FSGI Sesalkan Mendikbud Anggap Enteng Keluhan Siswa

Jumat, 27 April 2018 – 11:29 WIB
Siswa SMA mengerjakan soal UNBK. Ilustrasi Foto: Rojai/Lombok Post/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai, pelaksanaan UNBK (ujian nasional berbasis omputer) yang sudah dilakukan sejak 2016 tidak menunjukkan peningkatan kualitas pelaksanaan. Justru banyak kendala serius yang justru ditanggapi enteng.

Kemendikbud bahkan menanggapinya dengan mengancam siswa pembocor soal yang tidak jelas sumber kebocorannya. Banyak hal prinsip yang harus dievaluasi karena seolah-olah UNBK ini menemui anomali tapi jawaban Kemendikbud justru blunder.

BACA JUGA: Sesalkan Ancaman Mendikbud pada Siswa Pengunggah Soal UNBK

Satriwan Salim, Wakil Sekjen FSGI mengungkapkan, kekhawatiran siswa SMP terkait UNBK SMA yang menggunakan soal HOTS (high order thinking skills), sebagaimana yang dicurahkan di IG-nya Kemdikbud, benar-benar menjadi kenyataan. Pada hari ke-2 pelaksanaan UNBK SMP, banyak siswa yang mengeluhkan sulitnya soal Matematika untuk diselesaikan.

“Berdasarkan analisis kami dan laporan dari guru-guru daerah telah terjadi pemahaman yang salah pembuat soal terhadap konsep HOTS itu sendiri," ujar Satriwan, Kamis (26/4).

BACA JUGA: KPAI: Mendikbud Gagal Buat Soal HOTS di UNBK

Dia melanjutkan, soal Matematika yang diujikan untuk siswa SMP sebenarnya bukan lagi aplikasi HOTS tetapi sudah menjadi soal dengan tingkat KI (kompetensi inti) dan KD (kompetensi dasar) yang lebih dalam dibandingkan pada mata pelajaran (Matematika tingkat SMP). Lebih sesuai jika soal Matematika ini diujikan untuk siswa SMA.

"Memang KI dan KD antara SMP dan SMA beririsan tetapi pada tingkatan SMA lebih dalam dibandingkan SMP sesuai dengan SKL-nya,” ucap Satriwan.

BACA JUGA: Soal Matematika di UNBK Benar-Benar HOTS

Dia menambahkan, soal berbasis HOTS tidak harus sulit. Dan soal yang sulit itu belum tentu HOTS.

“Kami juga menyesalkan pernyataan Mendikbud yang menganggap enteng keluhan siswa. Cenderung simplifikasi masalah dengan menyatakan, kalau soalnya gampang bukan ujian. Justru kami memertanyakan, untuk menyelesaikan soal-soal yang berbasis HOTS ini, perlu pembelajaran dan siswa perlu dilatih, lalu kapan siswa dilatih untuk berpikir secara HOTS? Kan belum. Jadi kami sepakat kalau ada pernyataan telah terjadi malpraktek di dunia pendidikan Indonesia,” ujarnya lebih lanjut.

Tak berhenti sampai di situ soal mata pelajaran Bahasa Inggris yang diujikan pada hari ke-3 juga banyak dikeluhkan siswa. Lantaran soal pada mata pelajaran Bahasa Inggris terlalu panjang uraiannya. Dengan jumlah soal 40 buah dan waktu 120 menit, jika dirata-ratakan ada waktu 3 menit untuk 1 soalnya, waktu yang sedikit untuk menyelesaikannya. Apalagi pokok soalnya membutuhkan penalaran yang dalam.

"Kalau Kemdikbud berdalih soal-soal UNBK disesuaikan dengan standar internasional, menjadi aneh kenapa evaluasinya saja yang berstandar internasional? Lalu bagaimana dengan sarana prasarana, kualitas guru, kurikulumnya dan pembelajarannya. Apakah sudah berstandar internasional?” tanya Heru Purnomo, Sekretaris Jenderal FSGI

Heru pun mengingatkan, sekolah itu bukan hanya ujian dan evaluasi. Namun merupakan proses mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kalau prosesnya masih standar nasional, pembelajarannya juga masih standar nasional, mengapa evaluasinya harus dipaksakan berstandar internasional? (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendikbud: HOTS Cuma 10 Persen Tapi Heboh Banget


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler