Film Laris Tak Masuk FFI

Kamis, 18 November 2010 – 19:43 WIB
JAKARTA - Kontroversi lain yang mewarnai penyelenggaraan FFI 2010 adalah film-fim laris yang tak digubrisDarah Garuda: Merah Putih II karya sutradara Yadi Sugandi dan Connor Allyn, serta Sang Pencerah besutan sutradara Hanung Bramantyo tak lolos seleksi

BACA JUGA: Bondan Senang Istri Pintar Masak

Padahal, dua film tersebut mendapatkan respons positif dari masyarakat, menuai banyak pujian, dan laris di bioskop.

Film Darah Garuda: Merah Putih II didiskualifikasi karena salah seorang sutradaranya orang asing
Sementara itu, menurut peraturan buku pedoman FFI, film yang layak masuk seleksi adalah film yang disutradarai oleh orang Indonesia

BACA JUGA: Festival Aneh Film Indonesia

Sang Pencerah dinilai tidak memenuhi kriteria sebagai film yang utuh.

"Sebagai film biografi, belum sampai pada penggambaran peristiwa-peristiwa penting sang tokoh
Sang Pencerah belum menghadirkan visi dan tafsir terbuka mengenai kompleksitas karakter yang diangkat," tutur Ketua Komite Seleksi FFI 2010 Viva Westi, pada jumpa pers Jumat lalu (12/11).

Mengetahui filmnya tidak lolos FFI, Hanung Bramantyo legawa

BACA JUGA: Luna Maya Turun Gunung

Penggarap film Sang Pencerah itu menyatakan tetap mendukung FFI, meski karyanya tidak lolos"Saya mendukung FFI dengan cara mengirimkan film sayaDaftarnya itu rumit lhoPadahal, kalau di luar negeri, ajang penghargaan film serupa tidak serumit di siniNah, soal diterima atau tidak film saya dengan alasan tidak kredibel, ya, bisa apa saya?" katanya saat dihubungi.

Perkara di dalam FFI terjadi penilaian yang tidak adil, menurut Hanung, itu bukan haknyaHal tersebut mutlak hak panitia FFIKetidakadilan itu, menurut suami aktris Zaskia Adya Mecca, terjadi ketika filmnya dibilang tidak utuh sebagai karya sejarah"Pertanyaan saya, tidak utuhnya (film Sang Pencerah) itu di mana? Apa semua film yang diseleksi itu juga dilihat keutuhannya?" tanyanya.

Ade Kusumaningrum sebagai publicist Media Desa (produser Darah Garuda) juga menanggapi tidak lolosnya Darah Garuda dengan bijak dan dewasaAde mengatakan, itu merupakan dinamika FFI"Kalau memang ada ketentuan seperti itu, mau apa lagi? Tapi, mungkin untuk ke depan bisa dipikirkan lagi, sebenarnya film seperti apa sih yang bagus?" tuturnya melalui telepon tadi malam.

Yang terpenting sebagai pembuat film, ucap Ade, adalah tetap memegang teguh tujuanYaitu, membuat film berkualitas dan memiliki pesan untuk penonton"Tidak ada penyesalan sama sekali karena tidak masuk FFIKami melihat lagi, tujuan membuat film apa sih? Untuk lolos FFI? Atau untuk penonton dan masyarakat?" katanya.

Walau bagaimanapun, kata Ade, FFI harus tetap didukungDengan adanya kontroversi FFI, justru bisa diambil satu poin positifItu berarti masyarakat ikut peduli dengan perfilman Indonesia"Kalau masyarakat diam saja, hanya orang film yang terlibat, kan malah nggak bagusBerarti kalau begitu, masyarakat tidak peduli kan?" lanjutnya(jan/c6/ayi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Scarlett Johansson jadi Babe Of The Year


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler