebelumnya yang mengedepankan berbagai rangkaian bunga. Seperti, melati, janur, rangkaian mawar yang membentuk rumah betawi dan bunga Krisan. "Kedepan kita akan terus memunculkan jenis-jenis bunga baru yang tadinya murah menjadi berkualitas dan bernilai jual tinggi, seperti bunga Garbera yang belakangan ini mulai ramai dicari pembeli," bebernya.

Dedi Setiawan (38), salah satu pedagang di Blok A no.40, Pasar Rawa Belong menilai festival tahunan ini jelas mendorong omset penjualannya. Pedagang asal Bandung, Jawa Barat yang sudah berjualan sejak 1980 itu mengaku puas, jika pemerintah terus memperluas area pasar.

"Area pasar yang ada sekarang ini masih sangat terbatas, khususnya lapak-lapak lelang, kami yang berada di kios jadi sulit bergerak. Beda sama yang di lapak, mereka bisa lebih praktis. Ya, bagusnya selalu ada promosi tahunan kayak gini," ucapnya.

Kendati demikian pedagang spesialis dekorasi pernikahan adat Batak ini tidak memungkiri, nama besar Rawa Belong cukup terkenal. "Selain omset harian Rp 1,5 juta, dari pasar ini saya lumayan dapat banyak order, sekali dekor bandrolnya juga lumayan Rp 3-4 juta, dengan modal bunga yang tidak terlalu mahal," ujar Dedi yang mulai menggunakan bunga Garbera dan Aster di setiap dekorasinya. (asp)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kecewa Camat - Lurah Hasil Lelang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler