jpnn.com, JAKARTA - Film dokumenter bertajuk 'Gelora Magnumentary: Saparua' tengah digarap.
Dokumenter tersebut menceritakan Gelanggang Olahraga (GOR) Saparua sebagai tempat ikonik yang menjadi saksi sejarah pergerakan musik di Bandung sejak 1970an hingga akhir 1990an.
BACA JUGA: Ulang Tahun ke-21, Demajors Telah Salurkan Ratusan Ribu CD
"Banyak musisi rock dan metal berkelas nasional dan internasional yang dilahirkan melalui pergerakan komunitas Kota Bandung, khususnya di Saparua," kata Alvin Yunata, sebagai sutradara Gelora Magnumentary: Saparua saat konferensi pers virtual, Selasa (30/3).
Gelora Magnumentary: Saparua digarap oleh Rich Music yang menjadi penggagas proyek rangkaian program DistorsiKERAS.
BACA JUGA: Seringai Persembahkan Video Musik Animasi, Ishtarkult
Gelora Magnumentary: Saparua disutradarai oleh Alvin Yunata, gitaris dari Teenage Death Star yang juga merupakan seorang penggiat musik dengan pengalaman di bidang jurnalistik dan aktivisme konservasi musik.
Para pelaku sejarah pergerakan musik Bandung seperti Sam Bimbo, Arian13 (Seringai), Dadan Ketu (Manager Burgerkill/Riotic Records), Eben (Burgerkill), Suar (Mantan Vokalis Pure Saturday), dan banyak lagi lainnya dilibatkan sebagai narasumber.
Alvin mengatakan film ini merupakan sebuah jurnal dari sebuah gedung yang kemudian dialihfungsikan juga sebagai sarana panggung seni dan hiburan dari generasi ke generasi.
BACA JUGA: Alfina Braner, Idola Baru dari Ranah Minang
"Namun ada fenomena menarik di dekade terakhir sebelum gedung ini dinon-aktifkan, yaitu lahirnya sebuah generasi yang menjunjung tinggi kolektivitas dalam sejarah scene musik underground di Indonesia," jelasnya.
Gelora Magnumentary: Saparua dihadirkan untuk mengapresiasi sejarah kancah rock-metal di Indonesia.
Program ini didasarkan pada proyek Membakar Batas yang diprakarsai oleh Cerahati sejak tahun 2011.
Tujuan dari proyek ini adalah untuk menangkap semua tonggak besar dalam sejarah rock dan metal scene.
"Kami menyadari ternyata selama ini belum banyak dokumentasi dari momen sejarah tersebut," jelas Edy Khemod selaku Creative Director dari Cerahati.
Edy Khemod menilai dokumenter ini penting karena terdapat motivasi yang berbeda untuk generasi ke depan.
Menurutnya, pergerakan musik independen saat itu memulai tidak atas dasar ekonomi namun passion atas musik.
"Hal ini penting agar generasi ke depan tidak melulu berorientasi ada kesuksesan ekonomi," ucapnya.
Kehadiran Gelora Magnumentary: Saparua diharapkan bisa menghadirkan lagi kisah perjalanan Saparua.
Film dokumenter yang rencana rilis Juni 2021 mendatang itu menyajikan fakta dan wawancara yang membangkitkan memori. (ded/jpnn)
Redaktur & Reporter : Dedi Yondra