From Zero to Hero Jamie Vardy: Dari Buruh Pabrik Kini Jadi Raja Gol

Senin, 30 November 2015 – 10:02 WIB
Striker Leicester City Jamie Vardy. Foto: AFP

jpnn.com - DARI semua pemain-pemain mahal dunia yang datang ke Premier League musim ini, panggung liga paling glamor sedunia itu ternyata tidak mampu mereka manfaatkan. Adalah Jamie Vardy, pemain yang harganya paling murah di antara mereka, justru menjadi raja gol.

AGUNG PUTU ISKANDAR, Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Wasit Keluarkan Kartu Merah, Final Danau Toba Cup Diwarnai Kericuhan

Siapa bintang-bintang mahal Premier League yang datang ke Inggris dalam dua musim belakangan?

Ada Diego Costa yang merapat ke Chelsea dengan ongkos 32 juta poundsterling, Angel di Maria (59,7 juta poundsterling—rekor termahal di Inggris) ke Manchester United, dan musim ini Memphis Depay seharga 19 juta poundsterling.

BACA JUGA: Tinju Kalbar Raih Tiga Perak

Para pemain mahal yang berposisi pendobrak pertahanan lawan itu tak mampu tampil seperti harga yang dibayarkan. Musim ini Costa baru mencetak 3 gol. Sedangkan Depay 2 gol. Untuk Di Maria, semusim di Old Trafford ternyata membuatnya tak betah dan memutuskan hengkang ke Paris Saint-Germain.

Musim ini para pemain “impor” tersebut tak banyak yang meroket. Panggung Premier League justru dikuasai seorang pemain yang bahkan tak ada satupun pengamat sepak bola yang menyebut namanya dalam prediksi top scorer di awal musim.

BACA JUGA: Mantap Cuy! Anggaran Minim, Karateka Kaltara Tetap Perkasa

Dia adalah Jamie Vardy. Penyerang Leicester. Vardy tak terhentikan. Dia mencetak gol dalam 11 laga berturut-turut. Memecahkan rekor bomber Manchester United Ruud van Nistelrooy (10 laga beruntun).  

Gol di laga ke-11 Vardy sangat istimewa. Sebab, gol tersebut disarangkan ke klub raksasa Inggris, United. Lewat skema serangan balik, Vardy mampu mencetak gol ke gawang David De Gea.

Jika diperhatikan, hanya dibutuhkan 3 orang untuk menciptakan gol tersebut. Awalnya, tendangan pojok United gagal dimanfaatkan. Bola pun berada di tangan kiper Kasper Schmeichel.

Anak kiper legendaris Peter Schmeichel itu lantas melempar bola ke arah Christian Fuchs. Fuchs membawanya melebar ke sayap kemudian mengirim umpan terobosan mendatar k arah Vardy.

Vardy dalam posisi sejajar dengan bek Matteo Darmian. Tapi umpan terobosan itu tak bisa dia hentikan. Vardy meraih umpan Fuchs dan mengirimnya dengan dingin di antara kaki-kaki De Gea. “Vardy berpesta!” kata pendukung The Foxes—julukan Leicester.

Total golnya di Premier League mencapai 14 gol. Tak ada satupun penyerang di Liga Inggris yang menyamainya. Paling tidak hingga matchday ke-14. Saingan terdekatnya hanya bomber Everton Romelu Lukaku. Itu pun berjarak 4 gol dari dirinya. Enteng…

Pencapaian Vardy di Premier League, meski liga belum tuntas, adalah prestasi sensasional. Sebab, pemain kelahiran 11 Januari 1987 itu tidak lahir dari akademi klub-klub besar. Bahkan, dia harus rela bermain di level amatiran.

Pada usia 16 tahun, Vardy yang fans Sheffield Wednesday itu mengikuti akademi klub tercintanya. Tapi, cinta dia bertepuk sebelah tangan. Sheffield menolak dengan alasan postur dia terlalu kecil.

Hatinya hancur. Namun, kecintaan terhadap sepak bola membuatnya bertahan di jalur olahraga ini. Dia lantas bergabung ke Stocksbridge Park Steels. Setelah 3 tahun di klub tersebut, dia harus rela memperkuat klub non liga, yakni FC Halifax Town (2010-2011) dan Fleetwood Town (2011-2012). 

Klub non liga adalah klub yang tidak tergabung dalam Football League. Football League merupakan sistem liga sepak bola di Inggris yang terorganisir dengan rapi dan profesional. Kasta teratas Football League adalah Premier League yang biasa kita tonton.

Dalam istilah yang lebih lugas, klub non liga adalah klub amatir. Pemain digaji kecil dan suporter bebas berbaur dengan pemain di pinggir lapangan.

Karena gajinya sangat kecil, Vardy harus rela menjadi buruh pabrik. Dia mengambi ekstra shift dengan gaji hanya USD 45 dollar per minggu. “Jika tidak dia lakukan, kebutuhan sehari-harinya tak tercukupi,” kata kolumnis Rob Hughes di New York Times.

Pada 2012 dia kemudian direkrut Leicester City yang saat itu masih berada di kasta kedua, Championship, dengan banderol hanya 1 juta poundsterling. Itu adalah rekor pembelian terbesar bagi pemain non liga. Perjudian Leicester terbayar karena kini mereka punya striker paling berbahaya di Premier League. 

Vardy kini sadar bahwa kejayaan di depan mata sudah terbentang. Ada tiga klub yang tertarik merekrutnya. Yakni, Manchester United, Arsenal, dan Chelsea.

Namun, dia tak gelisah dengan tawaran itu. Vardy justru gelisah dengan anak-anak yang bernasib seperti dirinya di masa lalu. Postur dianggap terlalu kecil dan dibuang dari klub sepak bola. Dia akan mendirikan akademi untuk para pemain di kasta sepak bola terbawah.

“Akademi itu akan mendidik pemain-pemain tersebut apa yang diperlukan agar bisa tampil di level profesional,” kata Hughes.

Kami bersamamu, Vardy!

BACA ARTIKEL LAINNYA... Yes.. Yes.. Yes.. Kiper Tangguh Chelsea Main Lagi Pekan Depan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler