jpnn.com - Film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 2 baru diluncurkan secara resmi Kamis lalu (31/8). Namun, film besutan Anggy Umbara itu sudah banjir rekor. Jumat ia kembali masuk Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) sebagai film yang paling banyak ditonton pada hari perdana pemutaran, tercatat 313.623 penonton.
Kemarin, ketika belum genap tiga hari diputar, film yang dibintangi Tora Sudiro, Vino G. Bastian, dan Abimana Aryasatya itu ditonton lebih dari 1 juta penonton! ’’Puji Tuhan, kerja keras kami terbayar,’’ kata Frederica, produser, ketika ditemui Kamis malam (31/8).
BACA JUGA: Jangkrik Bos, Film DKI Reborn Part 2 Sudah Tembus 530 Ribu Penonton
Erica –begitu perempuan kelahiran 6 Februari 1982 itu sering disapa– memang tetap humble. Sekalipun, film-film yang diproduserinya selalu laris di pasaran.
Khusus untuk Warkop DKI Reborn malah memecahkan rekor demi rekor. ’’Strategi promosi yang luar biasa aja sih,’’ kata Erica kembali merendah.
BACA JUGA: Jangkrik Bos! Part 2 Pecahkan Rekor, Ini Kata Tora Sudiro
Padahal, dari kepalanyalah seluruh ide dan strategi yang sukses menarik jutaan pemirsa ke bioskop itu berasal.
Nama Frederica sebagai produser Falcon Pictures mulai sering terdengar pada 2014. Kala itu, Erica melempar film komedi aksi Comic 8. Film yang juga diarahkan Anggy itu ditonton sekitar 1,6 juta orang dan menjadi film Indonesia terlaris 2014. Lalu, berturut-turut dia membuat Haji Backpacker (2014) dan Comic 8: Casino Kings Part 1 (2015).
BACA JUGA: Hari Pertama Tayang, Jangkrik Boss! Part 2 Langsung Pecahkan Rekor
Tahun lalu, tiga film yang diproduseri Erica masuk jajaran 10 besar film Indonesia terlaris. Selain Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1, ada My Stupid Boss, dan Casino Kings Part 2. Jika diperhatikan, kebanyakan filmnya bergenre komedi.
Itu, kata Erica, memang disengaja. ’’Soalnya orang Indonesia itu ke bioskop sukanya ketawa dan cari hiburan segar,’’ ucapnya.
Visi kuat memang menjadi senjata Erica untuk bisa memproduksi film-film yang sukses. Dia tahu film seperti apa yang akan disukai masyarakat dan tahu bagaimana mengeksekusinya.
Diimbangi dengan strategi pemasaran yang jitu dan masif, jutaan penonton bakal masuk kantong. Misalnya ketika mengangkat Warkop DKI Reborn.
Sejak awal, Erica tahu bahwa film-film Warkop DKI lawas yang diputar sporadis di stasiun TV selalu ditonton banyak orang. Basis fans Dono, Kasino, dan Indro sangat kuat.
Agar menghasilkan film yang bagus, penggemar joging itu menghubungi Lembaga Warkop DKI yang beranggota anak-anak anggota trio komedi tersebut.
Segala hal dikonsultasikan dengan mereka, mulai konsep, hak cipta, jalan cerita, sutradara, hingga pemeran trio Warkop. Semua berdasar observasi, riset, dan evaluasi.
Kinerja Erica yang penuh perhitungan itu juga diterapkan di film-film Falcon Pictures yang lain. Misalnya, My Stupid Boss yang diangkat dari novel best seller karya Chaos@work serta dimainkan duo beken, Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari. Atau, Comic 8 yang sarat nuansa stand-up comedy nan kekinian.
Menjadi produser sukses adalah hasil perjalanan yang cukup panjang. Erica awalnya awam soal perfilman lantaran latar belakang pendidikannya adalah public relations. Setelah lulus kuliah pada 2004, Erica mengawali karir di bidang advertising.
Yakni, sebagai account manager di Bhakti Media (kemudian berganti nama menjadi MNC Corp). Dia bertanggung jawab dalam proses kreatif iklan-iklan TV. Erica belajar tentang proses kreatif untuk produk visual.
Namun, dia merasa kurang tertantang. Selama bekerja di perusahaan periklanan, dia hanya mengurus produk visual dengan durasi 30 detik. Dia ingin mencoba menjadi produser acara TV yang durasi dan prosesnya lebih kompleks.
’’Mau cari tantangan. Kan dasar ilmunya sudah saya dapat saat jadi account manager untuk iklan,’’ ujar Erica mengenang.
Karena itu, setahun kemudian Erica pindah ke Cross Media International, bagian dari grup media MNC. Di situlah awal karir Erica sebagai produser TV.
Lewat kegigihannya, Erica menjadi produser untuk acara-acara TV adaptasi dari luar negeri. Misalnya, Fear Factor, 30 Seconds to Fame, dan Joe Millionaire.
Dari situ, dia belajar tentang manajemen produksi, kerja sama tim, negosiasi, dan menjaga kualitas.
Erica ingin melebarkan sayap ke dunia film. Apalagi, dia suka sekali nonton film. Perjalanan mempertemukannya dengan Hb Naveen, yang menjadi direktur Bhakti Media.
Pada 2010, Naveen mundur dari Bhakti Media dan mendirikan Falcon Pictures bersama Erica. Bagi Erica, itu kesempatan untuk mewujudkan impiannya sebagai produser film.
Diakui Erica, perjalanan karirnya sebagai produser tidak selalu mulus. Tidak semua film rilisan Falcon Pictures berhasil. Kadang ada yang gagal memenuhi target penonton.
Rata-rata itu terjadi karena premis film kurang jelas sehingga memengaruhi jalan cerita dan promosi. Akibatnya, penonton atau calon penonton kehilangan minat. Kerugian materiil pun pernah dialami Erica.
Dari kegagalan itu, dia belajar pentingnya kemantapan premis film. ’’Kalau premis atau konsep cerita jelas dan fokus, semuanya akan teratur,’’ kata dia.
Naveen banyak membantu Erica untuk memproduksi sebuah film. Menurut Erica, darah seni, kreativitas, dan sifat visioner Naveen banyak membantunya selama proses belajar menjadi produser film. (len/c4/na)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mampukah Jangkrik Bos Part 2 Tembus Angka Keramat 6,8 Juta?
Redaktur & Reporter : Adil