jpnn.com - Surabaya darurat gangster.
Begitu kabar yang beredar di media beberapa waktu belakangan ini.
BACA JUGA: Gangster yang Beraksi di Bogor Ditangkap Polisi
Puluhan anak muda mengendarai motor melakukan konvoi di tengah malam sampai dini hari.
Mereka menyatroni warung kopi dan warung makanan dengan menjarah tanpa membayar.
BACA JUGA: Inilah 2 Anggota Geng Motor yang Membacok Warga, Korban Luka Parah
Di beberapa tempat, para ‘’gangster’’ ini bentrok satu dengan lainnya.
Mereka terlibat tawuran dengan menggunakan senjata tajam berbagai jenis.
BACA JUGA: Kelompok Anarko Terindikasi Terlibat Demo 11 April 2022
Ada celurit, pedang samurai panjang, pisau penghabisan, rantai, besi bergerigi, dan berbagai jenis senjata lain.
Warga resah dan polisi bertindak.
Operasi penangkapan dilakukan.
Puluhan anggota gangster yang sedang berkumpul digerebek polisi.
Puluhan remaja ditangkap. Puluhan motor dan puluhan senjata tajam berbagai jenis disita.
Penyebutan gangster terdengar menyeramkan.
Apalagi ditambahi dengan istilah darurat, seolah-olah kondisi benar-benar gawat dan berada di ambang kaos.
Kemunculan kelompok yang mengaku sebagai Anarko Sindikalis makin membuat situasi mencekam.
Gangster ini sama saja dengan geng motor yang sudah lama muncul di berbagai kota beberapa tahun terakhir.
Cukup lama tidak terdengar aktivitas geng motor dalam beberapa waktu terakhir.
Kondisi lockdown akibat Covid-19 rupanya efektif untuk meredam pergerakan anak-anak berandalan ini.
Mendadak beberapa bulan terakhir di Surabaya gerombolan berandal bermotor ini muncul lagi.
Jumlahnya besar, bisa puluhan sampai ratusan, melakukan konvoi sambil mengacungkan senjata dan menjarah makanan.
Mereka juga bentrok dengan sesama geng motor.
Setelah polisi melakukan razia dan puluhan gangster tertangkap, terungkaplah nama-nama kelompok gangster yang selama ini meresahkan masyarakat.
Bersamaan dengan viralnya video penangkapan, viral juga pengakuan seorang anak muda yang mengaku sebagai pimpinan gangster Anarko Sindikalis.
Belum ada konfirmasi apakah pria yang ada di video itu benar-benar pimpinan Anarko Sindikalis, meski demikian tidak tertutup kemungkinan bangsa kelompok anarkis ini menunggangi gerakan gangster di Surabaya.
Si pemimpin gangster ini kemudian membuat pengakuan yang direkam dan viral di media sosial.
Diamegaku sebagai pemipin kelompok gangster yang bernama Anarko-Sindikalis.
Dia mengaku sebagai ‘’A1’’ alias pemimpin tertinggi.
Lalu ada ‘’A2’’ yang menjadi wakil dengan tugas mengumpulkan dana.
Ada ‘’A3’’ yang tugasnya menjadi koordinator lapangan, dan ada juga ‘’A4’’ yang bertugas melakukan indoktrinasi terhadap anggotanya.
Lama kelompok ini tidak muncul, sekarang namanya muncul lagi.
Beberapa waktu yang lalu kelompok Anarko-Sindikalis digerebek di Jakarta dan Bandung.
Juga muncul seseorang yang mengaku sebagai kepala geng.
Gaya pengakuannya seolah-olah kelompok mafia yang terorganisasi, padahal praktiknya tak lebih dari preman jalanan yang bikin onar dengan memalak dan menjarah.
Dalam aksi Malang ‘’Black Sunday’’ Aremania di Malang, Jawa Timur, Minggu, 27 November 2022, yang lalu, banyak dijumpai logo dan simbol kelompok Anarko-Sindikalis di dalam poster dan spanduk yang dibawa oleh peserta aksi.
Simbol yang paling mencolok adalah huruf A besar bersilang dalam lingkaran, ditulis dengan warna putih latar belakang hitam.
Berbagai jargon yang ditulis yang ditulis dalam spanduk, seperti ACAB (All Cops All Bastard), F**k Police dan sebagainya memunculkan dugaan keterlibatan kelompok Anarko dalan aksi supporter Aremania tersebut.
Logo dan simbol juga ditemukan dalam berbagai selebaran undangan dan aksi-aksi sebelumnya.
Anarko-Sindikalis bukan organisasi ecek-ecek.
Kalau benar organisasi ini ada di Indonesia maka sangat mungkin mereka punya jaringan internasional.
Akan tetapi, kelihatannya mereka hanya penjahat jalanan kelas petit criminal.
Meski demikian, kelompok ini dijadikan hantu besar yang menyeramkan, bahkan disamakan gerakan komunisme dan terorisme ISIS.
Ketika Tito Karnavian masih menjadi kapolri, kelompok Anarko-Sindikalis dijadikan target operasi besar-besaran seolah-olah menjadi musuh negara yang sangat berbahaya.
Ratusan remaja ditangkap dalam aksi demonstrasi menolak Undang-Undang Cipta Kerja di Jakarta pada 2019.
Polisi menyebut sebagian besar remaja yang melakukan perusakan dan pembakaran sejumlah fasilitas umum itu adalah anggota Anarko-Sindikalis.
Mereka datang ke Jakarta untuk berbuat kerusuhan, mendompleng unjuk rasa menolak UU Omnibus Law.
Pada 1 Mei 2019, dalam demonstrasi peringatan Hari Buruh Sedunia (May Day) di Bandung, Jawa Barat, Tito Karnavian juga mengungkap adanya kelompok Anarko-Sindikalis yang terlibat dalam demonstrasi.
Anggota sindikat yang mengenakan pakaian serbahitam, disebut sebagai dalang kerusuhan.
Anarko-Sindikalis adalah paham anarkis yang menginginkan sebuah masyarakat yang bebas tidak terikat oleh aturan apa pun.
Paham Anarko-Sindikalis menyebar dari Eropa, Amerika Selatan, dan Asia.
Di Indonesia, paham itu masuk beberapa tahun lalu dan tumbuh di kota-kota besar, seperti Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Makassar.
Banyak varian anarko selain sindikalis, antara lain anarko individualis, anarko antifasis, anarko komunis, anarko feminis, dan masih banyak lagi.
Semuanya adalah cabang paham anarkisme. Istilah Anarko-Sindikalis atau revolusioner sindikalis muncul saat paham itu diadopsi oleh gerakan buruh pada 1940-an.
Anarkisme adalah pemikiran sosial yang penganutnya menganjurkan penghapusan kapitalisme dan menggantinya dengan kepemilikan bersama.
Kaum anarkis menginginkan penghapusan semua institusi sosial-politik yang ada di masyarakat.
Negara dengan lembaga politik berikut birokrasinya diganti dengan komunitas bebas yang terikat satu sama lain oleh kepentingan sosial-ekonomi.
Para penganut anarkisme umumnya menolak prinsip otoritas politik.
Pada saat yang sama, mereka percaya bahwa keteraturan sosial akan terwujud tanpa adanya otoritas politik itu.
Istilah anarki berasal dari bahasa Yunani Kuno, anarchos, berarti tanpa penguasa yang menunjukkan tidak adanya aturan hukum atau pemerintahan yang mutlak.
Cita-cita para penganutnya adalah masyarakat yang menjunjung tinggi martabat kebebasan individu tanpa penindasan dan tanpa pemerintahan.
Karena aktor penindasan umumnya adalah penguasa atau pemerintah dengan hierarkinya, maka pilihannya adalah sebuah masyarakat tanpa pemerintah.
Anarkis meyakini masyarakat mampu hidup berdampingan serta bekerja sama dalam damai tanpa adanya penguasa yang cenderung melakukan penindasan.
Tokoh utama pemikiran anarkisme ialah Mikhail Bakunin (1814-1876) dari Rusia yang dikenal sebagai revolusioner yang percaya kepada anarkisme kolektif.
Gerakan buruh kolektif akan menghancurkan kekuasaan dan selanjutnya masyarakat akan metata diri sendiri tanpa ada campur tangan penguasa.
Pandangan ini bertentangan dengan revolusi proletariat yang diperkenalkan oleh Karl Marx sebagai pendiri Marxisme.
Menurut konsep komunis, gerakan revolusi buruh akan menumbangkan kekuasaan kapitalisme karena keniscayaan dialektika materialisme.
Setelah kekuasaan tumbang maka negara akan diambil alih oleh diktator proletariat, yang menjalankan pemerintahan sehari-hari, sampai tercipta masyarakat komunis tanpa kelas, sama rasa, sama rata.
Inilah yang menyebabkan Bakunin berseberangan dengan Marx.
Bakunin menghendaki negara yang bebas total tanpa ada pemerintahan dalam bentuk apa pun, sementara Marx mengidamkan sebuah pemerintahan oleh diktator buruh sebagai prasyarat terbentuknya masyarakat komunis.
Bakunin menolak keberadaan negara yang dipandang Marx masih dibutuhkan sebagai sarana mewujudkan masyarakat komunis di bawah kediktatoran kaum buruh.
Pascakematian Bakunin 1876, gerakan baru yang mengolaborasikan anarkisme Bakunin dan sosialisme Marx mengemuka sebagai dasar perjuangan.
Varian ini dikenal sebagai Anarko-Sindikalisme yang sejak peringatan Hari Buruh 2019 di Indonesia jadi terkenal karena dikambinghitamkan sebagai pelaku onar.
Pernah muncul kecurigaan akan ada penjarahan besar-besaran di seluruh Pulau Jawa oleh kelompok Anarko-Sindikalis.
Akan tetapi, dugaan tersebut dianggap tidak berdasar dan mengada-ada.
Di media sosial, prediksi tersebut bahkan jadi bahan olok-olok.
Kemunculan poster-poster Anarko-Sindikalis belakangan ini, kemungkinan juga hanya sekadar iseng dan upaya untuk eksis.
Alih-alih memahami filosofi anarkisme, aksi itu--sangat mungkin –menjadi bagian dari pelampiasan kesulitan hidup akibat kesenjangan sosial yang makin menganga. (**)
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror