Fraksi PKB DPR Tolak Penutupan Tiga Pabrik Gula

Kamis, 29 Desember 2016 – 23:57 WIB
Anggota DPR RI dari Fraksi PKB daerah pemilihan (Dapil) Jatim III (Situbondo, Bondowoso dan Banyuwangi) M. Nasim Khan melakukan dialog sebagai salah satu upaya untuk solusi penutupan tiga pabrik gula (PG) di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. FOTO: Istimewa for JPNN.com

jpnn.com - JPNN.com - Usaha-Usaha untuk solusi penutupan tiga pabrik gula (PG) di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, terus dilakukan. Untuk kesekian kalinya anggota DPR RI daerah pemilihan (Dapil) Jatim III (Situbondo, Bondowoso dan Banyuwangi) M. Nasim Khan.

Dalam usaha mencari solusi tersebut, Nasim Khan bersama Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) dan karyawan PG serta Serikat Pekerja dihadiri Kadiv & tim SPI PTPN XI dan semua GM di Situbondo melakukan kunjungan kerja (kunker) bersama atau reses di 5 pabrik gula Situbondo dan Bondowoso. Kelima pabrik itu adalah PG Prajekan Bondowoso Asembagus Situbondo serta Wringin anom Olean Panji Situbondo yang akan ditutup, kembali melakukan penolakan kebijakan pemerintah tersebut.

BACA JUGA: Menumbuhkan Pabrik Gula di Kawasan Pedesaan

Tidak hanya menolak, perwakilan APTR juga menyerahkan dokumen resolusi petani tebu yang berisi kesanggupan untuk menyediakan pasokan tebu dengan cara memperluas areal tanaman tebu. Mereka juga menyatakan kesanggupannya untuk tidak mengirim tebu ke luar daerah, serta komitmen Kabupaten Situbondo melalui bupati siap mengembangkan area tebu bisa melalui kas desa dan lain-lain.

“Sampai kapan pun kita tidak akan tinggal diam. Kita pertahankan PG-PG (pabrik gula, red) yang ada sampai titik darah penghabisan. Pemerintah hanya bisa menutup, tanpa harus berpikiran ke depan dan bagaimana nasib masyarakat kecil,” kata Nasim Khan seperti rilis diterima di Jakarta, Kamis (29/126).

Menurut Nasim Khan, kesepakatan penutupan atau Regrouping Pabrik Gula (PG) BUMN antara sejumlah pihak sudah ditandatangani pada 06 Oktober 2016 lalu. Tiga PG di Situbondo yang akan ditutup adalah PG Pandjie, Olean dan Wringinanom. Dengan demikian, keputusan tersebut hanya tinggal menunggu pelaksanaan pada 2017 nanti sangat membuat resah yang berefek besar.

“Meski demikian, dengan langkah bersama ini kita terus melakukan upaya bagaimana penutupan tidak pernah terjadi & harus mencari solusi bersama,” terangnya.

Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKB itu, menyatakan pihaknya telah melakukan dialog langsung dengan pengelola tiga PG yang akan ditutup maupun dengan perwakilan petani. Semua pihak merasa heran dengan keputusan pemerintah, karena alasan yang disampaikan tidak sesuai dengan realita di lapangan.

“Khusus untuk Kabupaten Situbondo, saya kira jangan sampai membuat kesalahan lagi sebagaimana telah terjadi saat penutupan PG Deemas besuki sitb dan PG di Kecamatan Mangaran Situbondo. Sebab, keputusan tersebut telah sukses memiskinkan dan berdampak pada pengangguran ribuan masyarakat sekitar, menjadi sampah kabupaten serta menelantarkan aset yang sangat besar terbukti saat ini. Makanya dengan alasan apapun, penutupan tiga PG ini kita tolak, jangan sampai terjadi,” ujarnya.

Apalagi setelah dipelajari kata Nasim Khan, pria asal Kecamatan Asembagus itu dari tiga PG yang direncakan ditutup ternyata masih produktif dan mampu memberikan keuntungan dari laba kotor. Misalnya saja PG Wringinanom, produksi tebunya pertahun mencapai 1,6 juta kuintal. PG Olean 1,1 hingga 1,2 juta kuintal. Sedangkan produksi gula di PG Panji sebanyak 3 juta kuintal per tahun.

“Artinya jika nanti ditutup, maka kita akan kehilangan kurang lebih 5,7 juta kuintal pertahun. Kita juga harus menekan kerugian mengikuti standar biaya SDM karena saat ini sangat besar sampai 50 persen,” imbuh Nasim Khan.

Menurut Nasim, ketika para petani sudah menjamin ketersediaan lahan dan tidak akan mengirimkan tebunya ke luar daerah, maka pemerintah juga harus melakukan hal yang bersinergi agar ketiga pabrik di Situbondo tidak ditutup. Misalnya dengan melakukan revitalisasi mesin/alat di PG atau membangun pabrik modern di Situbondo bukan malah di luar kabupaten yang tidak produktif serta kualitas baik dari SDA (sumber daya alam)-nya.

“Karena PG yang ada di Kabupaten Situbondo ini bisa dikembangkan juga menjadi PG Rafinasi terbesar minimal di Jawa karena masih mempunyai alat-alatnya. Selain itu, melakukan revitalisasi dan Solusi terbaik ini merupakan solusi konkrit dibanding harus menutup PG dengan dampak yang luas seperti penutupan PG Demas tempo dulu,” katanya.

Dikatakan, pengembangan produksi gula di Situbondo masih sangat menguntungkan ke depan untk menunjang kebutuhan Nasional serta program swasembada pangan Indonesia. Apalagi jika petani tebu difasilitasi kemudahan mengakses kredit usaha tani yang sangat sulit juga hampir tidak ada sama sekali saat ini.

“Padahal ibu menteri menjamin berkali-kali pada saat kunjungan ke Situbondo. kita hanya tidak ingin, kebijakan pemerintah tidak berpihak kepada masyarakat, serta jangan karena persoalan kepentingan ekonomi tertentu apalagi kepentingan perorangan mengabaikan sosial ekonomi masyarakat,” katanya.

Menurutnya, Kabupaten Situbondo sangat berbeda segala halnya dengan yang lain yaitu sebagai kota santri ‘Bumi Shalawat Nariyah’ Kota Gula.


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler