jpnn.com, JAKARTA - Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud menyelenggarakan Festival Seni Media berskala Internasional.
Kegiatan bertajuk Instrumenta 2: Machine/Magic yang meramu irisan antara praktik seni media dan fiksi ilmiah ini salah satu wujud kehadiran negara untuk mendukung serta memfasilitasi para seniman media memamerkan karyanya.
BACA JUGA: 20 Pegiat Seni Akan Beradu Kreativitas di Super Art Fest 2019
Selain itu juga menjadi tempat bertemu, saling bertukar informasi dan berinteraksi satu sama lain.
"Pastinya tujuan utamanya untuk mengembangkan dan memajukan seni media, sehingga masyarakat luas dapat mengapresiasi perkembangan mutakhir seni media dalam konteks lokal maupun internasional," jelas Direktur Kesenian Restu Gunawan di sela-sela pembukaan Festival Seni Media Internasional di Gedung Galeri Nasional, Jakarta, Rabu (23/10).
BACA JUGA: Kiat Jitu Mendapat Beasiswa Seni Kreatif dan Desain di Amerika Serikat
Restu mengatakan, pergelaran yang diadakan untuk kedua kalinya tersebut berlangsung pada 23 Oktober hingga 19 November 2019 itu tak hanya wujud peran pemerintah dalam mendorong perkembangan seni kontemporer, dan juga melindungi seni tradisi.
"Festival Instrumenta ini juga memberikan wadah bagi berkembangnya ekosistem seni kontemporer Indonesia," ujarnya.
Kegiatan ini juga sebagai ruang ekspresi dan presentasi karya bagi praktisi seni media sekaligus sebagai ruang interaksi serta apresiasi seni bagi masyarakat dalam upaya mengembangkan seni sebagai objek pemajuan kebudayaan yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017.
Festival tersebut menghadirkan pameran, ceramah, performa, diskusi, lokakarya, wicara seniman, dan tur kuratorial. Setidaknya, 28 seniman, 7 berasal dari luar negeri dan 21 dari Indonesia, akan menampilkan karya-karyanya.
Pameran ini turut menampilkan video performa seniman Australia, Stelarc, yang dikenal melalui eksperimen-eksperimennya dengan tubuh. Pada 2006, misalnya, Stelarc mencangkok sel daun telinga manusia yang ditumbuhkan pada lengannya.
Sementara itu, salah satu karya dari Indonesia ialah instalasi kolaborasi Rega Rahman dan Bandu Darmawan yang berangkat dari riset mereka tentang Sudjana Kerton, pelukis yang secara terbuka mengaku pernah diculik alien.
Dalam pameran itu, pengunjung juga akan disambut robot karya Dwiky KA yang dikendalikan oleh balita jenius yang terinspirasi oleh karakter dari novel Getaran, karya pelopor fiksi ilmiah Indonesia Djoko Lelono.
Agung Hujatnikajennong, Direktur Artistik Instrumenta, mengatakan, pergelaran ini ingin melihat irisan-irisan yang inheren dan niscaya antara seni media dengan fiksi ilmiah sebagai konsep maupun praktik.
"Dengan mempersoalkan sains teknologi dan budaya yang dihasilkannya, karya-karya fiksi ilmiah maupun seni media memenuhi kebutuhan manusia untuk keluar melampaui kenyataan sehari-hari dan kesadaran normal melalui imajinasi menuju dunia penuh keajaiban, kebaruan, pesona sekaligus impian," papar Agung. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad