Ganasnya Nusakambangan, Anak Sipir Meninggal 10 Hari sebelum Nikah

Minggu, 22 Mei 2016 – 11:47 WIB
Jalur menuju Nusakambangan via Kampung Laut yang begitu sulit dilalui kendaraan. Foto: GUNAWAN SUTANTO/JAWA POS

jpnn.com - HENDRA Eka Putra,43, baru tiga hari melepas jabatan Kalapas Pasir Putih, Nusakambangan,  Kamis lalu (19/5). Dia cerita mengenai keganasan pulau penjara itu.

Istri Hendra, Niken Dwi Astuti, juga pernah menjadi korban liarnya alam Nusakambangan. Hendra menambahkan, beberapa tahun lalu, istrinya yang bekerja sebagai perawat di Lapas Cilacap berangkat bekerja. 

BACA JUGA: Rayuan Gombal di Nusakambangan, Uang, Alphard, Macan Tutul

Saat itu kondisi cukup cerah. Namun, saat menggunakan sepeda motor melalui jalanan Nusakambangan, mendadak pohon besar rubuh. ”Istri saya terkena pohon itu,” tuturnya.

Kejadian itu tentunya, diketahui sipir-sipir. Sebab, akses keluar masuk hanya satu jalan itu saja.

BACA JUGA: Ketahuilah, di Nusakambangan Para Napi Terorisme Kerap Berulah

”Istri saya dibantu dan dibawa ke rumah sakit. Kan di Nusakambangan masih hutan yang belum tersentuh,” ujarnya.

Musibah yang terjadi karena faktor alam itu juga pernah terjadi pada Kasubag Pekerjaan Umum Lapas Batu Priyono, 55. 

BACA JUGA: Oh Indahnya...Band Gereja Kolaborasi dengan Grup Rebana

Dia menuturkan, selama lebih dari 35 tahun bekerja di Nusakambangan, sudah berulang kali dirinya hampir celaka karena ada rombongan babi hutan yang lewat. ”Kawanan babi hutan itu bisa membuat sipir yang berkendara kecelakaan,’ tuturnya.

Karena sering melihat kawanan babi hutan, akhirnya dirinya menghafal dimana saja jalur lewat hewan liar tersebut. 

”Ada tiga titik yang biasa mereka lewati. Kalau melewati titik itu saya bisa pelankan kendaraan. Kalau tidak bisa kecelakaan. Apalagi, pernah ada sipir yang tidak sadarkan diri atau koma selama tiga hari karena menabrak babi hutan,” ujarnya.

Namun, ancaman lain juga membuat sipir kerap khawatir. Bukan dari napi dan kondisi alam. Melainkan, infrastruktur di Nusakambangan. Salah satunya, pemadaman listrik. Dia menuturkan, sebenarnya sipir itu khawatir kalau terjadi pemadaman listrik oleh PLN. ”Sebab, kami kesulitan untuk bsia mengawasi napi,” tuturnya.

Closed Circuit Television (CCTV) yang ada di Lapas menjadi tidak berguna. Napi di kamar sel dalam keadaan tidak terpantau bsia saja berbuat sesuatu. ”Misalnya, berupaya kabur dan sebagainya. Atau malah melukai napi lainnya,” jelasnya.

Memang ada genset di Lapas Batu. Tapi, genset itu tidak mampu untuk menghidupkan semua peralatan di Lapas Batu semalaman. ”Paling hanya beberapa jam saja,” paparnya lelaki asal Cilacap tersebut.

Persoalan infrastruktur lainnya juga pernah menimpa keluarga salah seorang sipir. Priyono mengatakan, ada anak seorang sipir bernama Ida yang meninggal 10 hari sebelum menikah karena kecelakaan akibat jalan rusak. ”Jalan rusak itu karena tanahnya longsor,” ungkapnya. 

Kecelakaan itu terjadi 9 Maret tahun ini. Ida yang habis bekerja pulang ke Nusakambangan sekitar pukul 19.00. saat itu, kondisi sudah gelap, apalagi tidak ada penerangan jalan umum (PJU) di sepanjang jalan di Nusakambangan. 

”Dia jatuh di area jalan rusak. Namun, sempat menelepon ayahnya dan ditemukan lantas akan dibawa ke rumah sakit. Sayang, saat di dermaga Sodong, Ida sudah meninggal,” jelasnya.

Padahal, Ida ini akan menikah dengan seorang sipir Lapas Besi bernama Danang. Priyono mengatakan, musibah semacam itu terus mengancam para sipir dan keluarga. 

BACA: Jelang Eksekusi Mati, Nusakambangan Rawan Rusuh, Begini Cara Meredam

”Semoga tidak terulang kembali. Karena setahu saya, sudah ada rencana pembangunan jalan,” harapnya. (idr/sam/jpnn/bersambung/3)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Apa yang Anda Pikirkan setelah Melihat Foto Ini?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler