jpnn.com - Kolumnis kondang Dahlan Iskan disentil guru besar lantaran belum pernah menulis soal akun Fufufafa yang menghebohkan jagat maya tanah air itu.
Menurut Dahlan, seorang guru besar menegurnya di ruang tunggu Bandara Soekarno Hatta, ketika sama-sama akan ke Aceh pada Rabu (2/10/2024).
BACA JUGA: Si Rambut Kucir Bubarkan Diskusi FTA, Refly Harun Singgung Konspirasi dan Pengalihan Isu Fufufafa
"Sampai hari ini Disway belum membahas Fufufafa," kata Dahlan menirukan teguran sang guru besar.
"Saya tertegun. Fufufafa," lanjutnya, dikutip dari esainya pada kolom Disway edisi Kamis (3/10/2024).
BACA JUGA: Refly Harun soal Pembubaran Diskusi FTA: Si Rambut Kuncir Bukan OTK, Jelas Berafiliasi ke Mana
Dahlan berangkat ke Aceh bersama para guru besar untuk menghadiri pertemuan Majelis Wali Amanat (MWA) di Aceh.
Pertemuan itu khusus untuk MWA dari universitas yang sudah berstatus PTNBH –Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum yang digelar rutin tiap tahun.
BACA JUGA: FTA Ungkap Fakta Diskusi di Kemang yang Dibubarkan Si Rambut Kuncir Cs, Ternyata
"Tempatnya berpindah-pindah. Kebetulan ini mendekati 20 tahun tragedi tsunami Aceh," ucapnya.
Dahlan mengakui bahwa guru besar dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menegurnya itu benar, Disway ternyata belum pernah menulis soal Fufufafa, padahal hebohnya luar biasa.
"Saya malu, apalagi pertanyaan itu diucapkan di depan begitu banyak guru besar dari berbagai perguruan tinggi ternama di Jawa. Untung segera boarding," tutur Dahlan.
Menurut Dahlan, dia memang sudah agak lama tidak mau menunggangi arus. Tidak ikut isu yang lagi heboh-heboh di medsos. Terutama sejak medsos lebih seru di seputar politik pemilu dan pilpres.
"Saya akan selalu ingat: beberapa perusuh Disway minta saya tidak usah ikut bahas politik. Membosankan. Itu-itu saja. Berisiko. Biarlah itu bagian medsos," ujarnya.
Maka ketika orang heboh soal gemoy, Dahlan menulis ladang minyak di pedalaman Texas. Medsos heboh masalah cawe-cawe, Disway mengulas tentang Kelenteng di Semarang.
"Ketika ramai Fufufafa, Disway menulis Agama GPT," ucap Dahlan.
Dia menyadari bahwa medsos sulit dilawan. Pun ketika asumsi yang dipakai di medsos kadang sangat lemah. Sering juga tercium ada agenda politik-kepentingan di baliknya.
"Namun, Fufufafa memang penuh persoalan. Ada kebenaran yang harus diungkapkan. Ada agenda politik kepentingan. Bahkan, seperti kata seorang tokoh yang dekat Jokowi-Prabowo, ada yang memanfaatkannya untuk adu domba," lanjutnya.
Dahlan sendiri melihat sebenarnya ini persoalan kejujuran terkait Fufufafa -yang kalau di politik Amerika Serikat, itu penting.
Dia mengambil contoh kesalahan begitu besar yang dilakukan oleh Presiden Clinton dimaafkan di sana. Itu hanya karena Clinton jujur mengakui soal hubungannya dengan gadis Lewinsky.
"Dari sisi isi, Fufufafa sebenarnya tidak begitu berat –untuk ukuran politik Amerika. Isi Fufufafa menjelekkan Prabowo Subianto dan merendahkan anaknya," kata Dahlan.
Sebenarnya, kata dia, pemilik akun Fufufafa bisa langsung buka dada dan bilang, misalnya, itu memang akun saya. Saat itu umur saya sekian tahun.
Kemudian, suasana saat itu lagi panas: ayah saya lagi bersaing keras untuk jabatan presiden. Wajar kalau saya terpancing membela papa saya. Lalu minta maaf kepada Prabowo. Secara pribadi. Terbuka.
"Tinggal Prabowo bagaimana. Memaafkan atau tidak. Kalau saya jadi Prabowo akan saya maafkan. Anggap saja itu bumbu-bumbu pedas menjelang pemilu," ujar Dahlan.
Hal itu menurutnya bukan masalah sulit, apalagi setelah itu, papanya Fufufafa mau menggandeng Prabowo yang dikalahkannya. Dijadikan menteri pertahanan.
Bahkan, kelak, di Pilpres awal 2024, papanya mempertaruhkan segala-galanya agar Prabowo jadi presiden. Pun sampai bersitegang dengan partainya sendiri beserta ketua umumnya.
Seandainya dia Prabowo, Dahlan akan menganggap itu keusilan seorang yang baru gede yang terlalu bangga pada ayahnya. Banyak anak belum matang akan seperti itu. Yang penting bagaimana setelahnya. Masalah semestinya selesai.
"Akan tetapi tidak selesai. Tidak ada yang mau mengakui siapa pemilik akun Fufufafa. Justru Menkominfo yang menegaskan bahwa itu bukan milik Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Jokowi," kaa Dahlan.
Malahan, ketika didesak siapa pemilik sebenarnya, sang menteri mengatakan masih didalami. Menkominfo Budi Arie pun mati kutu ketika pertanyaan dibalik: masih didalami kok sudah memastikan bukan milik Gibran?
"Masalah Fufufafa pun menjadi pupupapa. Lebih rumit. Ada karakter yang kurang baik di perkembangannya," ujar Dahlan.
Namun, Dahlan mengaku lega: akhirnya menulis juga tentang Fufu Papa meskipun tidak memuaskan yang bertanya.
Ketika selesai menulis naskah soal Fufu Papa, Dahlan melongok ke luar jendela. Jelas, itu bentuk jendela pesawat Garuda. Dia lihat ujung sayapnya juga ujung sayap pesawat Garuda.
"Ini bukan pesawat pribadi yang foto jendela dan ujung sayapnya tersebar luas di medsos," ucap Dahlan Iskan.(*/disway/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam