MEDAN- Sebanyak 40 elemen umat Islam yang tergabung dalam Forum Aliansi Umat Islam menolak kongres Konghucu yang akan digelar di Medan. Pasalnya, penyelenggaraan kegiatan yan akan dilakukan di hotel Emerald itu sangat dekat jaraknya dengan masjid Raudhatul Islam yang telah dirobohkan oleh pengembang.
"Kami bukan menolak keberadaan Konghucu. Tapi kami menolak kongres Konghucu yang akan digelar di hotel Emerald di depan masjid yang sudah dirobohkan, ini jelas telah menghina umat Islam dan memancing kemarahan umat Islam tidak ada lagi kearifan lokal di situ," kata seorang pengunjukrasa, Rafdinal, Jumat (1/6).
Dikatakan Rafdinal, alangkah bijaknya kalau Pemko Medan dapat mengalihkan kegiatan tersebut ke lokasi yang lain. "Sebab, kalau tetap digelar disitu, berarti pemerintah sudah tidak peduli dengan rumah ibadah yang telah dirobohkan yang berada di sekitar itu," ucap Rafdinal.
Rafdinal juga menambahkan, pihaknya bukan menolak keberagaman tumbuh namun karena kongres yang akan dilakukan itu sama sekali tidak memperdulikan masalah yang dihadapi umat Islam. "Masalah masjid yang dirobohkan ini pun belum selesai. Sudah mau digelar kongres Konghucu dibarengi lagi dengan atraksi barongsai yang jelas bukan budaya kita," terangnya sembari menambahkan diselesaikan dulu masalah masjid Raudhatul Islam dan Masjid Chairiyah yang telah dihancurkan barulah kongres Konghucu bisa digelar di Medan.
Koordinator Aksi, Anggi Ramadan mengatakan, alasan pemerintah yang akan menggelar kongres konghucu untuk mendukung visit medan years juga dinilai terlalu mengada-ada. "Kongres konghucu di Medan untuk mendukung visit medan years adalah alasan yg dibuat-buat. Kalau Pemko mau membenahi kota ini jelas investasi pasti akan masuk. Ini tidak, konghucu seperti dianak emaskan sementara permasalahan umat Islam tak diselesaikan," jelas Anggi.
Selain itu, puluhan massa aksi juga menuntut agar masjid yang sudah dibongkar pengembang yakni Masjid Raudhatul Islam dan masjid Chairiyah dapat didirikan kembali. "Kami juga minta aparat kepolisian untuk mengusut tuntas penghancuran masjid Al Chairiyah karena hingga sekarang prosesnya yeng dilakukan polisi belum menyentuh kepentingan umat dan hanya mementingkan pemilik modal," kata Anggi.
Dalam kesempatan itu Anggi juga menambahkan kalau sudah saatnya stakeholder pemerintahan dapat membantu perjuangan umat Islam. "Kita tidak punya kepentingan apapun di sini. Kami hanya ingin masjid yang sudah dirobohkan dapat dibangun kembali, kami ingin mempertanyakan kenapa wali kota bersedia menandatangani perubahan peruntukkan tanah wakaf itu," tegas Anggi.
Plh Sekda yang juga Asisten Kesos Medan, Musadad yang menerima massa aksi mengatakan, pihaknya berterima ksih kepada pengunjukrasa karena telah menyampaikan aspirasinya dengan baik. "Saat ini pak Wali juga sekda sedang berada di Manado untuk melaksanakan tugas, aspirasi ini akan kami sampaikan langsung kepada pak Wali karena dialah yang berhak untuk memberikan jawaban," kata Musadad.
Pengunjukrasa melakukan aksinya dengan membakar ban di tengah Jalan Kapten Maulana Lubis sehingga arus jalan terpaksa dialihkan ke Jalan Imam Bonjol dan ini membuat kemacetan lalu lintas.(adl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KNKT Segera Teliti CVR dan FDR Sriwijaya
Redaktur : Tim Redaksi