PALANGKA RAYA – Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng memang akan mencekal jika film yang berjudul “Perawan Dayak” beredar di pasaran.
Meski demikian, peredaran tersebut kemungkinan tidak akan terhambat, setelah Gerakan Pemuda Dayak Indonesia (GPDI), memberikan saran sebelum film ditayangkan, agar terlebih dahulu diputar di hadapan tokoh masyarakat Kalteng yang bakal mencekal film tersebut beredar di Indonesia.
Memang awal mula adanya pencekalan ini, merupakan buntut dari pemberian gelar “Nyai Intan Garinda” kepada bintang utama film ini, yakni artis seksi Julia Perez alias Jupe, ketika pembuatan film yang dilakukan di Kabupaten Katingan.
Pemberian gelar tersebut karena dinilai tidak sesuai dengan kepribadian dan predikat yang disandang Jupe sang artis seksi ini. Pemberian gelar tersebut, mendapat teguran keras dari DAD Kalteng. Alhasil saat film akan beredar, ancaman pencekalan pun kembali ditebar DAD Kalteng.
Menyikapi segera beredarnya film Perawan Dayak, Ketua Umum GPDI Yansen A Binti mengatakan, ini mungkin menjadi salah satu kesempatan untuk menunjukkan kebudayaan Dayak.
Nah, sebelum film tersebut beredar, maka produser film terlebih dahulu berkoordinasi dengan DAD Kalteng bersama dengan tokoh masyarakat Dayak lainnya.
“Maksud saya sebelum beredar, film tersebut bisa diputar di hadapan tokoh Dayak di Kalteng. Dengan demikian akan melihat seperti apa kisahnya, karena saya pribadi juga belum mengetahui alur ceritanya dan apa yang ditayangkan dalam film tersebut. Apakah memang tidak baik? Atau bahkan malah layak untuk ditonton masyarakat,” ungkap Yansen kepada Kalteng Pos (Grup JPNN) saat ditemui di Sekretariat KONI Kalteng, Senin (10/6).
Karena itu lanjut Yansen, pihak Dewan Adat terlebih dahulu mengundang produser film. Dengan demikian, dapat melihat langsung apa yang ditayangkan dalam film tersebut, sehingga Dewan Adat juga bisa memberikan masukan mana yang kurang dan tidak perlu ditayangkan.
“Jadi ini menjadi kesempatan kita untuk menunjukkan kebudayaan Dayak itu seperti apa, karena dengan melihat langsung film Perawan Dayak yang segera beredar tersebut, maka Dewan Adat bisa menyampaikan kekurangan dan harus ditampilkan mengenai kebudayaan Dayak, kemudian hal-hal yang memang di luar kebudayaan Dayak bisa dihilangkan,” ucap pria yang juga politisi ini. (ala/hit)
Meski demikian, peredaran tersebut kemungkinan tidak akan terhambat, setelah Gerakan Pemuda Dayak Indonesia (GPDI), memberikan saran sebelum film ditayangkan, agar terlebih dahulu diputar di hadapan tokoh masyarakat Kalteng yang bakal mencekal film tersebut beredar di Indonesia.
Memang awal mula adanya pencekalan ini, merupakan buntut dari pemberian gelar “Nyai Intan Garinda” kepada bintang utama film ini, yakni artis seksi Julia Perez alias Jupe, ketika pembuatan film yang dilakukan di Kabupaten Katingan.
Pemberian gelar tersebut karena dinilai tidak sesuai dengan kepribadian dan predikat yang disandang Jupe sang artis seksi ini. Pemberian gelar tersebut, mendapat teguran keras dari DAD Kalteng. Alhasil saat film akan beredar, ancaman pencekalan pun kembali ditebar DAD Kalteng.
Menyikapi segera beredarnya film Perawan Dayak, Ketua Umum GPDI Yansen A Binti mengatakan, ini mungkin menjadi salah satu kesempatan untuk menunjukkan kebudayaan Dayak.
Nah, sebelum film tersebut beredar, maka produser film terlebih dahulu berkoordinasi dengan DAD Kalteng bersama dengan tokoh masyarakat Dayak lainnya.
“Maksud saya sebelum beredar, film tersebut bisa diputar di hadapan tokoh Dayak di Kalteng. Dengan demikian akan melihat seperti apa kisahnya, karena saya pribadi juga belum mengetahui alur ceritanya dan apa yang ditayangkan dalam film tersebut. Apakah memang tidak baik? Atau bahkan malah layak untuk ditonton masyarakat,” ungkap Yansen kepada Kalteng Pos (Grup JPNN) saat ditemui di Sekretariat KONI Kalteng, Senin (10/6).
Karena itu lanjut Yansen, pihak Dewan Adat terlebih dahulu mengundang produser film. Dengan demikian, dapat melihat langsung apa yang ditayangkan dalam film tersebut, sehingga Dewan Adat juga bisa memberikan masukan mana yang kurang dan tidak perlu ditayangkan.
“Jadi ini menjadi kesempatan kita untuk menunjukkan kebudayaan Dayak itu seperti apa, karena dengan melihat langsung film Perawan Dayak yang segera beredar tersebut, maka Dewan Adat bisa menyampaikan kekurangan dan harus ditampilkan mengenai kebudayaan Dayak, kemudian hal-hal yang memang di luar kebudayaan Dayak bisa dihilangkan,” ucap pria yang juga politisi ini. (ala/hit)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Syahrini Bangga BUMN Punya Kapal Mewah
Redaktur : Tim Redaksi