PARA ilmuwan melakukan penelitian untuk membuktikan G-spot, area sensitif seksual wanita yang diyakini mampu memberikan orgasme. Namun hasilnya, keberadaan G-spot hampir dipastikan tidak ada.
G-spot pertama kali dijelaskan Dr Grafenberg pada tahun 1950. Ia menyatakan daerah berbentuk kacang pada dinding vagina menjamin orgasme perempuan setelah dirangsang.
Pernyataan ini didukung teks kitab kuno Kama Shastra yang menggambarkan bahwa ada area sensitif pada vagina yang menyebabkan "kesenangan yang besar".
Namun, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Sexual Medicine meragukan keberadaan G-spot. Laporan itu menyebutkan zona sensitif seksual hanyalah dongeng.
Sebagaimana yang dilansir Daily Mail, penelitian yang dilakukan Dr Amichai Kilchevsky, dari Yale-New Haven Hospital di Connecticut, mempelajari hampir 100 artikel yang dipublikasikan selama enam dekade terakhir. Artikel ini termasuk uji klinis, laporan kasus dan ulasan. Dari hasil penelitian itu, tidak satupun yang dapat membuktikan secara meyakinkan bahwa zona G-spot benar-benar ada. Penelitian ini justru membuktikan bahwa G-spot hanyalah mitos dan sebuah anekdot.
Penelitian Dr Amichai Kilchevsky juga didukung hasil studi yang dilakukan pada tahun 2008. Dengan menggunakan pencitraan USG untuk survei dinding vagina, ia tidak menemukan adanya hubungan antara orgasme dengan jaringan tebal atau jaringan tipis di area G-spot wanita.
Dr Kilchevsky juga melaporkan hasil yang kurang jelas dari biopsi jaringan, dengan beberapa studi melaporkan ujung saraf lebih banyak di 'area G-spot' sementara yang lain ditemukan lebih sedikit.
Karenanya, dengan temuan ini, Dr Kilchevsky berharap agar wanita yang sulit orgasme terbebas dari tekanan yang menyebutkan adannya area G-spot. Menurutnya, istilah G-spot sengaja dipopulerkan pada tahun 1980-an ketika terjadinya pembebasan seksual dalam masyarakat Barat. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasus AIDS Meningkat 25,3 Persen, Jaktim Paling Rawan
Redaktur : Tim Redaksi