jpnn.com, MARAWI - Suasana Kota Marawi di Pulai Mindanao, Filipina makin mencekam. Militer Filipina mengerahkan jet-jet tempurnya untuk menggempur kelompok bersenjata yang terafiliasi dengan Islamic State.
Militer Filipina dengan kekuatan udaranya menembakkan roket ke posisi kelompok militan di Marawi, Sabtu (27/5) atau pada hari pertama Ramadan. “Saya melihat dua jet menukik ke bawah dan menembak berkali-kali ke arah posisi pemberontak,” ujar Alexander Mangundatu, seorang petugas keamanan di Marawi.
BACA JUGA: Perang dengan Filipina, Puluhan Militan Maute Tewas, Termasuk dari Indonesia
Warga sipil di Marawi terpaksa mengibarkan bendera putih dari jendela-jendela rumah mereka. Tujuannya agar mereka tidak dianggap kombatan.
“Saya kasihan pada warga sipil dan kaum perempuan yang berada di dekat sasaran. Mereka terjebak di dalam konflik dan saya berharap ini segera berakhir,” katanya
BACA JUGA: ISIS di Filipina Terjepit, Indonesia Harus Makin Waspada
Marawi merupakan wilayah dengan penduduk sekitar 200 ribu jiwa dan menjadi ibu kota Provinsi Lanao del Sur. Pertempuran berlangsung sejak Selasa (23/5) malam ketika militer Filipina gagal membekuk Isnilon Hapilon yang dikenal sebagai pentolan pentolan kelompok militan di Marawi.
Nama Isnilon sudah masuk dalam daftar teroris versi Amerika Serikat. Isnilon mengajak anak buahnya untuk mengambil alih Marawi, membakar bangunan dan menangkap belasan sandera termasuk dari tokoh agama. Kondisi sandera saat ini masih belum diketahui.
BACA JUGA: Fakhri Husaini Siapkan 27 Pemain Lawan Timnas Filipina U-16
Kondisi di Marawi memaksa Presiden Filipina Rodrigo Duterte memberlakukan darurat militer di wilayah selatan negeri di tepi barat Samudra Pasifik itu. Wilayah selatan Filipina memang sudah selama puluhan tahun menjadi tempat bagi pemberontak muslim.
Juru Bicara Angkatan Bersenjata Filipina Brgijen Restituto Padilla mengatakan, pasukan pemerintah tengah bekerja untuk membersihkan Kota Marawi dari sisa-sisa kelompok bersenjata. Namun, operasi itu bukannya tanpa hambatan.
Padilla menuturkan, warga sipil di Marawi menolak dievakuasi karena mereka ingin menjaga rumah sehingga memperlambat operasi pemerintah. “Ini baik-baik saja asalkan warga sipil tak terluka,’ ujarnya.
Setidaknya 44 orang telah tewas dalam pertempuran, termasuk 31 anggota kelompok militan dan 11 tentara. Konfilk di Marawi juga membuat ratusan warga terpaksa melarikan diri dan meningkatkan ketakutan tentang meningkatnya ekstrimisme.
Kemarin (26/5), Presiden Duterte telah memerintahkan Angkatan Bersenjata Filipina menggempur kelimpok militan yang kini dikenal dengan sebutan Maute. Dia juga mengingatkan warganya bahwa Filipina berisiko besar terkontaminasi oleh kelompok Islamic State. ”Anda bisa katakan bahwa ISIS sudah di sini,” katanya.(philstar/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan: 2045, Indonesia Bisa Jadi Lumbung Pangan Dunia
Redaktur & Reporter : Antoni