Festival Sidang Balai Panjang Tanah Periuk: Merawat Lingkungan Melalui Kearifan Lokal

Kamis, 22 Agustus 2024 – 16:55 WIB
Festival Sidang Balai Panjang Tanah Periuk diwarnai dengan mengangkat tradisi menangkap ikan secara tradisional yakni Jala Gepung, serta penanaman bibit pohon dan penebaran benih ikan di sungai Batang Tebo, aliran sungai Batanghari. Foto: Dokumentasi Kemendikbudristek

jpnn.com, JAMBI - Festival Sidang Balai Panjang Tanah Periuk di Tanah Periuk, Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas, Kabupaten Bungo, Jambi pada Rabu (21/8)

Festival budaya kelima yang merupakan bagian dari rangkaian Kenduri Swarnabhumi 2024 ini tidak hanya menjadi ajang untuk merayakan kekayaan budaya dan tradisi lokal, tetapi juga menunjukkan komitmen kuat terhadap pelestarian lingkungan.

BACA JUGA: Festival Payung Api, Sajikan Karya Kolaboratif dengan Perpaduan Tradisi & Seni

Festival ini diwarnai dengan mengangkat tradisi menangkap ikan secara tradisional yakni Jala Gepung, serta penanaman bibit pohon dan penebaran benih ikan di sungai Batang Tebo, aliran sungai Batanghari.

Direktur Festival Kabupaten Bungo Jajang Kusmana menyampaikan kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari upaya bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan.

BACA JUGA: Festival Indonesia Bertutur 2024 Dibuka, Ingatkan Keseimbangan Alam & Keberlanjutan Budaya

“Kegiatan aktivitas lingkungan ini bukan hanya simbolis, tetapi merupakan langkah konkret untuk memastikan ekosistem sungai Batanghari tetap lestari dan mampu mendukung kehidupan masyarakat di sekitarnya,” ujar Jajang Kusmana dalam keterangannya yang dikutip, Kamis (21/8).

Seperti halnya tradisi Jala Gepung, kata Jajang, menjadi kearifan lokal dalam menangkap ikan secara tradisional yang tidak akan merusak lingkungan sungai.

BACA JUGA: GERATIK di Festival Biduk Gedang Selang Beangkut, Ingatkan Pentingnya Jaga Lingkungan

Karena dilakukan dengan menjala, masyarakat bisa memilih jumlah dan ukuran tangkapan ikannya.

“Maka dari itu, demi melestarikan dan menjaga kemeriahan tradisi Jala Gepung kita kemas menjadi perlombaan,” ucapnya.

Pada rangkaian Festival Sidang Balai Panjang ini juga dilakukan penebaran benih ikan dengan tujuan untuk memperkuat ekosistem sungai yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar dalam jangka panjang.

Kegiatan ini didukung penuh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam yang menyediakan puluhan ribu benih ikan untuk dilepaskan ke sungai.

Adapun aktivitas penanaman bibit pohon di pinggir sungai dilakukan dengan tujuan menjaga dataran pinggiran sungai tidak abrasi.

Sebanyak 260 bibit pohon, yang terdiri dari alpukat, pinang, dan kayu manis, ditanam oleh peserta festival dan masyarakat setempat.

Penanaman ini juga bertujuan menjaga keseimbangan ekosistem serta memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.

Kepala Kampung Dusun Tanah Periuk Shofrizal mengungkapkan penanaman ini tidak hanya bermanfaat secara ekologis, tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan sosial.

“Bibit-bibit pohon ini diharapkan dapat tumbuh subur dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekarang dan generasi yang akan datang. Ini adalah investasi kita untuk masa depan,” ungkap Shofrizal.

Sementara itu, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dusun Tanah Periuk M. Sayuti menegaskan kegiatan ini merupakan bagian dari kampanye besar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.

“Penanaman pohon dan penebaran benih ikan ini adalah contoh nyata bagaimana kita semua bisa berkontribusi dalam pelestarian lingkungan. Kita harus terus merawat alam ini agar bisa diwariskan kepada anak-cucu kita,” ujar Sayuti.

Selain penebaran benih dan penanaman pohon, festival ini menyajikan karnaval budaya, penampilan Tari Meredam Raja Kabupaten Bungo, Tari Dipulau Kadinet, hingga pameran UMKM lokal.

Festival Sidang Balai Panjang Tanah Periuk ini membuktikan pelestarian budaya dan lingkungan dapat berjalan beriringan.

“Dengan semangat gotong royong dan tanggung jawab bersama, masyarakat Tanah Periuk tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga memastikan lingkungan yang sehat dan lestari untuk generasi mendatang,” pungkas Sayuti.

Festival Sidang Balai Panjang yang digelar di Kabupaten Bungo ini merupakan satu dari 12 festival budaya Kenduri Swarnabhumi 2024 yang diharapkan menjadi katalis bagi upaya pelestarian budaya dan lingkungan di sepanjang DAS Batanghari, membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan nenek moyang untuk generasi mendatang.

Kenduri Swarnabhumi sendiri akan digelar di daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, yakni di 10 kabupaten/kota se-Provinsi Jambi dan satu Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat dengan mengangkat narasi hubungan penting antara kebudayaan dengan pelestarian lingkungan, khususnya sungai, dan sebaliknya juga tentang pelestarian lingkungan untuk kebudayaan berkelanjutan.

Rangkaian pagelaran festival budaya yang akan diselenggarakan ole masyarakat setempat ini menjadi momentum memperkuat semangat kemandirian dalam mengangkat kearifan lokalnya.

Setiap festival yang digelar akan berkoordinasi dengan Direktur Festival dan Kurator Lokal serta didukung Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman Musik dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan. (mar1/jpnn)


Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler