Gara-gara Sulit Beli Bensin, Guru Ancam Mogok Mengajar

Kamis, 18 September 2014 – 06:56 WIB

jpnn.com - KETAPANG - Sulitnya mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium membuat aktivitas masyarakat terganggu. Para orangtua yang akan mengantarkan anaknya ke sekolah juga kebingungan untuk mendapatkan bensin. Sementara bagi warga yang masuk kerja di pagi hari harus mencari bensin sejak malam harinya. Karena untuk mengantre di SPBU sudah tidak memungkinkan.

Salah satu orangtua siswa, Musni, mengeluhkan sulitnya mendapatkan bensin. Ia yang setiap pagi mengantarkan dan menjemput anaknya ke sekolah, sejak beberapa hari lalu hanya bisa mengantarkan ke sekolah saja. Sementara pulangnya, ia menyuruh anaknya untuk berjalan sama kawan-kawannya.

BACA JUGA: Sopir Ngantuk, Mobil Bablas ke Sawah

"Mau tidak mau-lah. Disuruh pakai sepeda anak saya tidak mau. Takut katanya, soalnya di jalan ramai mobil. Kalau mau dijemput, malah tak ada bensin. Kalau pulang sekolah kan tidak apa-apa jalan kaki. Kalau berangkatnya kasian takut terlambat, makanya diantar," kata Musni, kemarin (17/9) pagi.

Sementara itu, sulitnya mendapatkan bensin juga dikeluhkan oleh para guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mengajar lintas kecamatan. Di antaranya guru-guru dari Delta Pawan yang mengajar di Matan Hilir Selatan. Jarak tempuh antara kedua kecamatan ini cukup jauh dan membutuhkan sekitar 2 liter bensin untuk berangkat dan pulangnya.

BACA JUGA: Polres Inhil Bekuk 4 Pelaku Pembakaran Hutan

Akibat sulit mendapatkan bensin, para guru ini mengancam untuk mogok mengajar. "Bagaimana mau mengajar ke sana, bensin di motor tinggal sedikit. Sementara kios yang berjualan bensin entah ada atau tidak. Daripada mendorong kendaraan atau mogok lebih, baik tidak usah ngajar dululah," kata Ina (45) yang mengajar di SDN di Desa Pesaguan MHS.

Dia mengaku bersama beberapa rekannya yang sama-sama mengajar di Kecamatan MHS sudah berniat untuk tidak masuk mengajar hingga bensin normal kembali.

BACA JUGA: Labanan Dipisah dari Teluk Bayur Terganjal SE Mendagri

"Kita sudah SMS dan nelepon Pak Kepsek, beliau pada prinsipnya dapat memahami kondisi ini. Karena mau bagaimana lagi, mau dipaksa juga tidak mungkin," tambahnya.

Hal yang sama juga diungkapkan Eddy. Ia yang mengajar di salah satu sekolah di Kecamatan MHS juga mengaku kesulitan untuk mendapatkan bensin di tingkat pengecer. Sekalipun ada harganya sangat mahal. Mulai dari Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu per liternya. Sementara untuk mengantre di SPBU waktunya tidak memungkinkan.

"Setiap hari saya pulang-pergi ke MHS. Rata-rata saya menghabiskan 2 sampai 3 liter bensin yang digunakan kendaraan saya. Harga bensin Rp15 hingga Rp20 ribu per liter. Sementara  gaji saya hanya Rp1 juta-an. Jadi agak sulit juga," keluh guru kontrak tersebut.

Ia bersama rekan-rekannya yang lain berharap agar bensin mudah didapat dan harganya juga normal. "Tidak apa-apa beli bensin eceran, meskipun agak mahal sedikit tapi mudah untuk mendapatkannya. Daripada harus ngantri berjam-jam di SPBU hanya untuk 1 atau 2 liter saja, lebih baik beli di eceran saja," ungkapnya.

Sementara itu, Manajer SPBU Sinar Rimba dan SPBU Pesaguan Alam Raya, Darmawansyah, mengatakan, SPBU siap melayani pengisian sampai malam jika memang BBM ada.

"Kami siap buka sampai malam. Asalkan BBM yang mau dijual ada," katanya, kemarin (17/9).

Akan tetapi, kondisi seperti sekarang ini, mulai dari berkurangnya pasokan dari Jober Ketapang, hingga kekhawatiran masyarakat yang selalu memadati SPBU, pihaknya tidak bisa melayani pengisian hingga malam hari.

"Saat ini kita hanya mendapat jatah satu tangki yang berisi 8000 liter. Dibuka jam 08.00, jam 01.00 siang sudah habis," jelasnya.

Untuk hari-hari normal, SPBU Sinar Rimba mendapat jatah 16 hingga 24 ribu liter BBM setiap harinya. "Jika pasokan normal, kita bisa buka sampai jam 05.00 sore. Tapi Alhamdulillah, kapal tangker sudah masuk cuma masih kandas. Insyaallah besok pasokan sudah normal lagi," ucapnya.

Ia menambahkan, meskipun pasokan dari Jober sudah kembali normal, namun ia tidak bisa memastikan apakah SPBU tersebut bisa melayani hingga malam hari. Mengingat pengecer BBM di tepi jalan sudah tidak ada lagi. Dengan demikian, masyarakat yang merasa khawatir tidak kebagian BBM selalu menyerbu SPBU selagi masih buka.

Ia juga menceritakan, di hari biasanya, SPBU biasanya menyetok manimal 2 ton BBM. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kebutuhan BBM secara mendadak. Di sisi lain juga agar mesin pompa BBM tidak kosong. "Tapi sekarang kita tidak bisa menyetok lagi, harus dijual sampai habis," paparnya.

Ia pun berencana untuk mengajukan beberapa kios penjual BBM eceran di bawah binaannya kepada Pemda Ketapang. Dengan demikian, masyarakat tidak harus selalu membeli BBM ke SPBU, terlebih jika harus mengantre sampai lama.

"Harganya juga akan ditentukan agar tidak terlalu mahal. Ini juga khusus roda dan pembelian dibatasi maksimal 5 liter. Lebih dari itu harus ke SPBU," pungkasnya.(afi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cabuli Murid TK Alquran, Pedagang Cendol Ditangkap


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler