"Kami sempat enam bulan bekerja di (perusahaan) plywood Simau-Sandakan
BACA JUGA: Penerbangan Batam-Jogja Juga Dihentikan
Pekerjaannya ternyata berbeda dari yang disampaikan," keluh Sudaryo, TKI asal Purwokerto, yang diamini rekan-rekannya, saat tiba di Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan, Selasa (2/11) lalu.Kapolres Nunukan AKBP Raden Prabowo Argo Yuwono SiK, didampingi Kapolsek KP3 AKP Catur Waluyo, membenarkan kalau keempat belas TKI tersebut memilih kabur dari perusahaan plywood, dan meminta pertolongan Konsulat Jenderal RI (KJRI) Tawau, hingga akhirnya dipulangkan menuju Nunukan
Sementara, diceritakan Sudaryo, selama bekerja di perusahaan plywood tersebut, setiap pekerja diwajibkan untuk bekerja dari pukul 7 pagi hingga pukul 18.00 Wita
BACA JUGA: Pemkab Gunungkidul Relokasi Pengungsi
Begitu seterusnya setiap hariBACA JUGA: Aneh, dari Bisul Keluar Jarum
Hanya sakit tertentu yang mendapat jaminan, seperti penyakit bagian luar, flu, atau luka akibat bekerjaSementara penyakit dalam, sama sekali tidak mendapat perhatia"Jika sakit, gaji pun dipotong untuk biaya berobat," ungkapnya.Lantas, bagaimana rencana kabur mereka bisa mulus? Diceritakan Sudaryo, rencana kabur itu telah disusun selama beberapa hari sebelumnyaPara TKI yang ingin kabur, lebih dulu menyiapkan pakaian dan kelengkapan lainNah, pada saat jam istirahat, mereka pun lantas memanfaatkannya untuk kabur, karena pihak perusahaan mengira TKI tengah makan siang atau beraktivitas lain selama jam istirahat.
Ditegaskan lagi, keempat belas TKI ini akhirnya memilih kabur, sebab gaji yang diterima tak sesuai dengan janji kepada mereka sebelumnya, yakni RM 700 per bulannya"Hitung-hitungan, selama satu bulan, gaji yang kami terima kurang lebih RM 300Itu pun tidak mencukupi untuk biaya berobat dan kebutuhan lainnya," kata Kuntoro, TKI asal Banyumas.
Demikian pula yang diungkapkan Joko Sunti dan Sohib, TKI asal Bojonegoro yang bekerja di kilang Asia Sawit di Kudat, Sabah, MalaysiaMereka juga mengaku mendapat gaji yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan pengurusnya sebelum berangkatMereka disebutkan akan mendapat gaji RM 2.000 per bulannya, namun yang diterima hanya RM 300, bahkan kurang"Sudah gajinya tidak sesuai, kerjanya juga dipaksa," ujar mereka(ica/ito/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lupa Tutup Pintu Belakang, Sriwijaya Air Nyaris Celaka
Redaktur : Tim Redaksi