JAKARTA-Meningkatnya aksi kekerasan bersenjata di Aceh menjelang Pemilihan Kepala Daerah di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), diprediksi masih akan terus berlanjut.
Sebab meski Gerakan Aceh Merdeka (GAM) kini dapat menerima keberadaan NKRI, namun banyak oknum perseorangan di Aceh yang masih belum terakomodir baik dalam kepartaian yang ada, maupun pembangunan. Padahal dari sisi figur, mereka merupakan sosok-sosok yang cukup kuat.
Demikian dikemukakan penulis buku, "Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka," yang diterbitkan Gramedia tahun 2006 lalu, Neta S.Pane kepada JPNN.
Oleh sebab itu menurutnya, ada beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam hal ini. "Sebab bicara Aceh, itu bicara GAM. Dan sampai sekarang tetap belum bisa dipisahkan. Karena pusat belum mampu mengakomodir semua keinginan masyarakat yang ada,"ungkapnya.
Untuk itu guna meredam aksi-aksi kekerasan bersenjata yang eskalasinya bahkan semakin meningkat jelang pelaksanaan Pilkada, Mabes Polri tidak boleh sembarangan menempatkan anggotanya untuk bertugas disana. "Jadi salah satu langkah menurut saya, Mabes Polri dalam menempatkan anggotanya, harus yang memang orang-orang yang pernah bertugas disana. Baik itu mulai dai Kapolda hingga Kapolsek-kapolsek."
Alasan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) ini cukup sederhana. Karena orang-orang inilah yang telah berpengalaman dan tahu benar akan karakteristik masyarakat Aceh dan potensi ancaman yang ada. "Sehingga lebih mudah dalam membangun jaringan. Karena sejak awal aksi-aksi kriminal itu masih muncul, kita sudah bilang kalau sebenarnya hal tersebut tetap berlatarbelakang politik."
Neta justru khawatir jika penanganan akan aksi-aksi teror tidak dilakukan secara represif, maka akan muncul GAM episode ketiga. "Jadi benar-benar petugas dan pemimpin yang ada itu, mampu merangkul semua kalangan. Tapi kalau melihat situasinya seperti sekarang ini, kita ragu masyarakat memang benar-benar telah dirangkul."
Selain itu terhadap aparat keamanan, Komisi Independen Pemilihan Aceh menurutnya, juga berlaku sama. "Harus juga bisa melihat potensi ancaman. Jangan justru bermain-main, sehingga akan semakin memperkeruh suasana,"ungkapnya.
Sebagaim ana diberitakan sebelumnya, pada Jumat (23/3) malam, empat mobil tim sukses Irwandi-Muhyan dihancurkan oleh sekelompok orang tidak dikenal di Kabupaten Bireuen-Aceh Tengah. Sementara sebelumnya pada Selasa (20/3), penembakan juga terjadi di Desa Blang Rikeueh, Blang Keudah, Kecamatan Tiro, Pidie.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendagri Ingatkan Foke Jangan Intervensi PNS
Redaktur : Tim Redaksi