FIFA Investigasi Kemenangan Bahrain

Jumat, 02 Maret 2012 – 12:15 WIB
ZURICH - Sepuluh gol, empat penalti, dan dua kartu merah mewarnai kekalahan paling memalukan Indonesia dari Bahrain pada laga pemungkas babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia (29/2). Hasil ini memantik tanda tanya.
   
Pasalnya, kekalahan supertelak itu terjadi saat Bahrain membutuhkan selisih sembilan gol supaya bisa mengejar defisit gol dari Qatar yang merupakan saingannya di grup E. Pada akhirnya Bahrain gagal lolos karena Qatar berhasil menahan seri Iran 2-2.

Selesaikah persoalan setelah Bahrain gagal lolos dengan skor kemenangan yang dinilai janggal tersebut -  Ternyata tidak.  FIFA rupanya curiga ada unsur pengaturan skor pada laga Bahrain versus Indonesia tersebut. Induk organisasi sepak bola dunia ini  memutuskan untuk melakukan investigasi atas kekalahan itu. Wasit Andre El Haddad,  timnas Indonesia dan Bahrain bakal menjadi obyek investigasi. Tapi, fokus utama ditujukan kepada wasit Ak Haddad.

Integritas El Haddad dipertanyakan karena memberikan kartu merah kepada kiper Indonesia Samsidar pada menit keempat serta memberikan empat "hadiah" penalti buat Bahrain. "FIFA akan melakukan pemeriksaan rutin terhadap laga dan hasil itu.  Sebab, banyak kejanggalan yang terjadi pada laga antara Bahrain versus Indonesia di Bahrain National Stadium, Riffa," begitu keterangan FIFA di situs resminya.

Rencana FIFA melakukan investigasi mendapai respon positif dari kubu Qatar.  Maklum, mereka lah yang paling cemas menunggu hasil akhir laga Bahrain melawan Indonesia.  Qatar khawatir Indonesia menjadi lumbung gol karena menurunkan tim muda yang masih minim pengalaman.  Kekhawatiran itu terbukti, di mana Indonesia akhirnya digelontor sepuluh gol tanpa balas.

"Bila AFC (konfederasi sepak bola Asia) ingin membangun sepak bola Asia, maka mereka perlu melakukan investigasi," kata Paulo Autuori, pelatih Qatar, kepada Al Watan.

Selama timnyas bertanding melawan Iran, pelatih asal Brazil itu selalu memantau kejadian dan hasil dari Bahrain. Hanya, dia memutuskan tidak memberitahukan kepada para pemainnya.

"Saya terkejut dengan hasil Bahrain melawan Indonesia. Saya bilang kepada yang lain supaya tidak membicarakannya, dan para pemain sama sekali tidak tahu Bahrain mencetak begitu banyak gol. Terlalu mencurigakan," kata Autuori.

Sebelumnya, Qatar juga sempat mempertanyakan alasan mengapa Indonesia tidak memakai para pemain yang secara reguler membela skuad Merah Putih, julukan Indonesia. Itu terjadi karena larangan pemain dari klub yang berkompetisi di Indonesia Super League (ISL) membela timnas.

Namun, wasit tetap menjadi sosok yang paling disorot karena banyaknya keputusan janggal. Apalagi, El Haddad punya reputasi yang kurang bagus. Wasit asal Lebanon itu merupakan musuh besar publik Singapura.

Penyebabnya, saat Singapura bermain melakoni laga perdana grup A kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia melawan tuan rumah Tiongkok di di Tuodong Stadium, Kunming, 2 September 2011. Ketika itu, sang wasit dianggap berat sebelah.

Singapura lebih dulu unggul melalui Aleksandar Duric di menit ke-33. Babak pertama berakhir dengan keunggulan Singapura. Tetapi pada babak kedua segalanya berubah. Tiongkok mendapat penalti pada menit ke-57, untung kiper Lionel Lewis mampu menepis eksekusi penalti itu.

Tetapi, sepuluh menit berselang, Tiongkok kembali dapat penalti lagi. El Haddad menilai pemain belakang Singapura melanggar Yu Dabao di area terlarang. Padahal, melalui rekaman terlihat jelas kalau Dabao sengaja menjatuhkan diri. Kali ini eksekusi Zheng Zhi berhasil.

Tentu, dua penalti itu meruntuhkan mental pemain Singapura. Mereka akhirnya kebobolan pada menit ke-73 oleh gol Yu Hai. Hingga El Haddad meniup peluit panjang, skor tetap 2-1 untuk Tiongkok. Hasil itu membuat para pemain Singapura mengecam habis-habisan El Haddad.

Sementara itu, Indonesia kembali menjadi sorotan dunia dalam konteks negatif. Tetapi, paling tidak, belum ada indikasi jelas Indonesia terlibat dalam upaya memberi keuntungan kepada Bahrain sepanjang permainan.

Berbeda konteksnya dengan pada Piala Tiger 1998 (sekarang Piala AFF) di mana Indonesia dan Thailand sengaja saling mengalah agar terhindar dari tuan rumah Vietnam. Ketika itu, mereka bertemu pada laga pemungkas grup A.

Indonesia memimpin di grup A dan Thailand pada peringkat kedua. Bagi Indonesia, kekalahan bisa membuat mereka berada pada posisi kedua dan terhindar dari Vietnam di semifinal. Parahnya, Indonesia akhirnya sengaja mengalah 2-3.

Yang paling memalukan adalah upaya bek timnas Indonesia kala itu Mursyid Effendi yang sengaja mencetak gol bunuh diri agar timnya kalah. Masalahnya, Mursyid hanya pelaksana di lapangan, semuanya atas perintah manajemen timnas. Mursyid akhirnya dihukum larangan membela timnas seumur hidup. (ham)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rumah Jordan Dijual Rp 264 Miliar

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler