Gara-Gara ISIS, Sebagian Kurdi Irak Beralih ke Agama Leluhur

Jumat, 25 Oktober 2019 – 06:07 WIB
Pendeta Zoroaster di wilayah otonomi Kurdi. Foto: AFP

jpnn.com, BAGHDAD - Perlakuan brutal ISIS terhadap kaum minoritas dan alasan politis membuat sebagian warga Kurdi di Irak kehilangan kepercayaan kepada Islam. Banyak dari mereka yang akhirnya meninggalkan ajaran Muhaammad SAW untuk memeluk Zoroasterisme atau Zoroaster.

Diberitakan AFP, jumlah penganut Zoroaster di wilayah otonomi Kurdi terus bertambah sejak kekhalifahan ISIS tumbang. Para penganut baru ini biasanya adalah warga Kurdi yang ingin kembali ke identitas dan nilai-nilai leluhur mereka.

BACA JUGA: Kremlin: Kurdi Suriah Adalah Korban Pengkhianatan Amerika

"Setelah masyarakat Kurdi menyaksikan kebrutalan ISIS, banyak yang berpikir ulang tentang iman mereka," ujar Asrawan Qadrok, seorang pendeta Zoroaster terkemuka di wilayah tersebut.

Zoroaster adalah agama kuno yang lahir sekitar 3.500 tahun lalu di wilayah yang kini disebut Iran. Selama seribu tahun Zoroaster menjadi agama resmi Kerajaan Persia. Ketika itu penganutnya bisa ditemukan hingga India.

BACA JUGA: Rusia Sepakat Bantu Turki, Milisi Kurdi Makin Terdesak

Kematian raja Persia penganut Zoraster terakhir pada 650 M, dan kebangkitan Islam, membuat pengaruh agama tersebut berkurang drastis. Meski begitu, ajaran Zoroaster tetap bertahan hingga sekarang.

Pada 2014, ISIS datang dan menguasai sebagian besar bagian utara Irak. Kelompok ekstremis itu melakukan genosida terhadap etnis Yazidi, salah satu kelompok minoritas non-muslim di Irak.

BACA JUGA: Tentara Arab Suriah dan Milisi Kurdi Bersatu demi Hajar Turki

Selama tiga tahun ISIS menerapkan hukum brutal, yang diklaim berasal dari ajaran Islam, di wilayah tersebut. Ketika kekhalifahan mereka akhirnya runtuh, beberapa warga Kurdi mulai beralih ke Zoroaster.

"Agama ini memudahkan hidup. Sebagian besar (ajaran Zoroaster) mengenai kebijaksanaan dan filosofi. Ini bermanfaat bagi umat manusia dan alam," ujar Faiza Fuad, salah seorang penganut baru Zoroaster.

Kepentingan politik juga mempengaruhi keputusan sebagaian warga Kurdi beralih dari Islam ke Zoraster. Bagi mereka, memeluk agama leluhur adalah cara untuk menegaskan identitas regional yang bertentangan dengan pemerintah pusat di Baghdad.

Seperti diketahui, pada 2017 lalu warga wilayah otonomi khusus Kurdi menggelar referendum untuk menentukan status mereka. Sebagian besar warga memilih untuk merdeka dari Irak. Hasil referendum tersebut tentu saja tidak pernah diakui oleh Baghdad.

Meski jumlah penganut terus bertambah, Zoroaster tetap agama minoritas di kalangan Kurdi. Kabar baiknya, muslim Kurdi menerima para penganut agama nenek moyang itu dengan tangan terbuka, termasuk mereka yang murtad.

"Penganut Zoroaster adalah saudara, bukan musuh kami. Musuh adalah mereka yang membunuh kami, seperti Erdogan (presiden Turki)," ujar pemuka Islam setempat, Mullah Saman. (AFP/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kurdi   Irak   Agama Zoroaster  

Terpopuler