Gandeng PFN, Studio Denny JA Bakal Garap Film yang Mengadopsi dari Puisi Esai

Selasa, 13 Desember 2022 – 03:23 WIB
Studio Denny JA menandatangani kerja sama dengan Produksi Film Negara (PFN) untuk membuat film layar lebar. Foto dok SDJ

jpnn.com, JAKARTA - Studio Denny JA menandatangani kerja sama dengan Produksi Film Negara (PFN) untuk membuat film layar lebar.

Nantinya, film pertama yang diangkat dari puisi esai akan segera diproduksi untuk layar lebar.

BACA JUGA: Film Jendela Seribu Sungai Rilis Teaser Poster, Begini Penampakannya

“Setelah film ini, berbagai puisi esai unggulan lainnya akan menyusul diangkat menjadi film layar lebar,” ujar Denny JA dalam keterangannya pada Senin (12/12).

Adapun film tersebut berjudul 'Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu'. Film ini merupakan pengembangan dari puisi esai karya Denny JA berjudul 'Kutunggu di Setiap Kamis'.

BACA JUGA: LPEI dan BRI Berkolaborasi Lewat Produk Asuransi Ekspor

Dalam kerja sama produksi film tersebut, Direktur Utama Produksi Film Negara Dwi Heriyanto dan tim inti Studio Denny JA sepakat untuk menyusun rencana makro.

"Jika kita memiliki gagasan yang mencerahkan dan ingin gagasan itu menyentuh publik luas, maka sampaikanlah gagasan itu lewat musik dan film," tutur Denny JA.

BACA JUGA: Raja & Sultan se-Nusantara Deklarasikan Komitmen Kebangsaan, Ganjar Merespons Begini

Denny mengungkapkan cerita asli dari puisi esai yang diangkat ke layar lebar itu mengenai seorang perempuan muda yang menunggu suaminya yang hilang pada peristiwa 1998.

"Sambil bergurau, suaminya berjanji akan pulang di hari Kamis, entah hari Kamis pada minggu ini, atau Kamis sepuluh tahun lagi," sambungnya.

Skenario film ini juga akan dikembangkan topiknya, seperti Aksi Kamisan dengan payung hitam tidak hanya terjadi di Jakarta tetapi juga di daerah lain yang terinspirasi oleh Aksi Kamisan di Jakarta.

Dia menambahkan, skenario ini merupakan gabungan antara isu lingkungan hidup, perjuangan perempuan dan kisah cinta.

"Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu' akan menjadi film layar lebar pertama yang diangkat berdasarkan puisi esai," tegas Denny JA.

Menurutnya, kisah dalam puisi esai potensial untuk diangkat ke layar lebar, jika dibandingkan dengan puisi biasa.

Pasalnya, puisi esai ini mengembangkan drama fiksi dengan karakter tokoh, dan plot, yang dituliskan secara puitis.

"Kisah dalam puisi esai pun selalu berdasarkan peristiwa sebenarnya yang difiksikan. Dengan sendirinya publik luas menyimpan memori kolektif tentang isu yang diangkat dalam puisi esai," jelasnya.

Film "Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu" sengaja dibuat untuk film layar lebar yang akan diputar di bioskop komersial.

"Ini akan membuka pintu bagi puisi esai lainnya untuk juga diangkat ke layar lebar," terang dia.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler