Fogging Tak Mempan Atasi DBD

Kamis, 09 Februari 2012 – 15:06 WIB
PALANGKA RAYA – Pengasapan (fogging) yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya untuk mengantisipasi  penyebaran wabah demam berdarah dengue (DBD) beberapa waktu lalu tidak maksimal. Pasalnya, fogging tidak dilakukan sesuai prosedur yang ada.
Pasalnya, fogging yang harus dilakukan 100 meter memutar sesuai jarak terbang nyamuk aedes aegypty itu, terkesan asal-asalan dan tidak maksimal.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh ketua rombongan Komisi C DPRD Kalteng yang dipimpin oleh Drs H Guntur HAA saat  melakukan kunjungan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Doris Sylvanus Palangka Raya.

Menurut dia, fogging hanya membunuh nyamuk dewasa saja dan bukan jentik apalagi telur aedes aegypty. Selain itu, kata dia, pengasapan kurang menyeluruh dan hanya sekejap saja. Hal itu dikatakan Guntur, lantaran pihaknya masih banyak menemukan pasien yang masuk ke RSUD Doris Sylvanus.

“Fogging seperti yang kita tahu kan hanya nyamuk dewasanya yang mati, jentiknya apalagi telurnya tidak musnah,” katanya seraya menambahkan bahwa pihaknya akan melakukan Rapat Dengar Pendapat RDP dan memanggil pihak Dinas Kesehatan maupun RSUD Doris Sylvanus.

Selain itu, kunjungannya tersebut, juga terkait adanya isu bahwa RSUD Doris Sylvanus menolak pasien DBD. Namun, kenyataannya, dari hasil tinjauan langsung ke lapangan tersebut, Dewan menemukan bahwa tidak ada pihak rumah sakit khususnya kepala ruangan yang menolak pasien.

Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh wakil ketua komisi C DPRD Kalteng, RYM Soebandi di sela-sela kunjungan. Menurutnya, yang ada adalah pasien memilih-milih kamar.

“Pihak RSUD siap-siap saja ada berapapun pasien yang akan masuk, tapi, jika kamar Very Important Person (VIP) penuh misalnya, ya harus mau di ruangan lain. Apabila di ruangan lain juga penuh misalnya, ya harus rela di tempat yang disediakan rumah sakit, seperti di koridor,” tegasnya.

Ditambahkannya, jika terjadi kejadian seperti adanya Kejadian Luar Biasa (KLB), sehingga pasien membludak dan ruangan tidak cukup, pihak rumah sakit sudah menyediakan ranjang dan kasur tambahan untuk di luar ruangan.

“Di luar sini kan tidak apa-apa, yang penting dapat penanganan lebih dulu, jangan berfikir tentang ruangan,” imbuhnya sambil menunjuk koridor di ruang M (anak-anak) RSUD Doris Sylvanus yang biasa dijadikan tempat perawatan pasien demam berdarah.

Pihaknya menghimbau, agar masyarakat untuk mengutamakan memikirkan mendapatkan penanganan medis daripada berpikir mendapatkan kamar. Sehingga, tambahnya, pasien tidak terlambat ditangani. “Yang penting RSUD Doris Sylvanus sudah siap kalau kamar penuh, jangan mikir dapat kamar dulu, mikir dapat penanganan medis dulu,” ujarnya.

Hal senada juga dilontarkan oleh sekretaris komisi C DPRD Kalteng, M Saad Arpani. Menurutnya, sebagai langkah awal penanganan dini ketika terjangkit demam berdarah, seseorang harus minum banyak cairan.

“Seperti yang dikatakan pihak rumah sakit, banyaklah minum cairan entah itu oralit atau apapun, yang jelas harus ada penanganan segera,” katanya. (*/abe/tur)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Liput Demo,Warga Asing Ditangkap Polisi

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler