jpnn.com, JAKARTA - Program Upsus Jagung yang digagas Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sejak 2015 lalu berbuah manis bagi pengusaha muda Dean Novel. Pasalnya, pengusaha kelahiran Jakarta bisa mengeskpor ratusan ton tongkol jagung dan menghasilkan dolar Amerika Serikat.
Padahal, oleh kebanyakan orang, tongkol jagung dianggap sampah dan tidak berguna. Namun di tangan dingin Dean, tongkol jagung bisa bermanfaat dan menghasilkan uang.
BACA JUGA: Terkait Impor Hortikultura, Kementan Hanya Beri Rekomendasi Teknis
Hal ini dipaparkan Dean ketika presentasi di hadapan Dirjen Tanaman Pangan Kementan Suwandi pada acara Sinergitas dan Akselerasi Ekspor Komoditas Pangan, di kantor Ditjen Tanaman Pangan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (16/8).
BACA JUGA: Terkait Impor Hortikultura, Kementan Hanya Beri Rekomendasi Teknis
BACA JUGA: Genjot Panen Petani Lebak, Ditjen PSP Kementan Agresif Bangun Embung
Dean mengaku sudah menekuni bisnis pertanian sejak 2009. Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila ini sebelumnya tidak pernah bersinggungan dengan dunia pertanian, namun peluang dari program pembangunan pertanian membuatnya fokus di bisnis jagung mulai dari hulu hingga hilir.
Untuk di hulu, Dean mulai mengembangkan tanaman jagung 200 hektare di kebun inti sekitar Lombok ,Nusa Tenggara Barat. Kemudian membangun kemitraan dengan 7.200 kepala keluarga petani jagung melalui Koperasi Dinamika Nusra Agribisnis, dengan luasan tanaman jagung 7.000 hektare, kebun plasma.
BACA JUGA: Kementan Berhasil Bangun Relasi Lintas Kelompok untuk Dorong Ekspor
BACA JUGA: Genjot Panen Petani Lebak, Ditjen PSP Kementan Agresif Bangun Embung
Mulanya, Dean fokus bisnis jagung pipilan untuk pakan ternak dengan perlakuan stok gudang, akhirnya Dean mengembangkan produksi jagung khusus subtitusi impor, berupa jagung rendah aflatoksin. Kemudian menghasilkan limbah berupa tongkol jagung antara 200 hingga 300 kilogram dari setiap ton jagung pipilan basah. Limbah jagung ini akhirnya menjadi masalah. "Apa harus membangun gudang hanya untuk limbah, biasanya limbah ini paling banter jadi arang pembakar sate atau ikan,” ujar Dean.
Namun untuk jadi arang harus dijemur kering dan permintaannya juga rendah, sampai akhirnya Dean mendapat informasi adanya peluang pasar ekspor tongkol jagung untuk dijadikan media tanam budidaya jamur di Korea Selatan. "Corncobs Meal terlihat sederhana, tapi membuatnya tidak mudah, khususnya untuk memenuhi spesifikasi ekspor ke Korea Selatan. Selama ini hanya Tiongkok dan Vietnam yang memasok kebutuhan corncobs meal, dari Indonesia hanya PT. Datu Nusa Agribisnis (DNA),” sambung Dean.
Saat ini, kata Dean, pihaknya melakukan ekspor 200 hingga 400 ton dalam sebulan. “Rata-rata 300 ton, setiap bulannya dengan harga 135,00 USD per metrik ton, semua dipasok dari Lombok, hingga saat ini buyer dari Korea, puas memakai produksi kami,” tambah Dean. (cuy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BKP Kementan Perkuat Pengawasan keamanan Pangan Segar Mendukung Ekspor
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Elfany Kurniawan