jpnn.com, JAKARTA - Founder IndoTelko Forum Doni Ismanto Darwin menyebutkan Fixed Mobile Convergence (FMC) bisa menjadi mesin pertumbuhan baru di sisi keuangan bagi operator jika tidak terjebak dengan perang harga.
FMC bisa berjaya di tengah menurunnya Average Revenue Per User (ARPU) karena perang harga dan saturasi di layanan seluler.
BACA JUGA: FMCBG G20 Diwarnai Aksi Walk Out, Sri Mulyani: Bukan Kejutan
Adapun, FMC adalah sebuah konsep yang menggabungkan jaringan mobile dan fixed broadband. Dengan menggunakan FMC, pengguna akan layanan internet secara terus-menerus, kapan pun dan di mana pun.
“FMC harus dijadikan sebagai era baru layanan broadband di Indonesia di mana dari sisi kecepatan pelanggan merasakan true broadband, dari sisi harga terjangkau, dan pelayanan purna jual membuat nyaman pelanggan,” ucap Doni, pada Selasa (23/5).
BACA JUGA: FMCBG G20 Resmi Dibuka, Sri Mulyani Punya Informasi Penting, Simak!
Hal ini diungkapkannya dalam acara Indotelko bertajuk "Babak Baru Layanan Broadband Bersama Fixed Mobile Convergence" di Kuningan, Jakarta Selatan.
Menurut dia, jika kembali terjebak ke dalam perang harga ketika menyelenggarakan FMC, maka yang dirugikan tidak hanya operator, tetapi juga masyarakat.
“Indonesia ini secara kecepatan internet tidak pernah bagus rankingnya di Asia Tenggara, kalau FMC ternyata sama saja dengan era 3G, 4G, atau 5G, lama-lama masyarakat bisa apatis dengan teknologi baru,” kata dia.
Di lokasi yang sama, SVP Corporate Communication dan Investor Relation Telkom Ahmad Reza mengakui bahwa FMC adalah bisnis baru bagi perusahaan operator.
Reza bilang kondisi industri telekomunikasi selama 10 tahun terakhir pertumbuhannya hanya 2 persen dengan belanja modal terus meningkat dan Earning Before Interest Tax and Depreciation (EBITDA) yang tertekan.
“Bagi Telkom, harus ada bisnis baru yang menguntungkan masyakarat dan juga negara. Kalau dengan FMC ini kita bisa dapat next 5 juta pelanggan dalam 1 tahun pertama,” ucap Reza.
Pencapaian target 5 juta pelanggan dilakukan dengan cross selling baik untuk pengguna Indihome dan pengguna Telkomsel.
Pemasarannya juga tidak akan masif karena akan menggunakan skema one on one selling dan sasaran utamanya adalah pengguna keluarga.
Nantinya akan ada nama produk baru "gabungan" Indihome dan Telkomsel ini. Harga produk baru tersebut juga tidak akan di atas ARPU Indihome di Rp 265 ribu dan tidak akan di bawah ARPU Orbit Rp 70 ribu.
Sementara itu, Group Head Indirect Channel Management XL Axiata Junius Koestadi mengeklaim XL Axiata merupakan pionir FMC di Indonesia saat ini dengan menggabungkan layanan Link Net dalam produk XL Satu.
Saat ini XL Satu sudah memiliki 350.000 pelanggan, atau melebihi target 30 persen pelanggan dari sebelumnya. XL Axiata pun kemudian menargetkan mendapatkan 40 persen pelanggan baru di tahun ini.
"FMC ini demandnya ada, dari survei kami pelanggan menyukai layanan XL Satu karena easy to manage, ada single app, single bill, single kuota dan lainnya yang belum ada di layanan operator negara lain," kata Junius.
Analis BRI Danareksa Niko Margaronis menambahkan ada perbedaan antara layanan 5G dan FMC.
Saat ini, kebutuhan penggunaan 5G di Indonesia belum banyak, yakni baru untuk segmen enterprise dan fixed wireless.
"FMC ini bisa jadi next double play yang bisa dorong penetrasi fixed broadband jadi 20-30 persen ke depannya," tutur Niko. (mcr4/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Ryana Aryadita Umasugi