jpnn.com, LEBAK - Ganjar Pranowo yang merupakan bakal calon presiden (bacapres) 2024 dari PDIP mengunjungi Museum Multatuli di Jalan Alun-alun No.8, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, Sabtu (29/4).
Museum Multatuli adalah bangunan yang meninggalkan jejak antikolonialisme dan sejarah masyarakat Banten melawan penjajahan.
BACA JUGA: Hasil Survei SMRC: Dukungan untuk Ganjar Pranowo Naik Setelah Polemik Piala Dunia U-20
Ganjar bersama politikus PDIP Rano Karno beserta DPP dan DPC PDIP di Banten melihat kisah perjuangan sastrawan Belanda, Eduard Douwes Dekker atau Multatuli yang mengkritik perlakuan buruk penjajah atas masyarakat Indonesia di Banten.
Selain itu, Ganjar juga mempelajari perjuangan Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno alias Bung Karno yang turut terekam dalam museum tersebut.
BACA JUGA: Pemilih Kritis: Ganjar Pertama, Prabowo Turun, Anies Ketiga
Ganjar menjelaskan pada tahun 1957, Bung Karno memberikan orasi kepada masyarakat Banten di Lapangan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.
Kala itu Bung Karno membakar semangat persatuan masyarakat dalam bingkai Demokrasi Terpimpin.
BACA JUGA: Momen Idulfitri, Agustiar Sabran Ungkit Gagasan Bung Karno
Saat itu, kata Ganjar, Bung Karno menunjukkan wajah seorang pemimpin dengan gagasan yang mempersatukan. Ganjar pun membayangkan bagaimana Bung Karno mempersatukan pemikiran dan ide-ide masyarakat Banten yang kala itu berbeda.
“Maka 57 saja pasca-merdeka terjadi situasi yang naik turun setelah Indonesia lahir itu. Orang pasti kepingin kelompok kami lebih dulu, orang pasti kepingin interest kami lebih dulu yang kalau kemudian itu tidak terkelola dengan baik, maka pasti terjadi cakar-cakaran,” kata Ganjar.
Ganjar menjelaskan pada orasinya Bung Karno memaparkan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam kehidupan. Dengan nilai-nilai tersebut, kata Ganjar, Bung Karno menciptakan hubungan berwarganegara yang baik antar masyarakat.
“Maka betapa pentingnya persatuan itu menurut Bung Karno hari ini juga dibutuhkan. Jadi, jangan sampai tercabik-cabik karena diadu domba, kita belajar dulu sejarah ada politik devide et impera, antargolongan, antarsuku, antaragama, diadu-adu, jangan,” kata Ganjar.
Lewat perjuangan Bung Karno dalam mewujudkan persatuan Indonesia itu, Ganjar berharap peran serta masyarakat serta pemuda-pemudi bangsa semakin ‘kencang’ di masa modern seperti saat ini. Ganjar juga berharap, berbagai perbedaan di antara masyarakat menjadi jembatan persatuan.
“Kita itu Indonesia, lahirnya Bhineka Tunggal Ika. Jadi memang kita berbeda, sunnatullah-nya begitu, kita berbeda. Lahirnya juga seperti itu. Tetapi kalau kita berbeda itu kekayaan, itu dipersatukan,” kata Ganjar.
Dalam safari politiknya ke wilayah Banten, Ganjar juga menghadiri halalbihalal dan siltaurahmi bersama ribuan ulama beserta pimpinan pondok pesantren di Kabupaten Lebak, Banten. (cuy/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
BACA ARTIKEL LAINNYA... Momen Paskah, Agustiar Sabran Kutip Kata Bung Karno
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan