Sukses di Texas, Formula 1 masih butuh banyak upaya untuk mendapatkan hati di mainstream Amerika. Pada 2013, upaya meraih popularitas itu dijalani lewat layar lebar. Berikut bagian terakhir tulisan Azrul Ananda dari Austin, AS.
= = = = = = = =
SUKSES. Sukses. Sukses. Ucapan itu terus dilontarkan untuk penyelenggaraan perdana Grand Prix Amerika Serikat di lintasan ultramodern Circuit of the Americas (COTA) di Austin, Texas, akhir pekan lalu (16-18 November).
Bagi penyelenggara di Texas, tantangannya adalah bagaimana membuat lomba ini terus sukses hingga sepuluh tahun ke depan. Bagi Formula 1, tantangannya lebih besar lagi: Bagaimana membuat seri balap ini benar-benar berpijak kukuh di Negeri Paman Sam. Dan itu tidak bisa dilakukan hanya dalam setahun atau dua tahun.
Ross Brawn, bos Mercedes, merangkumnya secara pas. "Saya kira akan butuh waktu cukup lama untuk membangun (popularitas F1 di Amerika). Ini bukan tempat di mana kita bisa datang, lalu berharap pemirsa Amerika langsung memperhatikan dan memahami segalanya," tuturnya.
"Kita ingin meluangkan banyak waktu mengembangkan penggemar. Bahwa lomba (pertama) ini sold out, itu menunjukkan ada basis antusiasme terhadap F1 di Amerika. Kita harus mengembangkan antusiasme itu," lanjut Brawn.
Melihat langkah dan keputusan yang dibuat Bernie Ecclestone, bos komersial F1, dalam beberapa tahun terakhir, tampaknya memang ada rencana bertahap jangka panjang itu.
Balapan di COTA rencananya bukanlah satu-satunya grand prix F1 di Amerika. Lomba kedua sudah diluncurkan di New Jersey. Sebuah lomba jalanan (street race) dengan latar belakang skyline Kota New York yang spektakuler.
Semula, lomba itu sudah akan digelar pada 2013. Tapi, karena beberapa kendala, akhirnya ditunda mulai 2014.
Kalau balapan di New Jersey itu jadi, F1 akan punya pijakan di dua tempat dengan karakter yang sangat berbeda. Balapan di Austin menyentuh "Amerika kebanyakan." Sementara itu, balapan di New Jersey akan menjadi show di kawasan pusat perputaran uang utama.
Tentu saja, sekadar menyelenggarakan lomba tidak cukup. Untuk tayangan televisi, F1 juga sudah melakukan langkah. Selama ini, F1 ditayangkan oleh Speed TV, sebuah saluran kabel. Bagi penggemar fanatik F1, itu bukan masalah. Untuk memperluas "sentuhan," tentu tidak cukup.
Balapan di Texas Minggu lalu (18/11) ditayangkan secara terestrial oleh NBC. Pada dasarnya bisa ditonton di seluruh kawasan Amerika.
Sayang, jadwal tidak 100 persen menolong. Pada hari Minggu yang sama, lomba penutup seri balap NASCAR juga diselenggarakan di Homestead, Florida. Dan lomba itu menjadi ajang penentuan juara, ditayangkan dalam jam yang hampir sama.
Di Amerika, NASCAR adalah raja balap mobil. Bahkan, popularitas NASCAR mampu bersaing dengan olahraga lain, seperti NBA dan baseball.
Di luar masalah tabrakan jadwal itu, seharusnya F1 tetap mencapai lebih banyak pemirsa daripada tahun-tahun sebelumnya.
Langkah F1 tidak berhenti sampai di tayangan televisi. Untuk benar-benar "masuk" ke mainstream Amerika, upaya lanjutan juga dilakukan lewat jalur Hollywood.
Sebuah film layar lebar, berjudul Rush, akan diputar luas pada September 2013. Studio pembuatnya adalah Universal dengan sutradara superkondang, Ron Howard.
Ya, Ron Howard yang sama dengan yang menang Oscar lewat film Beautiful Mind. Ya, Ron Howard yang sama dengan yang menyutradarai Apollo 13 dan The Da Vinci Code.
Pilihan bintang filmnya pun tidak main-main. Pemeran utamanya adalah Chris Hemsworth, aktor asal Australia yang melejit lewat film superhero Thor dan The Avengers. Plus Olivia Wilde, aktris yang sedang laris membintangi banyak film blockbuster.
Rush bukanlah dokumenter. Rush adalah film action yang berdasar kisah nyata, persaingan sengit perebutan gelar juara dunia Formula 1 1976.
Hemsworth akan memerankan mendiang James Hunt, pembalap Inggris yang dikenal memiliki gaya hidup playboy. Pada 1976, Hunt merebut gelar setelah bersaing supersengit, mati-matian, melawan Niki Lauda (diperankan Daniel Bruhl).
Di GP AS di COTA, Howard tampak aktif di paddock. Melayani pula serangkaian wawancara untuk mempromosikan Rush. Syuting film itu sendiri sudah selesai. "Sekarang kami sedang proses pascaproduksi, menyelesaikan segala special effect, dan Hans Zimmer sedang menyiapkan musiknya," jelas Howard.
Saat di Austin, Howard mengaku senang dengan respons terhadap Rush. "Sirkuit ini begitu penuh sesak. Saya lega ada begitu banyak orang menanyai saya kapan Rush mulai diputar," katanya.
Niki Lauda, salah satu tokoh yang diperankan di film itu, juga ikut hadir di paddock COTA selama GP AS berlangsung. Cerita Lauda pada 1976 itu sangatlah mengerikan dan heroik. Mobilnya sempat kecelakaan dan dia terbakar hidup-hidup. Belum pulih 100 persen luka bakarnya, Lauda sudah turun lagi di akhir musim untuk mencoba merebut gelar.
Selama akhir pekan GP AS, Howard bukan satu-satunya sosok "Hollywood" yang hadir di sirkuit. Dari kalangan aktor, ada dua wajah superkondang berkeliaran. Ada Patrick Dempsey "McDreamy," yang kondang lewat serial televisi Grey"s Anatomy, dan berkiprah di layar lebar via Valentine"s Day dan Transformers: Dark of the Moon.
Dempsey sendiri punya hobi balapan, punya kesibukan sampingan sebagai pembalap amatir. Jadi, dia datang bukan sekadar sebagai bintang tamu.
Dari jalur komedi, hadir pula Matt LeBlanc, yang superkondang di seluruh dunia lewat peran Joey Tribbiani di serial komedi Friends.
Selama di paddock, LeBlanc, kini 45 tahun, tak bisa bergerak bebas. Ke mana pun dia pergi, banyak personel F1 yang memburunya untuk diajak foto bersama.
Namun, nama-nama di atas itu bukanlah yang paling diburu di paddock COTA. Ada satu orang lagi yang jauh lebih diserbu dan dia punya kekuatan jauh lebih besar lagi di industri film Amerika.
Dia adalah George Lucas, 68, pencipta Star Wars. Lucas datang sebagai tamu Lotus-Renault, yang disponsori Rovio Entertainment, produsen Angry Birds. Apa kaitannya" Sebab, mobil hitam-emas Lotus di Austin dihiasi dengan stiker Angry Birds-Star Wars.
Lucas baru-baru ini memang menjadi sorotan dunia ketika memutuskan untuk menjual studio filmnya dan seluruh hak atas Star Wars kepada Disney dengan harga hingga USD 4 miliar atau Rp 40 triliun!
Ini bukanlah kehadiran pertama Lucas di sirkuit F1. Penggemar berat otomotif, Lucas juga hadir di GP Monaco awal musim ini. Tahun-tahun sebelumnya dia juga beberapa kali datang nonton balapan F1.
Kehadiran tokoh-tokoh Hollywood ini memang membantu menjadikan GP AS di COTA jadi lebih glamor. Tapi, pada akhirnya, sirkuit itu sendiri, ratusan ribu penontonnya, dan lombanya yang membuat akhir pekan berakhir dengan istimewa.
Sebastian Vettel memang tidak berhasil mengunci gelar juara dunia di Austin. Dia disalip oleh Lewis Hamilton, yang menjadi orang pertama meraih juara lomba di COTA (sekaligus orang terakhir yang menang GP AS di Indianapolis pada 2007).
Fernando Alonso berada di urutan ketiga, memastikan perebutan gelar berlanjut sampai seri penutup di Brazil 25 November mendatang.
Terima kasih Austin. Terima kasih Texas. Semoga tahun depan jauh lebih heboh lagi. Semoga tahun depan segala problem sudah teratasi. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Abraham Samad dan Kisah Kapur Tulis
Redaktur : Tim Redaksi