Ganjar dan Mbah Jumadi Berbagi Cerita di Gubuk Reyot itu

Kamis, 12 Maret 2020 – 21:40 WIB
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Mbah Jumadi. Foto: Humas Pemprov Jateng

jpnn.com, SEMARANG - Rumah berukuran 3x3 meter di pinggir sawah di Desa Polosiri Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang mengundang rasa penasaran Gubernur Jateng Ganjar Pranowo hari ini.

Usai berkeliling ke sejumlah lokasi di Kabupaten Semarang, Ganjar memilih datang ke rumah yang ditempati seorang kakek tua renta yang sudah pikun dan rabun.

BACA JUGA: Lihat, Ganjar Pranowo Asyik Menikmati Nasi Iriban

Mbah Jumadi namanya. Kakek berusia 85 tahun itu sehari-hari tinggal di rumah yang jauh dari kata layak, karena kecil, berdinding tripleks dan beratap asbes.

Ganjar tergugah melihat kondisi rumah itu sehingga menyempatkan mampir menengok kondisi Mbah Jumadi.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Perpres PPPK sudah Terbit, Virus Corona dan Demam Berdarah Bersaing

Saat Ganjar datang, Mbah Jumadi masih duduk di dalam rumahnya. Kondisi rumah yang sempit, membuat Ganjar kesulitan untuk berbincang dengannya.

Akhirnya, Ganjar berinisiatif untuk mengajak Mbah Jumadi berbincang di luar.

BACA JUGA: Ganjar Mendadak Undang Anak Muda Ikut Pertemuan Bupati Wali Kota, Ternyata Ini Tujuannya

Selain memastikan kondisi Mbah Jumadi, kedatangan Ganjar juga bertujuan merayu agar Mbah Jumadi mau tinggal di Panti Sosial milik pemerintah di Ungaran.

Namun, tawaran dan rayuan Ganjar ternyata tak mempan. Mbah Jumadi bersikukuh tinggal di rumah sederhanya itu.

"Purun nggeh manggon teng Ungaran (Panti Sosial), mangke enak, kathah rencange. Mangan yo enak, gratis (mau ya tinggal di Ungaran, nanti di sana enak. Banyak temennya. Makan juga enak, semuanya gratis)," rayu orang nomor satu di Jateng itu.

Ganjar juga berjanji akan membelikan Mbah Jumadi sarung, baju baru dan juga berbagai kebutuhannya. Namun tawaran itu ditolak Mbah Jumadi.

"Mboten, kulo tak manggon mriki mawon (tidak mau. Saya mau tinggal di sini saja). Nek manggon liyane, kulo cepet mati (kalau tinggal di tempat lain, nanti cepet meninggal)," jawab Mbah Jumadi.

Ganjar tak berhenti untuk terus merayu. Berbagai iming-iming diberikan, termasuk candaannya bahwa di panti banyak janda cantik.

"Mboten pengen rabi maleh (tidak mau menikah lagi). Ning panti kathah rondo mbah (di Panti Sosial banyak janda)," candanya.

Namun, seberapa pun usaha Ganjar merayu, tetap saja ditolak Mbah Jumadi.

Ganjar mengatakan, Mbah Jumadi memang sudah tidak bisa dirayu untuk tinggal di Panti. Sebab, kepercayaan yang dianutnya membuat dirinya tidak mau meninggalkan tempat tinggalnya.

"Dia bersikukuh harus tinggal di sini, kalau tinggal di daerah lain, tidak dapat mendoakan untuk keluarganya. Ya ini memang sudah sulit," kata Ganjar.

Ganjar hanya berpesan kepada Kades, TKSK dan masyarakat untuk lebih peduli. Dia berharap, segala kebutuhan Mbah Jumadi sehari-hari bisa dipenuhi dengan baik.

"Saya juga minta tempat tinggalnya dibersihkan, kesehatan dicek terus dan dipastikan mendapat kebutuhan sehari-hari. Alhamdulillah pak Kades, TKSK dan warganya peduli," tegasnya.

Sementara itu, menurut Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Jarwanto, Mbah Jumadi adalah penganut Kejawen yang tidak akan pernah mau meninggalkan rumahnya.

"Dia itu tidak mau pergi alasannya karena seluruh keluarganya meninggal di desa itu. Kalau dia pergi, katanya siapa yang mendoakan," kata 

Sudah tak terhitung orang-orang merayu Mbah Jumadi. Mulai dari kepala desa, camat, bupati hingga saat ini gubernur.

"Tapi tetap tidak mau. Mbahnya tidak mau meninggalkan tempat kelahirannya," imbuhnya.

Hal itulah yang membuat warga pasrah. Warga hanya bisa membangunkan rumah sederhana, memberikan makanan, pakaian serta uang.

"Kondisinya sehat, hanya memang sudah lansia. Kami selalu mengawasi bersama-sama," kata Jarwanto. (jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler