JAKARTA - Pemerintah terus mematangkan rencana penyatuan zona waktu di Indonesia menjadi GMT +8. Jadi, tidak akan ada lagi Waktu Indonesia bagian Barat (WIB), Tengah (WITA) ataupun Timur (WIT). Penyatuan itu menjadikan waktu di Indonesia sama dengan Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Philipina, dan sebagian besar Australia.
Kepada Jawa Pos, Minggu (11/3), Kepala Divisi Hubungan Masyarakat dan Promosi Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) Edib Muslim mengatakan bahwa penyatuan itu sudah makin dekat. "Kami inginnya cepat, meski belum tahu kapan. Masa sosialiasi juga akan dilakukan dahulu," ujarnya.
Lebih lanjut dia menegaskan, wacana penyatuan zona waktu sebenarnya sudah cukup lama. Salah satunya di dasari oleh pertanyaan kenapa pembangunan di kawasan Indonesia Timur selalu berjalan lambat. Akhirnya, melalui riset Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyebut salah satu penyebabnya adalah perbedaan waktu.
Terdengar aneh memang, namun Edib menjelaskan bukan tanpa alasan perbedaan waktu menjadi salah satu penyebab lambatnya pembangunan. Dia lantas memberi contoh hubungan birokrasi antara kantor di Indonesia barat dan timur. "Waktu efektif untuk koordinasi Jakarta dengan timur hanya tiga jam," imbuhnya.
Selain itu, e-education atau penyebaran informasi melalui televisi juga lebih merata. Disebutkan Edib, stasiun televisi tidak perlu siaran sampai tiga kali di bagian barat, tengah maupun timur. Dalam pertemuan dengan beberapa kementerian, dia mengklaim tidak menemukan dampak negatif dalam penyatuan zona waktu.
Bahkan dia menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal terus membaik. Alasannya, tercipta satu zona pasar yang sangat besar karena GMT+8 melingkupi banyak negara. Sehingga dalam memulai perdagangan bisa dilakukan serempak. "Selama ini, Indonesia kerap kalah transaksi bisnis karena satu jam lebih lambat," tuturnya.
Contoh lain, jadwal terbang maskapai penerbangan yang selalu satu jam lebih lambat dari lainnya. Begitu juga dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ada di Indonesia barat kalah satu jam dengan bursa efek di Hongkong dan Shanghai. Disamping itu, mereka harus merelakan waktunya terbuang dua jam menunggu lapak transaksi di BI.
Bagaimana dengan waktu ibadah? Edib memastikan tidak ada perubahan. Sebab, waktu salat maupun puasa mengacu pada bulan dan matahari. Meski nantinya dibeberapa waktu ada yang lebih cepat jadwal salatnya, tetap melihat posisi matahari. "Kami sudah bicara dengan MUI, mereka sepakat jadwal ibadah tidak terpengaruh," jelasnya.
Sementara itu, usai Seminar Pemanfaatan IPTEK di Hotel Borobudur Jakarta, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa membenarkan kalau penyatuan zona waktu bisa memberikan dampak positif. Bahkan, dia menyebut bisa menghemat keuangan negara. "Sudah ada studinya. Yang dihemat bisa triliunan," katanya.
Penghematan yang dimaksud menteri asal Partai Amanat Nasional (PAN) itu tidak jauh-jauh dengan dengan urusan jam kerja. Selain itu, penghematan juga diramalkan menyentuh seluruh aktivitas ekonomi. Saat ditanya kapan pastinya penerapan satu zona waktu tersebut, dia mengaku belum tahu pasti. (dim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Program BLT Selamatkan Demokrat dan SBY
Redaktur : Tim Redaksi