Gagal Raih Target SEA Games 2017 terkait Pola Latihan dan Asupan Nutrisi

Jumat, 01 September 2017 – 09:13 WIB
Perenang Indonesia, I Gede Siman Sudartawa meraih emas nomor 50 meter renang gaya punggung dalam Sea Games XXIX Malaysia, Senin (21/8/17). FOTO: HENDRA EKA/JAWA POS

jpnn.com, JAKARTA - Kegagalan kontingen Indonesia meraih target di SEA Games 2017 harus segera diikuti evaluasi dan perbaikan-perbaikan untuk persiapan mengikuti sejumlah ajang level internasional berikutnya.

Prof Hari Setijono, guru besar olahraga Universitas Negeri Surabaya, mengatakan, Kemenpora dan Satlak Prima sudah saatnya memberikan kesempatan sebesar-besarnya buat atlet cabor oilimpiade berlatih di luar negeri.

BACA JUGA: Indonesia Gagal Raih Target di SEA Games 2017, Dana Kurang?

“Renang, ataupun atletik misalnya, mereka harus berangkat,” ujarnya.

Dengan pola latihan dan skema kompetisi yang lebih tinggi diharapkan menempa para atlet untuk bisa survive menghadapi Asian Games 2017 nanti.

BACA JUGA: Wow, Inilah Total Tiket yang Terjual Pada Acara Penutupan SEA Games 2017

Langkah tersebut bisa dianggap shortcut untuk mencapai prestasi maksimal. Yakni menembus 8-12 besar klasemen medali.

Target besar itu praktis tidak akan terwujud tanpa adanya gebrakan strategis buat para pejuang olahraga tanah air.

BACA JUGA: Target SEA Games Tak Tercapai, Cak Imin Minta Penjelasan Imam Nahrawi

Pola latihan, pengawasan asupan nutrisi dan kompetisi yang level tinggi itu pula menjadi media buat para atlet kembali membawa Indonesia ke orbit persaingan olahraga di Asia dan Dunia.

Contoh nyata sudah dijalankan Hendra Tjap di jalan cepat putra dan Rifda Irfanaluthfi dari senam artistik.

Hendro berlatih di Spanyol sekaligus menempuh pendidikan tinggi dia. Hasilnya, dia mendulang medali emas dari nomor 20.000 meter jalan cepat. Tak cukup sampai disitu, dia juga mencatat rekor SEA Games dengan 1 jam, 32 menit, 11 detik.

Sedangkan Rifda menjalankan pelatnas di Rumania dan Qatar. Hasilnya, Rifda mendulang 1 emas, 1 perak dan 3 perunggu dari cabor senam artistik.

Yang menjadi ironis adalah, dia harus merogoh kocek pribadi untuk berlatih di luar bersama sang pelatih Eva Butar Butar.

Menurut Eva, tidak ada kata lain selain melanjutkan pelatnas di luar negeri dalam persiapan menuju Asian Games.

”Bagaiamanpun upayanya, harus kami tempuh,” katanya. Sebagaimana diketahui Rifda berlatih sekitar 8 minggu, satu bulan di Rumania dan dua pekan lainnya di Qatar.

Ronaldy Herbintoro, pelatih loncat indah Indonesia menyebut mindset atlet-atlet Indonesia harus berubah. Begitu juga arahan dari pengurus cabor maupun pelatih yang menangani mereka.

Menurut Ronaldy, selama ini atlet Indonesia masih banyak yang berpatokan di prestasi tingkat lokal dalam hal ini PON.

Padahal, di lain sisi atlet-atlet negara lain sudah dipacu untuk terus dan bisa kompetitif di Kejuaraan tingkat dunia.

“Ini saya kira yang perlu diubah. Kalau atlet sudah masuk pelatnas janganlah mereka direcokin lagi dengan tampil di PON. Biarkan mereka mengejar target-target yang lebih tinggi. Dikirim ke berbagai kejuaraan Internasional.

Itu yang saya lihat ada di Malaysia, ucap Reynold. Daerah asal masing-masing atlet harus rela melepas atletnya sepenuhnya untuk pelatnas, tambahnya. (nap/irr)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lukman Edy: Bubarkan Satlak Prima


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler