jpnn.com, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo merahasiakan asal air dan tanah yang dibawa ke lokasi pembangunan calon Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur.
Ganjar hanya menerangkan bahwa dua benda itu diambil dari sejumlah gunung yang diyakini menjadi pusar bumi atau pusatnya dunia.
BACA JUGA: Ke IKN Nusantara, Anies Bawa Ini dari Kampung Akuarium, Ditampung di Besek Bambu
"Air dan tanah yang diminta presiden sudah saya bawa. Dari mana air dan tanah itu saya ambil, ya rahasia," ujar Ganjar melalui keterangan pers yang diterima di Semarang, Minggu malam.
Dia mengatakan lokasi pengambilan air dan tanah itu juga telah dikonsultasikan Ganjar Pranowo pada para sesepuh Jawa.
BACA JUGA: 11 Napi Tiba-Tiba Dikeluarkan pada Malam Hari, Lalu Dijebloskan ke Nusakambangan
"Jawa Tengah itu ada beberapa lokasi yang dikenal sebagai pusar bumi. Jadi, pusatnya bumi itu ada di Jawa Tengah, lokasi yang jadi pusat kebudayaan, ada peninggalan leluhur dan lainnya. Ya, orang tua, kan, lebih paham, makanya kemudian tanah dan air dari lokasi itulah yang saya bawa," ujarnya.
Lebih lanjut Ganjar mengatakan bahwa permintaan Presiden Joko Widodo kepada 33 gubernur agar membawa air dan tanah ke IKN penuh makna, yakni merupakan simbol persatuan dan kesatuan.
"Intinya ada dua hal, pertama secara simbolik, ini tanah air. Ada tanah dan air. Saya yakin betul karena Pak Jokowi banyak filosofi, maka beliau meminta berkumpullah seluruh gubernur membawa tanah dan air. Ada persatuan, ada kontribusi secara visual," jelasnya.
Selain itu, lanjut Ganjar, bentuk kontribusi dari seluruh daerah di Indonesia bahwa IKN bukan hanya proyek orang per orang, pejabat atau mereka yang ada di pusat pemerintahan, namun dengan dimintanya gubernur se-Indonesia datang membawa tanah dan air ke IKN, maka menunjukkan IKN adalah proyek bersama anak bangsa.
"Ini dukungan kolektif yang ditunjukkan seluruh daerah di Indonesia. Hari ini 33 Gubernur datang, membawa pesan kebersamaan untuk membangun IKN, mudah-mudahan ini menjadi spirit Keindonesiaan kita," katanya.
Disinggung banyak pihak yang nyinyir dan menilai aksi Gubernur membawa air dan tanah itu penuh dengan klenik, Ganjar tertawa santai dan menurutnya ini ialah bagian dari kultural bangsa Indonesia yang tidak bisa dilepaskan.
"Ini kultural, semua daerah pasti punya sendiri-sendiri. Ada nilai-nilai luhur yang bisa dilakukan. Kita boleh bicara modern, kekinian dengan referensi buku-buku baru, tetapi, kita mesti punya kepribadian dalam kebudayaan," tegasnya.
Bahkan, lanjut Ganjar, nilai-nilai ini tidak hanya dimiliki bangsa Indonesia sebab di Jepang, jika ada pembangunan apa pun pasti ada ritual dan upacara seperti laiknya di Indonesia.
"Kalau orang Jawa mau buat rumah, di atasnya ada pisang, beras, bendera merah putih. Itu tradisi, di Jepang juga sama, mau buat bendungan, buat gedung itu ada ritual dan upacaranya. Jadi, enggak usah mikir soal apakah ini klenik atau tidak, ini soal kultural dalam bingkai persatuan," ujar Ganjar. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti