jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan pada masa Kabinet Pembangunan VII, Fuad Bawazier menilai kebijakan ekonomi di masa Pemerintahan Presiden Jokowi saat ini salah arah. Utangnya ugal-ugalan tetapi pendapatan perkapita justru menurun.
"Karena pendapatan perkapita turun jadi pendapatan pajak perkapita menurun, sementara utang perkapita naiknya drastis. Jadi dari sudut ini jujur saya ngomong, kita ini wrong direction," kata Fuad Bawazier di kanal YouTube Fadli Zon Offcial.
Seperti biasa para ekonom pemerintah mengatakan kita ini the right direction. "Ya biarin sajalah," tambahnya.
Menurut Fuad, dari tahun 1999 hingga 2004 pertumbuhan income perkapita 71,4%, tahun 2004 - 2009 pendapatan income perkapita 96,6%. Sedangkan pada 2009-2014 pertumbuhan income perkapita masih sekitar 54,4%.
BACA JUGA: Utang LN Makin Banyak, Syarief Hasan Ingatkan Pemerintah Hati-Hati
"Tetapi pada 2014-2019, pertumbuhan perkapita itu hanya 18,4%. Jadi nge-drop sekali. Sementara beban utangnya meningkat drastis," ujarnya.
Di sisi lain, Incremental Capital Output Ratio (ICOR) tahun 2011 masih 3,8. Sementara pada 2017 sudah 6,4. Rasio ICOR menunjukkan tingkat efisiensi suatu negara.
BACA JUGA: Dikejar Prajurit Marinir TNI AL, HS Akhirnya Tak Berkutik, Nih Penampakannya
"Kita ini negeri miskin kapital tetapi boros kapital, ini aneh," cetusnya.
ICOR merupakan rasio antara investasi di tahun sebelumnya dibandingkan dengan pertumbuhan output regional ( PDRB ). ICOR bisa menjadi salah satu parameter yang menunjukkan tingkat efisiensi investasi di suatu negara.
Makin tinggi nilai ICOR kian tidak efisien suatu negara untuk investasi. Dengan rasio ICOR dari 3,8 di tahun 2011 menjadi 6,4 di masa kepemimpinan Presiden Jokowi menunjukkan hal yang makin memburuk.
"Jadi produktivitas ekonomi Indonesia itu menurun. Ini hal memburuk, tapi biasanya ditutup prediksi-prediksi impian dari luar negeri, memuja muji tetapi dengan asumsi-asumsi yang itu tidak dipenuhi." tegasnya.
Fuad Bawazier juga mengingatkan masalah utang pemerintah yang menggunung saat ini. Dengan jumlah utang Rp 6.000 triliun lebih, transaksi berjalan defisit, korupsi menggila, produksi minyak defisit, tax ratio turun dan pendapatan negara hanya sekitar 11 persen ini akan memberatkan.
"Ingat sebagian besar krisis dunia itu akibat gagal membayar utang," tegasnya.
Sementara itu, dalam pandangannya solusi ekonom yang ada di pemerintah saat ini tidak realistis. Namun berkelit dengan menyatakan kondisi masih kuat dan tidak apa-apa.
Solusi ekonom saat ini menurut Fuad, bukan saja kering, kurang kreatif dan tidak realistis, lebih ya menunggu siapa lebih dulu yang ambruk. Itu khas di berbagai negara, kalau belum ambruk pasti dibilang we are in the right thing.
"Sebelum ambruk pasti dibilang kita masih kuat. Kalau sudah ambruk pasti yang disalahin Pak Jokowi. Itu sama dulu zaman Pak Harto begitu," pungkasnya.(esy/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad