Ganjar Pranowo: Saya Resah dengan Kondisi Ini

Minggu, 04 April 2021 – 23:31 WIB
Gubernur Ganjar Pranowo di Forum Cinta Tanah Air. Foto: IG @ganjarpranowo

jpnn.com, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi dan mendukung penuh upaya para ulama dan cendekiawan di Jateng yang membuat forum Cinta Tanah Air.

Ganjar mengatakan forum itu dibuat untuk merumuskan kurikulum antiradikalisme dan intoleransi di sekolah sebagai upaya melindungi generasi muda dari bahaya paham-paham radikal dan intoleran.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: PNS Selingkuh Kena 3 Sanksi, Mahfud MD Bakal Gelar Pertemuan Besar, Pengakuan Pengacara Rizieq

Forum tersebut dipimpin langsung oleh pengasuh pondok pesantren Giri Kusumo Mranggen, KH Munif Muhammad Zuhri atau yang akrab disapa Mbah Munif.

Anggota forum terdiri dari ulama, pengasuh pondok pesantren, rektor, dan cendekiawan lainnya.

BACA JUGA: Ganjar Wajibkan Sekolah Memberikan Laporan Tiap Hari

"Forum yang dipelopori Mbah Munif ini sangat brilian. Menggabungkan kampus dan pondok pesantren, mereka berkolaborasi untuk membuat kurikulum pendidikan," kata Ganjar saat menghadiri FGD Forum Cinta Tanah Air di UIN Walisongo Semarang pada Minggu (4/4).

Ganjar menerangkan Forum Cinta Tanah Air sangat tepat sebagai jawaban atas kondisi masyarakat saat ini. Apalagi baru-baru ini, ada aksi terorisme di Makassar dan Jakarta yang dilakukan kaum muda.

BACA JUGA: Jateng Terus Melahirkan Inovasi Baru di Bawah Kepemimpinan Pak Ganjar

Dia mengharapkan forum ini sebagai upaya melindungi generasi muda dari paham radikalisme dan intoleransi. Termasuk menjadikan kaum muda menjadi karakter yang cerdas dan memiliki intelektual.

"Saya resah melihat kondisi ini (radikalisme, red)," sambung Ganjar.

Setelah kurikulum yang dibentuk selesai, nantinya hasil dari forum tersebut akan diterapkan Ganjar di seluruh sekolah di Jawa Tengah.

Harapannya, kurikulum itu bisa dimasukkan dalam setiap pembelajaran yang ada di jenjang pendidikan itu.

"Ini akan menjadi bagian penting dalam pendidikan di Jawa Tengah. Jadi kalau siswa belajar itu ada gurunya dan isinya benar. Kalau tidak ada gurunya, mereka akan belajar di internet dan itu bahaya. Nanti merasa benar, muncul ujaran kebencian, gampang ngamuk dan sampai pada tindakan yang tidak diinginkan," tegasnya.

Salah satu penggagas Forum Cinta Tanah Air yang juga Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof. Imam Taufiq mengatakan, forum tersebut muncul dari kegelisahan dan kekhawatiran tentang isu kekerasan dan radikalisme saat ini.

Menurutnya, semua pihak harus berkolaborasi untuk mengatasi masalah terbesar bangsa itu.

"Pondok pesantren dengan karakter khasnya, kampus dengan dunia keilmuannya dan pemerintah harus bersama-sama merumuskan design pendidikan yang ramah dan santun. Maka kolaborasi ini sangat pas untuk diterapkan," katanya.

Forum tersebut sudah empat kali menggelar FGD. Dalam waktu dekat, akan selesai modul-modul yang bisa digunakan dalam pembelajaran berbagai pihak.

Khususnya sekolah umum yang ada di bawah naungan pemerintah.

"Ditekankan adalah pendidikan yang ramah, mengajarkan kebersamaan, tidak mempermasalahkan perbedaan, tidak melakukan kriminalitas dan lainnya. Intinya adalah pengajaran karakter untuk tidak radikal dan tidan intoleran kepada semua anak bangsa," pungkasnya. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler