jpnn.com, YANGON - Gelombang protes terhadap junta militer Myanmar dipastikan bakal makin besar setelah seorang anak perempuan berusia 7 tahun tewas tertembus peluru tentara di Mandalay baru-baru ini.
Aktivis Myanmar pada Rabu (24/3), telah mengumumkan bakal menggelar lebih banyak aksi sebagai respons atas pembunuhan keji tersebut.
BACA JUGA: Pemerintah Junta Militer Myanmar Tangkap Puluhan Jurnalis
Mereka berencana menginisiasi aksi mogok diam-diam dengan membujuk tempat-tempat usaha untuk tutup dan menyerukan orang-orang tetap tinggal di rumah.
Para pengunjuk rasa pro demokrasi juga mengadakan lebih banyak upacara lilin malam termasuk di distrik ibu kota komersial Yangon dan di Thahton di Negara Bagian Mon.
BACA JUGA: 164 Demonstran Tewas, Militer Myanmar Malah Salahkan Rakyat
Pada Selasa (23/3), seorang gadis berusia tujuh tahun di Mandalay meninggal dunia karena luka peluru.
Anak malang itu adalah korban termuda operasi penumpasan terhadap masyarakat sipil penentang kudeta 1 Februari.
BACA JUGA: Abaikan Protes Internasional, Militer Myanmar Kembali Bantai Rakyat Sendiri
Keluarga korban mengungkapkan, tentara sebenarnya berniat menembak ayah sang gadis. Namun, tembakan meleset itu justru mengenai korban yang sedang duduk di pangkuan kakaknya.
Keterangan saksi menyebutkan bahwa dua pria juga tewas di distrik itu.
Pihak militer tidak segera mengomentari insiden tersebut.
Junta menghadapi kecaman internasional karena melakukan kudeta yang menghentikan transisi lambat Myanmar menuju demokrasi dan karena penindasan mematikan terhadap protes. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil