Foke Kalah, Partai Pendukung Cari Alasan Pembenaran

Jumat, 21 September 2012 – 13:50 WIB
JAKARTA -- Sekretaris Jenderal DPP Partai Persatuan Pembangunan, M Romahurmuziy, mengakui, mesin partai politik sudah efektif, tapi tak cukup mengimbangi figur dalam pemilukada DKI Jakarta putaran kedua, Kamis (20/9).

Pernyataan itu menurut dia bukan tanpa alasan. Pertama, dia menjelaskan, dibandingkan putaran pertama, peningkatan suara Fauzi Bowo-Nahrowi Ramli pada putaran kedua jauh lebih tinggi dibandingkan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama.

"Dalam hitung cepat Kompas misalnya yang memerediksi suara Foke 47 persen, berarti Foke meningkat 13 persen dari putaran pertama yang dalam real count putaran pertama mendapatkan 34 persen. Bandingkan dengan Jokowi yang terhadap quick count yang sama diperkirakan meningkat 10 persen," katanya, Jumat (21/9).

Yang kedua, Romahurmuziy menjelaskan,  di hampir seluruh exit poll, tercatat bahwa Foke-Nara didukung oleh lebih dari 60 persen pemilih yang berasal dari parpol pengusung. "Bahkan untuk PPP, dukungan warga PPP terhadap Foke-Nara tercatat dalam exit poll sebuah lembaga survei lebih dari 80 persen," ungkapnya.

Karenanya, lanjut dia, PPP meyakini ijtihad politik partai pada putaran kedua kepada Foke-Nara sudah sesuai dengan aspirasi pemilih. "Ini juga menunjukkan bahwa mesin PPP bekerja efektif," jelasnya.

Ketiga, tambah dia, Pilkada dalam masyarakat majemuk dan rasional seperti DKI, yang timbangannya lebih tinggi di mata masyarakat adalah figur dibandingkan mesin parpol.

"Ini bukan hal baru karena pada Pilkada Jatim 2008, Khofifah, cagub yang diusung PPP dan partai non parlemen yang totalnya hanya berjumlah 17 persen suara pun, berhasil mendapatkan hampir 50 persen pada putaran kedua," ungkapnya.
"Meskipun karena manipulasi yang luar biasa akhirnya 'dikalahkan' pada putaran ketiga (Jatim adalah satu-satunya pilkada provinsi yang berlangsung hingga tiga putaran)," tambahnya.

Ia melanjutkan, politik Pilkada utamanya di tingkat provinsi adalah politik figur, bukan politik parpol ataupun struktur. "Sejak 2005, sudah banyak pilkada yang membuktikan bahkan calon yang didukung partai gurem sekalipun mendapatkan kemenangan. Nantinya Pilpres 2014 juga akan demikian, sebagaimana SBY menang pada pilpres 2004 dengan perolehan PD yang 'hanya' 7 persen dalam pileg 2004," ujarnya lagi.

Keempat, dikatakan Romahurmuziy,  isu perubahan mendapatkan tempat maksimal di hati rakyat manakala tingkat kepuasan pemilih di akhir masa jabatan petahana (incumbent) kurang dari 50 persen. "Karenanya, siapapun figur yang tampil pada putaran kedua, mengingat kepuasan masyarakat kepada Foke di banyak survei disebutkan tidak melebihi 50 persen, maka penantang relatif diuntungkan," katanya.

Kelima, sambung dia, kemenangan Jokowi di Pilkada DKI putaran kedua adalah kemenangan media dalam membentuk persepsi publik di tengah masyarakat rasional DKI, yang sangat terbantu dari kebersahajaan Jokowi. "Alamiah media yang semakin laku ketika mampu menjajakan kebaharuan (news), membuat Jokowi menjadi media darling karena figurnya yang 180 derajat diametral dengan Foke," ucapnya.

Ketua Komisi IV DPR, itu sekali lagi mengucapkan selamat untuk Jokowi-Ahok. "Melalui parlemen, PPP akan terus memantau janji kampanye yang disampaikan, untuk kebaikan warga Jakarta ke depan," katanya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Tak Pakai Strategi

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler