Fuad Bawazier Melontarkan Kritik Keras dan Lugas, Pakai Istilah Propaganda Usang

Minggu, 24 Januari 2021 – 07:39 WIB
Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Kabinet Pembangunan VII Fuad Bawazier menilai para pejabat ekonomi pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini hanya pandai jualan statement.

Kritik mantan dirjen pajak itu terkait dengan prediksi tentang ekonomi Indonesia akan tumbuh hingga 5 persen pada 2021 ini.

BACA JUGA: Pemerintah Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 2021 Bakal Capai Target

Fuad menilai target pertumbuhan ekonomi pada masa pandemi Covid-19 saat ini hanya janji-janji semata. Namun menurutnya, pemerintah tidak pernah menyampaikan kinerja ekonominya secara benar.

"Masalahnya banyak pejabat ekonomi yang jualannya itu cuma statement - statement saja. Misalnya prediksi-prediksi orang asing yang punya kepentingan atau interest tertentu. Itu yang dicekoki ke masyarakat, tetapi kinerja sendiri tidak pernah (dipublikasikan, red)," tuturnya dalam akun Fadli Zon Official di YouTube. 

BACA JUGA: Utang Luar Negeri RI Membengkak, Syarief Hasan Pertanyakan Komitmen Pemerintahan Jokowi

Fuad juga menyebut pemerintah selalu mengatakan situasi saat ini lebih baik dan mengaku selalu berhati-hati.

Menurutnya, propaganda usang ini sudah dipakai sejak era Orde Baru dan sudah tak layak lagi dipakai.

BACA JUGA: Sudah 8 Hari Suami Tak di Rumah, Sella Cari Uang Sendiri tetapi Caranya Jelek, Dosa

"Umumnya pemerintah itu mengatakan kami lebih baik dibanding ini. Selalu berpropaganda, selalu ngomong baik-baik saja, kami prudent, kami hati-hati, kami terukur, selalu baik-baik saja omongnya."

"Ini susunan kata yang dipakai sejak Orba dan sudah tidak pas lagi dipakai di zaman ini. Jadi ini seolah-olah enggak ada masalah kayaknya. Padahal riilnya kan enggak seperti itu," tegas Fuad.

Padahal, kata pria kelahiran Tegal 22 Agustus 1949 itu, ancaman dari sisi ekonomi cukup banyak.

Sejak tahun lalu penerimaan pajak sudah mengalami kontraksi sehingga pendapatan negara berkurang sampai 19 persen. Di sisi lain, belanja negara naik hampir 15 persen sehingga gapnya makin lebar. 

"Ketika pemasukan kecil, pengeluaran lebih besar pasak dari tiang, rumah tangga pun kalau terus-terusan begitu ya bisa ambruk. Cuma ini untungnya kan negara," katanya.

Lebih lanjut Fuad menilai kondisi itu juga mengkhawatirkan pemilik modal yang akan berinvestasi di Indonesia.

Menurut Fuad, sebagian besar krisis ekonomi di dunia karena gagal bayar utang.

"Kita rasionya sudah meninggi, tetapi pemerintah bisa berargumentasi rasionya belum 60 persen."

"Masalahnya bukan soal rasionya. Ada yang rasionya 100 persen juga enggak apa-apa asalkan bisa bayar." tegasnya. (esy/jpnn)

 

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler