Ajang perdana Grand Prix Amerika Serikat di Austin sangat layak dibilang sukses. Sekarang semua pihak berharap, semoga Formula 1 terus berlangsung hingga minimal sepuluh tahun ke depan. Berikut laporan AZRUL ANANDA, AGUS WAHYUDI dan ANTON HADIYANTO dari Austin, AS.
= = = = = = = = =
PENYELENGGARAAN perdana Grand Prix Amerika Serikat (GP AS) di Austin berakhir Minggu kemarin (18/11), atau Senin dini hari tadi (WIB). Apa pun hasil lomba, secara keseluruhan event itu sudah layak disebut sukses besar.
Circuit of the Americas (COTA) langsung menjadi salah satu favorit tim dan pembalap. Fasilitas dan standarnya ultramodern, walau belum 100 persen jadi. Layout lintasannya spektakuler, terus mengundang acungan jempol para bintang.
"Sangat mudah untuk datang ke sebuah fasilitas grand prix baru, lalu memandangnya dengan sebelah mata. Tapi, saya rasa tidak ada yang seperti itu di sini (COTA, Red). Tak perlu dimungkiri lagi, ini fasilitas kelas dunia. Dibangun mulai nol, saya yakin tempat ini segera mendapat reputasi sebagai salah satu sirkuit terbaik di dunia," puji Martin Whitmarsh, bos tim papan atas McLaren-Mercedes.
Keunggulan COTA, lanjut Whitmarsh, adalah suasananya yang terasa "manusiawi", menjadikannya tempat yang nyaman untuk didatangi. Memang, banyak yang merasa fasilitas modern lain di F1 terasa "dingin". Terlalu modern dan canggih, tapi jadi tak terasa "ramah".
Segala pujian tersebut dibarengi sambutan penonton yang mengagumkan. Dari segi jumlah, GP AS mampu mempermalukan balap F1 lain di mana pun di belahan bumi ini.
Total lebih dari 65 ribu penonton sudah memadati tribun saat latihan hari Jumat (16/11). Lebih dari 80 ribu penonton membanjiri sirkuit saat kualifikasi Sabtu (17/11). Dan sekitar 120 ribu diperkirakan menyesaki lintasan ketika lomba.
Mungkin, hanya balapan-balapan "tradisional" F1 paling bersejarah yang bisa mengalahkan. Misalnya, Monaco atau GP Italia di Monza atau GP Inggris di Silverstone.
Saat babak kualifikasi Sabtu, beberapa rombongan fans F1 asal Indonesia yang hadir ikut menyampaikan kekaguman. "Suasananya luar biasa. Orangnya ramah-ramah, gayanya asyik-asyik," puji Sugeng Hariyadi, F1 Mania asal Surabaya yang pernah menonton F1 di sembilan negara.
Dengan sukses menuai pujian dan menyedot penonton itu, sekarang semua pihak pun menatap ke depan. Bahkan jauh ke depan. Semua berharap, GP AS di ibu kota Texas itu bisa bertahan untuk jangka panjang.
Jangan sampai seperti rumah terakhir F1, di Indianapolis Motor Speedway, Indiana. Lomba di "ibu kota balap" Amerika tersebut menuai sukses luar biasa ketika kali pertama digelar pada 2000. Bahkan, menyedot penonton sampai 150 ribu orang.
Semua penasaran, bagaimana mobil-mobil F1 bisa melaju di lintasan hybrid, kombinasi antara lintasan oval asli dan bagian road racing baru yang dibangun di tengah-tengahnya.
Namun, perlahan tapi pasti, jumlah penonton terus menurun. Ditambah skandal ban pada 2005, yakni hanya enam mobil mengikuti start lomba, masa depan F1 di Indianapolis pun langsung suram.
Benar saja, lomba 2007 menjadi yang terakhir di Indianapolis. Secara komersial, sama sekali tidak ada prospek yang baik untuk F1 maupun sirkuit sebagai penyelenggara.
COTA sendiri memegang kontrak untuk menyelenggarakan F1 selama sepuluh tahun. Mereka sekarang akan berjuang keras supaya itu terwujud. Kalau bisa, COTA bisa menyamai rekor Sirkuit Watkins Glen di New York, yang pernah jadi tuan rumah F1 selama 20 tahun, pada 1961-1980.
Mario Andretti, legenda balap dunia yang jadi duta alias official host selama akhir pekan F1, menyebutkan satu alasan mengapa GP AS akan bertahan lama di Texas: Karena COTA adalah sirkuit yang dibangun khusus untuk F1. Dibuat khusus untuk menunjukkan kehebatan mobil F1.
"Beda dari sirkuit lain yang berupa sirkuit jalanan atau sirkuit lama yang dimodifikasi," tegas Andretti, 72, yang pernah jadi juara dunia F1 (1978), juara Indy Car, serta juara lomba NASCAR.
Perbandingan terbaik COTA, lanjut Andretti, adalah dengan Watkins Glen. "Andai dulu Watkins Glen terus dikembangkan, mungkin F1 akan terus bertahan di sana," ungkapnya.
Selain itu, "keanehan" kota Austin juga bisa menjadi senjata agar penggemar F1 terus berdatangan setiap tahun.
Kota tersebut memang nyentrik. Semakin lama merasakan kotanya, semakin terasa nyentriknya. Warganya punya gaya asyik, meski tetap terasa ramah. Suasana downtown-nya pun seru. Apalagi kalau malam. Restoran-restoran seru, kafe-kafe seru, menghiasi pusat kotanya.
Untuk mengelilinginya, juga tidak harus jalan atau naik mobil. Ada banyak sekali pedicab (becak berkeliaran). Sopir becaknya muda-muda dan gaul-gaul. Tidak sedikit yang perempuan (dan berdandan keren).
Biaya naiknya pun relatif murah untuk ukuran Amerika. Jauh atau dekat bisa dinego, karena biaya lebih bersifat seperti tip. Penumpang yang duduk di belakang maksimal tiga orang. Tarifnya: Minimal USD 10 (Rp 100 ribu) per orang.
Ketika terus dicermati, ternyata kota itu juga punya banyak tujuan wisata nyentrik. Misalnya, ada Museum of the Weird, berisi barang-barang yang dipandang aneh. Museum itu juga punya tur khusus, Haunted House Tour. Peminat diajak naik mobil jenazah yang sudah dimodifikasi jadi limusin. Lalu, diajak keliling kota, mengunjungi situs-situs "berhantu" di Austin.
Weird (aneh) bukan?
Jangan lupa, Austin punya slogan tak resmi: "Keep Austin Weird" alias "Jagalah Keanehan Austin".
Dukungan pemerintah Austin (serta Texas) juga, tampaknya, lebih dari Indianapolis. Event F1 merupakan hasil kolaborasi swasta dengan pemerintah. Dan pemerintah setempat punya insentif khusus yang bisa memacu semangat penyelenggaraan: Adanya dukungan dana tambahan pemerintah, bila event itu terus sukses mendatangkan pengunjung dari luar negeri atau luar negara bagian Texas.
Totalnya penyelenggaraan tersebut tidak hanya terlihat di COTA. Selama akhir pekan F1, downtown Austin juga ditutup sebagian untuk dinikmati warga serta pengunjung. Khususnya di pusat kawasan gaul, di kawasan 6th Street dan Congress Avenue.
Event Austin Fan Fest benar-benar terasa meriah. Beberapa sponsor besar -khususnya yang terlibat di F1- membuka tenda atau kawasan raksasa tempat pengunjung bisa menikmati berbagai atraksi serta permainan. Ada pula toko-toko suvenir, pameran mobil antik, booth-booth makanan, dan lain sebagainya.
Untuk menambah kehebohan, sejumlah konser digelar di berbagai penjuru kota. Menampilkan bintang-bintang kelas dunia seperti Aerosmith, Flo Rida, dan Enrique Iglesias. Intinya, turis datang tidak hanya untuk F1, melainkan untuk menikmati seluruh kota.
***
Tentu saja, tidak semuanya indah pada tahun pertama. Masih ada banyak masalah yang harus diselesaikan. Harga tiket nonton yang mahal (ratusan dolar per tiket) mungkin bukan kendala. Namun, tarif hotel yang melangit akan jadi kendala besar.
Memang banyak orang yang memilih menginap di kota lain (seperti San Antonio atau Houston) karena hotelnya lebih murah. Tapi, mereka akan malas kalau setiap tahun harus naik mobil berjam-jam pulang dan pergi.
Kendala yang lebih besar lagi mungkin adalah transportasi. Tahun ini, untuk mengantisipasi kemacetan, tidak semua mobil boleh masuk kawasan sirkuit. Hanya mereka yang pegang tiket tarif tertentu yang dapat tiket parkir di kawasan sirkuit.
Kebanyakan harus naik shuttle bus yang disediakan sirkuit secara gratis. Total, ada 400 sampai 500 bus yang dipakai setiap hari, mengantarkan puluhan ribu penonton dari sirkuit ke titik-titik pengumpulan penonton di sekitar kota.
Antreannya terlalu panjang, bisa lebih dari 2 km hanya untu
BACA ARTIKEL LAINNYA... Formula 1 dan Austin, Ibu Kota Texas yang Bangga Disebut Aneh (1)
Redaktur : Tim Redaksi