jpnn.com, MAGELANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengikuti kegiatan penanaman pohon di Desa Margoyoso, Kecamatan Salaman Magelang, Minggu (17/1).
Di tempat penanaman pohon itu, lingkungan masih terjaga sangat asri, dengan pepohonan rimbun dan air yang bersumber dari 88 mata air mengalir dengan jernihnya.
Desa itu memiliki cara unik untuk menjaga kelestarian lingkungan yaitu dengan membuat peraturan desa (Perdes) yang mengatur tentang lingkungan dan mitos yang dipercaya masyarakat bahwa perusak lingkungan akan mendapat hal yang tidak diinginkan.
Ganjar yang datang ke Magelang sambil gowes dari Kabupaten Semarang langsung mendatangi salah satu pancuran dari sumber mata air.
BACA JUGA: Pemprov Jateng Dapat Penghargaan Lagi dari OJK, Ganjar: Ini Persembahan untuk Masyarakat Jawa Tengah
Dengan menadahkan tangannya, dia mengambil air yang sejuk itu untuk kemudian membasuh muka dan rambutnya.
"Seger sekali ya. Ini bisa buat rambut saya jadi hitam nggak ya," candanya.
Kades Margoyoso, Adi Daya Perdana mengatakan dahulu desa tersebut kering kerontang. Hampir setiap tahun, warganya selalu meminta bantuan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
"Setelah itu kami menggalakkan konservasi lingkungan. Untuk mendukungnya, kami membuat peraturan desa (Perdes) yang mengatur tidak boleh ada penebangan pohon besar dan giat melakukan penanaman," ucapnya.
Selain itu, mitos tentang keangkeran pohon-pohon besar juga dihidupkan. Masyarakat yang berani menebang pohon besar, pasti akan diganggu hal-hal gaib atau yang biasa disebut penunggu pohon.
"Dengan kepercayaan mistis dan peraturan desa ini, upaya kami melakukan konservasi cukup berhasil," terangnya.
Terbukti, di desa itu muncul puluhan mata air dengan air yang sangat jernih. Saat ini, di Dusun Silumut sudah ada 88 mata air. Selain itu, di dusun lain ada juga beberapa mata air yang jumlahnya lebih dari 20 titik.
"Dan mata air ini sekarang bisa mencukupi kebutuhan warga kami. Tak hanya itu, desa lain bahkan beberapa desa di Kabupaten Purworejo juga menikmati air dari mata air desa ini," jelasnya.
Untuk meningkatkan kepedulian bersama, maka Adi Daya membentuk sebuah gerakan bernama 'Sedulur Tunggal Banyu'. Dengan gerakan itu, maka masyarakat bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan agar mata air tetap terjaga sampai anak cucu.
"Menjaga mata air ini sama saja menjaga persaudaraan. Melalui mata air, maka kami dapat mempererat tali persaudaraan," tambahnya.
Ganjar sendiri sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan warga Margoyoso itu. Dengan peraturan desa serta mengedepankan kearifan lokal, langkah-langkah pelestarian lingkungan bisa benar-benar tercapai.
"Ini hebatnya pak Kades dan warga Margoyoso, mereka punya kesadaran lingkungan yang tinggi. Pak Kades ini masih muda, tapi mampu menggerakkan kekuatan yang ada di masyarakat untuk melakukan konservasi lingkungan," katanya.
Langkah itu membuahkan hasil, dengan munculnya sejumlah mata air di desa itu. Bahkan tidak hanya warga setempat yang menikmati, tapi airnya mengalir sampai ke Purworejo.
"Ada 88 mata air di sekitar sini saja, dan yang menikmati sampai Purworejo. Air itu ketika harus menghidupi manusia, tidak memandang suku, agama dan ras, maka tugas kita sekarang adalah mengelola, merawat dan mengonservasi. Makanya hari ini saya melakukan penanaman," ujarnya.
Penanaman pohon, lanjut Ganjar, harus terus digencarkan sebagai upaya melindungi mata air. Untuk itu, dia mengajak seluruh masyarakat giat menanam pohon, apalagi saat ini masih musim penghujan.
"Kalau sebelumnya saya menanam pohon di sekitar Rawa Pening, pekan lalu di bantaran sungai Jragung Demak dan hari ini di Kabupaten Magelang, maka besok kami cari lagi tempat lainnya untuk menanam. Ayo kita tanam terus, mumpung musim penghujan," pungkasnya.
Dalam penanaman pohon tersebut, turut hadir pula Bupati Magelang, Zaenal Arifin, sejumlah warga dan anggota karang taruna. Sebanyak 500 pohon ditanam dalam kesempatan itu, meliputi jenis Gayam, Durian, Jambu dan Sirsak. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia